Connect with us

Leon dan Kenji (Buku 1)

Chapter 37 Cerita yang Susah untuk Dipercaya

Published

on

“Sewaktu Sica pingsan, aku langsung mengarahkan penglihatanku ke Sarah untuk melihat bagaimana responnya, toh ada kalian yang pasti akan berbuat sesuatu untuk menyelamatkan Sica. Terlihat sekali, kejadian ini sama sekali tidak diprediksi olehnya. Ia untuk pertama kalinya menunjukkan wajah aslinya, bukan dengan segala topeng kesombongannya itu.” Kenji membuka ceritanya.

“Topeng?” tanyaku karena kurang mengerti maksud dari perkataan Kenji.

“Iya Le, aku tahu predikat angkuh yang selama ini melekat pada Sarah hanyalah topeng yang digunakan untuk menutupi sesuatu. Aku merasa, ada suatu keadaan yang membuatnya harus memakai topeng tersebut.”

“Lalu bagaimana setelah itu?”

“Ketika kalian mulai berlarian ke arah Sica, meskipun kamu hanya mematung melihat Sica, aku juga tetap diam di tempatku, menunggu reaksi Sarah. Setelah melepas topengnya itu, ia segera balik badan, berusaha untuk lari dari kenyataan. Aku pun membuntutinya tanpa suara. Ia langsung keluar sekolah, menelepon seseorang, dan menanti dengan di gerbang dengan penuh kewaspadaan. Entah karena keberuntungan atau apa, waktu itu tidak ada penjaga sekolah yang stand by di gerbang.

“Sekitar 15 menit kemudian, setelah aku melihat Sica sudah digotong menuju UKS oleh kalian, ada seseorang dengan motor balap yang terlihat mahal. Tanpa banyak cakap, mereka langsung pergi meninggalkan area sekolah. Tidak ingin kehilangan momen, aku memanggil ojek yang mangkal di dekat sekolah, dan menyuruhnya untuk mengejar Sarah. Tak apalah aku pakai sedikit uang tabunganku untuk menyelesaikan permasalahan ini.”

“Kau membawa uang tabunganmu ke  sekolah?” tanyaku keheranan.

“Lebih tepatnya aku selalu membawa uang berlebih, untuk jaga-jaga jika ada sesuatu yang terjadi.”

“Silahkan lanjutkan ceritamu.”

“Maka dengan gaya seperti Valentino Rossi, tukang ojekku berhasil membuntuti mereka tanpa ketahuan hingga sampai di kawasan sebuah rumah mewah yang lumayan jauh dari sekolah. Sempat dihentikan oleh penjaga, aku berhasil lolos dengan mengatakan bahwa aku adalah teman satu kelompok dengan Sarah dan kami ada kerja kelompok dirumahnya. Maka sampailah aku di rumah Sarah, sebuah bangunan minimalis tingkat dua yang pasti harganya mencapai miliaran. Setelah membayar biaya ojek yang lumayan, aku ketuk pagar rumahnya yang tinggi menjulang itu.

“Ketukanku disambut seorang asisten rumah tangga. Aku bilang kepadanya, aku adalah teman Sarah, dan kami ada kerja kelompok. Ia meminta aku untuk menunggu sebentar. Selang lima menit, ia mengatakan nona Sarah sedang tidak bisa diganggu. Aku sudah terlanjur melangkah sejauh ini, tentu pantang untuk menyerah. Akhirnya aku menggunakan teknik pemaksaan untuk masuk ke dalam rumah Sarah. Toh pagarnya tidak terkunci, sehingga aku hanya perlu menggeser pagar tersebut.

“Asisten itu berusaha untuk menahan-nahan diriku, dan aku pun segera memerankan orang yang suka mencari keributan. Aku berharap dengan keributan, Sarah akan keluar dari rumahnya. Benar saja, mendengar ramainya suasana di luar, Sarah keluar diiringi pacarnya yang tinggi tegap itu.

“ ‘Mau ngapain loe? Mau gue hajar loe?’ Sarah berusaha memasang kembali topengnya, namun sayang, topeng itu sudah terlanjur rusak untuk dikenakan kembali.

