Pengembangan Diri

Dimengerti dengan Mengerti

Published

on

Kamu tuh enggak pernah ngertiin aku“. Mungkin para pembaca sekalian sering membaca dialog seperti itu di sinetron-sinetron yang sering digugat oleh para penonton televisi.

Meskipun kalimat tersebut identik dengan wanita, bukan berarti hal tersebut tidak dirasakan oleh para lelaki. Penulis yakin ada laki-laki yang merasa begitu walaupun mungkin tak diucapkan secara langsung.

Merasa tidak dimengerti oleh orang lain

Perasaan ini dapat muncul apabila harapan kita mengenai perlakuan orang lain kepada kita tidak sesuai dengan ekspetasi.

Tentu, tidak ada yang senang ketika dicuekin atau dianggap tidak ada oleh orang lain (atau mungkin ada?). Mayoritas dari kita berharap bisa menjadi bagian dalam kelompok masyarakat yang ada, karena kita makhluk sosial bukan?

Tentu kita semua ingin orang bisa memahami apa yang kita rasakan. Kita ingin orang lain bisa merasakan apa yang kita rasakan. Bahkan kalau bisa, orang lain akan paham tanpa menunggu kita bercerita.

Permasalahannya, seringkali kita tidak menyadari bahwa bisa jadi kita tidak dimengerti karena kita tidak mau mengerti orang lain.

Pahami Orang Lain (rawpixel)

Mungkin kita sama sekali menutup mata terhadap perasaan orang lain, sehingga orang lain pun melakukan hal yang sama kepada kita. Mungkin kita sama sekali tidak pernah berusaha berempati kepada perasaan orang lain, sehingga orang lain berlaku sama.

Karena tidak menyadari penyebabnya, kita justru menjadi merasa tidak disukai dengan orang lain karena tidak ada yang mau mengerti dengan kita. Kita merasa dibenci karena tidak ada yang peduli dengan hidup kita.

Overthinking semacam ini membuat kita akan capek sendiri. Sudah belum tentu benar, kita akan menjadi stres karenanya. Ujung-ujungnya, kita malah mengisolasi diri dari pergaulan.

Jadi Stres Sendiri (Nik Shuliahin)

Jika kita merasa tidak dimengerti oleh orang lain, coba tengok ke dalam diri sendiri. Mungkin, kita belum mengerti orang lain dengan baik sehingga orang pun tidak bisa mengerti diri kita dengan baik.

Sebelum ingin dimengerti oleh orang lain, mari belajar untuk mengerti orang lain terlebih dahulu.

Kurangi ego yang dimiliki dan buang jauh-jauh segala prasangka buruk yang meracuni pikiran. Tingkatkan empati dan simpati yang dimiliki untuk orang lain.

Mungkin pembaca bisa menambahkan lagi langkah-langkah yang harus dilakukan.

Lalu bagaimana jika kita sudah berusaha mengerti orang lain tapi tetap saja tidak ada yang mengerti kita?

Mungkin “kode” yang kita buat terlalu rumit untuk orang lain. Kenapa tidak bicara saja terus terang apa mau kita? Daripada nyindir di media sosial dengan harapan orang lain peka, lebih baik kita utarakan saja apa yang kita inginkan.

Dengan memberikan kejelasan apa yang ingin dimengerti dari kita kepada orang lain, tentu kita bisa berekspetasi orang lain akan lebih mudah memahami kita.

Tak perlulah menjadi mesin Enigma yang rumit, sehingga orang lain harus menjadi Alan Turing agar bisa memecahkan sandi rahasia yang kita buat.

.

.

Kebayoran Lama, 6 Januari 2019, terinspirasi suatu kejadian di suatu tempat yang dirahasiakan demi kebaikan bersama

Foto: Ben Sweet

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version