“ ‘Sarah, berdamailah dengan Sica, kamu lihat sendiri ia sudah melaksanakan hukumannya hingga jatuh pingsan.’pintaku dengan sedikit mengiba, berharap dia akan terpengaruh.

“ ‘Apaan? Gue gak peduli sama cewek kampung itu! Mau dia pingsan mau dia mati juga bukan urusan gue. Gue gak sudi lagi sekolah di tempat jelek kayak gitu. Gue mau pindah!’ jerit Sarah yang sejujurnya memekakkan telingaku.

“ ‘Ayolah Sarah, kamu sudah menjalani masa MOS yang menyusahkan, kamu sudah hampir satu semester belajar di kelas ini, apa kamu tidak sayang membuang semua usahamu selama ini?’

“ ‘Gue bisa masuk mana aja, terserah gue, duit gue banyak! Bahkan kalau perlu sekolah ini yang gue beli biar kalian semua di DO!’

“ ‘Ayolah Sarah, pikirkanlah . . .’pembicaraan kami terhenti ketika pacarnya itu mendaratkan bogem mentah ke wajahku tanpa aba-aba sedikitpun. Mungkin ia kesal denganku yang telah membuat pacarnya sedikit histeris.

“ ‘Banyak cincong ya kamu, dasar cebol sipit. Pacarku ini gak akan minta maaf sama kalian. Kalian aja yang enggak level sama dia.’ ia berkata dengan lantangnya, hingga ludahnya menyembur ke wajahku. Aku tidak merespon karena masih menahan sakit atas pukulan yang telah ia daratkan ke pipiku.

“ ‘Ay, pukulin dia, dia udah nyakitin gue, please hajar dia.’ katanya sembari menunjuk-nunjuk diriku.

“ ‘Mau dihajar sampai gimana ay? Sampai mampus?’

Sarah memandangku sesaat, aku dapat melihat walau hanya sekilas sebenarnya Sarah merasa kasihan kepadaku. Aku memikirkan teman-teman satu kelas, kita tidak akan pernah bisa tenang jika Sarah tetap seperti ini. Aku harus melakukan sesuatu yang bisa membuat Sarah sadar akan kesalahannya. Jadi kuberanikan diri lalu berkata, ‘Sarah, jika dengan menghajarku sampai puas bisa membuatmu berdamai kami, aku rela.’

“Tanpa menunggu persetujuan Sarah, pacarnya mengangkat kerahku dan memberiku kepalan tinju ke arah wajahku. Aku jatuh tersungkur, kurasakan pahit di mulutku. Baru dua pukulan dan aku sudah merasa pusing, bagaimana jika ia meneruskan pukulannya? Tapi aku berasumsi, dengan melihat aku terluka, aku akan dapat meluluhkan hati Sarah, dan aku akan bisa mengajaknya berbicara secara baik-baik. Memang ini seperti berjudi dengan jumlah taruhan yang besar, namun aku yakin dengan prediksiku.

“Maka aku beranikan diri untuk bangkit dan memasang kuda-kuda untuk berkelahi, meskipun aku belum pernah berkelahi. Hasilnya, tanpa banyak basa basi ia layangkan lagi kepalan tangannya yang hampir dua kali ukuran tanganku, kali ini ke arah perut. Kembali aku terjatuh, dan aku sudah mulai merasa kehilangan kesadaran, mataku berkunang-kunang. Belum selesai, ia menambahkan tendangan ke arah perutku. Akhirnya aku menjarit kesakitan, karena tak tahan sakitnya. Aku memegangi perutku, penglihatanku mulai kabur, tapi masih bisa kulihat dia berusaha menerjang aku seakan dirinya adalah badak bercula satu. Dia mendaratkan banyak pukulan ke tubuhku hingga aku tak bisa merasakan sakitnya lagi. Aku merasa hari ini adalah hari kematianku, sampai aku mendengar suara Sarah.

“ ‘Udah ay, hentikan!’

“ ‘Lho gimana sih ay, katanya disuruh mukulin sampai dia mampus?’ dia berhenti memukulku dan beralih pandangan ke Sarah.

“ ‘Kalau gue bilang berhenti ya berhenti! Udah loe pulang sana, gue mau tidur!’

“ ‘Terus dia?’kata laki-laki itu dengan meletakkan kakinya di kepalaku.

“‘Gue yang urus, sekarang loe pulang!’ Sarah mendorong pacarnya untuk menyingkir dariku.

“Sang pacar sebenarnya enggan untuk berhenti memukuli diriku. Tapi melihat Sarah yang bersikeras seperti itu, akhirnya ia mengalah dan menuruti perkataan Sarah. Aku sempat melihat ia mengenakan helm dan menaiki motornya. Setelah itu aku tak sadarkan diri.”

Kenji berhenti sejenak, lalu menghirup teh manis yag ia buat tadi. Bahkan aku yang hanya mendengarkan ceritanya ikut merasakan dahaganya, sehingga aku juga mengambil teh manis bagianku.

“Ah, aku terlalu lama bercerita, hingga teh ini menjadi tidak begitu panas. Seandainya masih panas, pasti sudah menyegarkan pikiranku.” gumamnya terkekeh sendiri.

“Jika kau lelah, kau bisa beristirahat dulu. Aku akan menunggumu atau jika kau ingin melanjutkannya besok, aku akan pulang.”

“Tidak Le, tidak perlu. Aku akan menyelesaikannya hari ini juga.”

“Silahkan lanjutkan kalau begitu.”

“Begitu aku tersadar, aku sudah terbaring di ranjang. Aku lihat sekelilingku, ternyata aku sudah berada di rumah sakit, dan aku berada di kamar yang disediakan hanya untuk satu pasien. Aku mencoba bangun sekuatku untuk menengok jam dinding, ternyata sudah jam dua belas malam lebih. Terlihat olehku Sarah sedang tertidur di sofa. Ingin aku bangkit dari tempatku berbaring, namun tenagaku ternyata belum terkumpul. Ingin berteriak, tenggorokanku pun terlalu lemah untuk mengeluarkan suara. Merasa tak berdaya, aku memutuskan untuk kembali tergeletak di atas ranjangku. Ternyata gerakan-gerakanku membangunkan Sarah. Dia mengucek kedua matanya dan menghampiriku.

” ‘Kamu sudah sadar Kenji?’ katanya ramah, berbeda seperti biasanya. Aku pun sempat terkejut sewaktu mendengar Sarah menggunakan kamu, bukan loe seperti biasanya.

“ ‘Ya, kenapa aku bisa di rumah sakit?’

“ ‘Pacarku tadi agak keterlaluan menghajarmu, jadi aku takut kamu kenapa-napa.’

“ ‘Bukannya kamu yang menyuruhnya untuk mukulin aku ya?’ aku tetap tersenyum seperti biasanya waktu mengatakan ini.

“ ‘Iya memang, tapi itu karena aku sedang emosi, aku . . aku . . .’dia tak bisa melanjutkan kata-katanya, tapi aku tahu apa yang ingin dikatakannya.

“ ‘Aku minta maaf Sarah.’ aku mendahului Sarah agar dia lebih relaks untuk meminta maaf.

“ ‘Ha . . harusnya aku yang minta maaf Kenji. Aku sudah membuat Sica…’ ia tak kuasa untuk melanjutkan kalimatnya. Sudah terlihat air mata hendak tumpah, pasrah ditarik gravitasi.

“ ‘Sica pasti baik-baik saja kok. Mungkin sekarang sudah di rawat di rumah sakit, setelah penanganan dokter, ia akan kembali sehat seperti semula.’

“Ia terdiam sesaat mendengar aku berusaha menghiburnya. Dengan tarikan nafas panjang, ia berkata padaku.

“ ‘Kenapa kamu sampai rela seperti itu demi teman-temanmu? Mengapa kamu sangat peduli terhadapku disaat yang lain begitu acuh terhadapku?’

“ ‘Karena tinggal mereka yang kupunya. Aku tidak memiliki keluarga, jadi semua teman satu kelas aku anggap sebagai saudara. Termasuk kamu Sarah.’ “

Mendengar Kenji berkata seperti itu, tubuhku bergetar. Pasti Sarah juga merasakan hal ini. Sungguh baik anak ini, belum pernah aku bertemu anak sebaik dan setulus dia seumur hidupku.

“Kamu kenapa Le? Apa sudah bosan mendengar ceritaku?” tanya Kenji yang membuatku berhenti bergetar.

“Ti . . tidak. Silahkan lanjutkan ceritamu yang sungguh menakjubkan.”

“Baiklah. Begitu aku berkata seperti itu, Sarah langsung berlutut di atas lantai, dan mulai menangis. Butuh beberapa kali aku melontarkan pertanyaan hingga ia jawab sambil terisak keras.

“ ‘Ha . . harusnya aku malu kepadamu Kenji, aku juga memiliki keluarga tapi sama saja dengan tidak punya. Mereka selalu sibuk dengan urusan pekerjaan mereka sehingga lupa memberikan perhatian kepadaku. Mereka memberiku banyak uang, tapi untuk apa? Awalnya aku sangat senang, namun lama kelamaan aku merasa muak. Uang hanya memberikan kebahagiaan semu, yang kuinginkan hanyalah kebahagiaan yang sesungguhnya.’

“ ‘Lalu kenapa kamu menjadi sombong?’

“ ‘Aku ingin mendapat perhatian, sesuatu yang tidak aku dapatkan dari orangtuaku. Aku berperan sebagai tokoh antagonis agar aku mendapatkannya, meskipun perhatian yang mereka berikan adalah perhatian karena membenciku, membenci sikap sombongku. Namun itu lebih baik daripada tidak diberi perhatian sama sekali.’ tangisnya semakin menjadi-jadi. Aku sampai kewalahan menghadapinya.

“ ‘Kenapa kau memilih peran antagonis daripada protagonis?’

“ ‘Karena sebelumnya aku telah berusaha menjadi anak baik, namun tidak ada yang memperhatikan diriku. Tidak ada orang yang memperhatikan orang yang biasa-biasa saja. Akhirnya aku memilih menjadi anak sombong, anak yang suka bersuara keras agar mendapatkan perhatian.’

“ ‘Sarah, kamu sudah memilih jalan yang salah. Namun belum terlambat untuk berubah. Percaya padaku, kamu justru akan mendapatkan perhatian lebih banyak jika kau menjadi pribadi yang santun. Guru-guru akan mengingatmu sebagai murid yang sopan. Teman-temanmu akan mengingatmu sebagai kawan yang hangat. Aku sudah membuktikannya, dan berhasil. Bangunlah Sarah, aku janji aku akan membantumu untuk berubah. Kamu lihat kan aku berhasil mengubah Leon, jadi aku yakin aku bisa membantumu untuk berubah juga.’

“ ‘Sarah bangkit dari lantainya, dan memegang tanganku yang terbalut perban. Tangan satunya mengusap air matanya, dan berusaha agar terlihat tegar.

“ ‘Bantu aku ya Kenji, agar aku bisa dianggap saudara oleh teman satu kelas.’ ujarnya sambil tersenyum manis.

“Selama dua hari satu malam aku berada di rumah sakit tersebut. Sebenarnya aku ingin segera sekolah, namun Sarah mengatakan bahwa kondisiku belum baik.

“ ‘Kenapa kamu tidak masuk Sarah?’

“ ‘Aku tidak berani masuk tanpamu. Aku belum punya nyali untuk memasuki kelas setelah kejadian kemarin.’

“ ‘Aku mengerti Sarah, tapi besok masuk ya. Tidak enak kalau ketinggalan pelajaran di kelas.’

“Begitulah kejadian yang sebenarnya kawanku Leon. Jika ada yang masih tidak kamu percaya silahkan katakan.”gumam Kenji mengakhiri ceritanya.

“Tidak Kenji, aku percaya, aku dapat melihat kedua matamu berkata jujur sejujurnya.”

“Hei, yang berkata mulutku, bukan mataku.” ujar Kenji di akhiri dengan tawa yang keras.

“Ungkapan Kenji, hanya ungkapan. Bukankah kau sendiri suka menggunakan ungkapan untuk mengatakan sesuatu?” kataku kesal mendengar tawanya yang bernada mencela.

“Iya iya, aku tahu Le. Tetap pegang janjimu, jangan ceritakan hal ini kepada orang lain,” dia berhenti sebentar, lalu menambahkan dengan pelan, “termasuk Sica.”

Aku hanya bisa mengangguk mendengar berakhirnya cerita yang susah untuk dipercaya ini.

Leon dan Kenji (Buku 1)

Tentang Para Karakter Lain (Terakhir)

Published

on

By

Tulisan ini adalah bagian terakhir dari episode ektra novel Leon dan Keji. Di sini, penulis akan bercerita tentang karakter lain yang belum dijelaskan pada tulisan-tulisan sebelumnya.

Malik

Namanya penulis ambil dari musuh Yugi dari komik Yugioh (Marik jika dilihat dari animenya). Ia adalah kakak kelas Leon sekaligus mantan tetangganya. Ia juga bersekolah yang sama dengan Leon sejak SMP.

Malik adalah murid kesayangan guru dan idola banyak murid. Kemampuan otaknya yang cerdas, perilakunya yang santun, ditopang dengan paras yang rupawan membuatnya sering menjadi pusat perhatian.

Akan tetapi, Leon (dan Kenji) beranggapan bahwa semua itu hanyanya kamuflase semata. Di balik topeng ramahnya, Leon berasumsi bahwa Malik adalah orang yang licik dan egosentris. Mungkin Leon menganggap Malik seperti karakter Joker pada serial Batman.

Apakah dugaan Leon benar? Ataukah ternyata Malik memang benar-benar lain? Temukan jawabannya pada buku kedua Leon dan Kenji!

Para Kakak Pembimbing OSIS

Semua anggota OSIS yang penulis munculkan di novel ini berdasarkan pengalaman pribadi penulis. Bahkan hingga namanya, walaupun tidak semua penulis ingat.

Dari semua anggota, yang paling menonjol adalah Aan yang pernah mengirim anggota gengnya untuk menghajar Leon karena sikapnya yang ngelamak. Ia juga tipikal orang pendendam dan suka tertawa di atas penderitaan orang-orang yang dibencinya.

Rudi dan Sinta

Keduanya adalah teman masa kecil Leon, yang satu teman SD dan yang satu lagi adalah teman bermain di masa kecilnya. Pertemuan tanpa sengaja mereka terjadi ketika Leon mengikuti kelas ektrakulikuler, di mana ia bertemu dengan Rudi, lantas bertemu dengan Sinta di kantin.

Keduanya memiliki peran besar bagi Leon untuk mengetahui bahwa dirinya secara perlahan bisa berdamai dengan masa lalu dan mencoba memperbaiki hubungan dengan teman-temannya di masa lalu, sesuatu yang dulu terhalang karena kekangan ayahnya.

Paman Anton

Dia adalah adik dari ayah Leon yang sukses bekerja sebagai pengusaha. Meskipun bersaudara, ia memiliki kepribadian yang berbeda 180 derajat. Paman Anton merupakan pribadi yang begitu hangat dan sangat menyayangi keluarga.

Istrinya telah meninggal karena kecelakaan, membuatnya menjadi single parent. Berstatus duda kaya tidak lantas membuatnya menikah lagi. Ia begitu mencintai istrinya sehingga mengurungkan niat untuk menikah lagi.

Sisi buruknya, ia jadi begitu memanjakan anaknya, Bondan, yang belum pernah penulis tampilkan di buku pertama. Pada akhirnya, Bondan menjadi begitu sombong dan gemar memandang rendah orang lain, termasuk kedua sepupunya, Leon dan Gisel.

Namanya sendiri dapat begitu saja, mungkin terinspirasi dari nama tetangga penulis.

Penutup

Bagaimakah kelanjutan kehidupan sekolah Leon? Apakah semuanya berjalan lancar tanpa masalah? Apakah Leon berhasil memecahkan surat misterius yang ia temukan beserta sebuah kotak yang terkunci dengan kombinasi lima angka?

Semua akan terjawab pada novel Leon dan Kenji Buku 2 yang akan rilis pada tanggal 3 Desember 2018. Stay tuned!

 

 

Kebayoran Lama, 19 November 2018

Continue Reading

Leon dan Kenji (Buku 1)

Tentang Para Perempuan Kelas Akselerasi

Published

on

By

Setelah para laki-laki, kini tiba saatnya bagi penulis untuk mendeskripsikan para perempuan lain penghuni kelas akselerasi selain Sica, Sarah, dan Rika. Seperti biasa, penulis akan menjelaskan darimana inspirasi nama mereka beserta karakteristik yang melekat pada mereka.

Andrea Putri Sudarwono

Sama seperti Rika, Andrea atau Dea merupakan karakter baru yang tidak ada di konsep awalnya. Dulu, penulis membuat seorang karakter wanita tomboy yang sama sekali tidak betah berada di kelas akselerasi karena paksaan orangtuanya.

Setelah menghilangkan David, pada akhirnya penulis memutuskan untuk mengubahnya menjadi saudara kembar Andra yang bernama Andrea (dulu bernama Arin). Sifat-sifat pada penokohan yang dulu penulis hilangkan, kecuali sifat tomboynya yang dipertahankan.

Karakternya kurang lebih sama seperti saudaranya. Ia lebih sering bermain bersama teman laki-laki berkat pengaruh Andra, sehingga tidak memiliki teman wanita yang dekat. Dea jago bermain basket dan memainkan drum.

Aqilla Sagita Danastri

Selanjutnya adalah Gita, yang namanya penulis ambil dari penyanyi favorit penulis ketika masa sekolah, Gita Gutawa. Akan tetapi, Gita yang satu ini tidak pandai menyanyi. Ia memiliki bakat menggambar yang luar biasa, mulai sketsa bangunan hingga sketsa wajah.

Tanpa disengaja, karakter ini mirip dengan karakter Gita yang bermain pada serial Cinta dan Rahasia yang diperankan oleh Taskya Namya, Kurang lebih, penulis membayangkan fisik Gita seperti dirinya.

Taskya Namya (media.iyaa.com)

Padahal, penulis menciptakan karakter Gita jauh sebelum serial tersebut tayang. Sungguh sebuah kebetulan yang menakjubkan sekaligus mengerikan.

Gita adalah seorang perempuan hitam manis yang memiliki alis tebal dan cenderung mudah emosi, seperti yang ditunjukkan di awal cerita ketika ia melempar air ke wajah Leon. Akan tetapi, Gita adalah seseorang yang begitu peka terhadap sekitarnya.

Kepekaannya terbukti dengan beberapa kali bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Leon. Contohnya, ia tahu bahwa Leon menyukai Sica atau tahu kapan dirinya lebih baik diam ketika melihat suasana hati Leon sedang buruk.

Elvina Yurina Zefina

Yuri, mungkin dari namanya bisa ditebak, terinspirasi dari salah satu karakter Girls’ Generation yang bernama sama. Penulis ambil nama tersebut karena masih terdengar Indonesia.

Kwon Yuri (kpop.asiachan.com)

Ia adalah seorang perempuan yang memiliki masalah krisis kepercayaan diri. Ekonominya pas-pasan karena ibunya adalah seorang single parent yang memiliki usaha katering. Yuri kewalahan menghadapi ritme pelajaran di kelas akselerasi.

Untungnya, Kenji berinisiatif untuk mengadakan kelas tambahan sepulang sekolah, sehingga Yuri mampu mengejar ketertinggalannya. Terlebih lagi, semenjak itu ia menjadi lebih percaya diri, setidaknya di hadapan teman-teman kelas akselerasi.

Maroon Malvinanita

Karakter ini penulis bentuk sebagai wadah akan kesukaan penulis terhadap bahasa. Nita, yang namanya muncul begitu saja, adalah perempuan yang memiliki kelebihan dalam dunia bahasa.

Bahasa yang disukai oleh Nita bukanlah bahasa sastra seperti yang disukai oleh Rika, melainkan bahasa yang digunakan sehari-hari. Ketika masuk kelas akselerasi, ia sudah menguasai bahasa Inggris, Jepang, dan Prancis. Ia mulai mempelajari bahasa lainnya seperti Mandarin dan Belanda.

Pada buku pertama, belum terlalu terlihat bagaimana karakter seorang Nita, selain keingintahuannya yang besar akan bahasa.

Verena Nur Izora

Nama Verena penulis dapatkan sewaktu pesiapan ujian nasional SMA, ketika seorang gadis menjadi sampul buku latihan menghadapi Unas. Karena suka namanya, penulis memutuskan untuk menggunakan namanya untuk novel penulis.

Verena, atau Rena, adalah satu-satunya wanita yang berkerudung di kelas akselerasi. Ia adalah satu-satunya teman yang satu SMP dengan Leon di kelas.

Ia adalah seorang perempuan yang baik, hanya saja terkadang tidak pandai membaca situasi. Rena juga bisa berubah menjadi galak apabila melihat sesuatu yang salah, seperti yang digambarkan pada chapter 40.

Virginia Vanya Valora

Namanya yang berinisial VVV bukan terinspirasi dari klub bola asal Belanda, VVV Venlo, melainkan dari teman kuliah penulis yang memiliki inisial yang sama.

VVV Venlo (youtube.com)

Vanya atau kerap dipanggil Ve (penulis juga punya teman SMA yang panggilannya Ve) adalah seorang wanita yang paling gemuk di antara wanita-wanita lain yang cenderung bertubuh mungil.

Meskipun begitu, Ve merupakan anak yang berhati emas. Ia selalu mendahulukan kepentingan orang lain dan tidak pernah menyimpan dendam. Baginya, berbuat baik adalah fokus hidupnya, sehingga cita-citanya adalah menjadi seorang guru di daerah terpencil.

 

 

Kebayoran Lama, 10 November 2018

Continue Reading

Leon dan Kenji (Buku 1)

Tentang Para Laki-Laki Kelas Akselerasi

Published

on

By

Selain Leon dan Kenji, terdapat empat laki-laki yang menghuni kelas akselerasi: Andra, Bejo, Juna, dan Pierre. Mereka berempat lebih sering berperan sebagai figuran, namun di beberapa bagian penulis tunjukkan karakteristik mereka.

Andra Putra Sudarwono

Dulu, pada konsep awalnya, si kembar Sudarwono bersaudara sama-sama laki-laki, Andra dan David. Tapi, sewaktu penulis meninjau ulang, ternyata komposisi laki-laki di kelas akselerasi ini terlalu banyak, sehingga penulis memutuskan untuk mengganti salah satunya dengan perempuan.

Inspirasi karakter ini datang dari Fred dan George Weasley dari novel Harry Potter. Penulis menyukai karakter mereka yang ceria, jahil, sering berbicara secara bergantian dengan saudaranya, dan selalu berpikiran positif.

via bookstr.com

Kurang lebih seperti itulah Andra (dan kini bersama Dea). Andra adalah laki-laki yang selalu nampak bersemangat. Ia selalu berusaha memberikan energi positifnya kepada semua orang.

Nama Andra sendiri (mungkin) penulis dapatkan dari band Andra and the Backbone. Penulis tidak terlalu ingat, namun untuk nama keluarganya, penulis pelesetkan dari nama stiker timnas Indonesia, Budi Sudarsono.

via indosport.com

Andra juga tidak segan berkonfrontasi dengan orang-orang yang ia anggap merusak suasana kelas. Hal ini ia tunjukkan pada bagian-bagian awal, ketika ia menantang Leon untuk berkelahi karena dianggap mengacau.

Ia juga tipe orang yang supel. Bahkan hanya dalam hitungan hari, ia sudah bisa menjalin hubungan dengan kakak kelasnya. Tidak muncul rasa canggung ketika ia berbicara dengan orang lain karena kepercayaan dirinya yang tinggi.

Akan tetapi, ia juga seorang pendendam. Pengeroyokan yang terjadi pada Leon ketika MOS adalah rencananya. Untungnya, sifat pendendamnya diimbangi dengan sifat pemaafnya. Memang kontradiktif, namun begitulah Andra.

Andra memiliki kecerdasan yang lumayan. Sayang, kecerdasan yang dimilikinya tidak ia gunakan di kelas. Hal ini menyebabkan ia harus turun ke kelas reguler bersama saudarinya.

Achmad Khrisna Subejo

Kalau yang satu ini, penulis lupa darimana inspirasinya. Mungkin, karena nama Bejo bernuansa pedesaan. Untuk nama tengahnya, terinspirasi dari salah satu tokoh pewayangan.

Sang ketua kelas akselerasi yang sangat bertanggungjawab dan melaksanakan tugasnya dengan agak terlalu berlebihan. Mungkin mirip dengan karakter Tenya Iida pada anime Boku No Hero Academia, meskipun penulis membuat karakter ini sebelum menonton anime tersebut.

via http://bokunoheroacademia.wikia.com

Bejo adalah tipikal anak yang ingin membuktikan bahwa dirinya, meskipun anak desa, bisa sama dengan anak-anak yang tinggal di kota (meskipun tempat ia sekolah tidak termasuk kota).

Ia memiliki harga diri yang tinggi, Pembangkangan Leon di awal masa sekolah merupakan buktinya. Bejo merasa harga dirinya terluka karena tidak dihargai oleh teman satu kelasnya. Hal ini membuat ia menyimpan dendam, dan Bejo bukan tipe pemaaf seperti Andra.

Meskipun begitu, Bejo adalah laki-laki yang gentle dan pemberani. Ia tak segan mengakui kesalahannya ketika ia telah sadar, seperti ketika ia bertengkar dengan Leon sewaktu lomba futsal antar kelas.

Arjuna Wahyunara

Namanya terinspirasi dari chef Juna. Akan tetapi, karakternya yang lambat merespon penulis dapatkan dari Goo Ji-soo, salah satu peserta acara reality show Girls’ Generation and the Dangerous Boys.

via snsdkorean.com

Juna adalah anak yang cerdas, namun susah berkomunikasi karena otaknya butuh waktu sekitar 5 detik untuk menangkap informasi yang disampaikan secara lisan. Akan tetapi, ia memiliki daya ingat yang kuat ketika berhadapan dengan hal visual.

Apalagi, Juna adalah tipe orang yang pemalu dan minder, sehingga ia sangat jarang memulai percakapan dengan orang lain. Ia merasa dirinya akan membebani orang lain ketika ia berkomunikasi dengan mereka.

Untunglah Leon secara tidak sengaja berhasil menemukan metode untuk berinteraksi dengan Juna, sehingga mulai saat itu ia mulai bisa dekat dengan teman-teman yang lain, terutama Pierre.

Jean Xavier Pierre

Namanya memang norak, karena penulis masih duduk di bangku SMA ketika membuat nama ini. Namun penulis memutuskan untuk tidak mengubah namanya karena nama tersebut memiliki maknanya sendiri.

Pierre penulis dapatkan dari nama vokalis Simple Plan, Pierre Bouvier, yang penulis ketahui dari video klip When I’m Gone. Ternyata, setelah penulis tonton ulang video tersebut, terdapat nama Sarah. Mungkin justru dari inilah penulis mendapatkan ide nama Sarah.

Pierre merupakan tipe anak yang lebih senang berkutat dengan gawainya daripada dengan manusia. Dengan kacamatanya yang tebal, ia tak akan pernah merasa jemu mengutak-atik komputer maupun handphonenya.

Interaksinya dengan karakter utama hanya terjadi sekali ketika Leon membutuhkan saran untuk membeli handphone, sehingga karakteristik lainnya belum terlihat.

 

 

 

Kebayoran Lama, 5 November 2018

Continue Reading

Facebook

Tag

Fanandi's Choice

Copyright © 2018 Whathefan