Pengembangan Diri
Lebih Mudah untuk Lari
It’s easier to run
Replacing this pain with something numb
It’s so much easier to go
Than face all this pain here all alone
***
Penggalan lirik di atas berasal dari lagu berjudul Easier to Run. Yang menyanyikan tentu saja band favorit penulis sepanjang masa, Linkin Park. Tepatnya, dari album Meteora yang rilis pada tahun 2003.
Sesuai dengan judul tulisan yang digunakan, penulis merasa lagu ini menggambarkan apa yang ingin kali ini ditulis. Lebih mudah untuk lari dari masalah dibandingkan menghadapinya.
Masalah Akan Selalu Datang
Pada novel Leon dan Kenji buku pertama, karakter Leon pernah mengatakan bahwa masalah adalah teman setianya yang selalu mengikuti dirinya ke manapun ia pergi.
Sejatinya, itulah yang terjadi pada kita. Apakah ada manusia yang tidak pernah menghadapi masalah? Rasanya hampir mustahil. Ujian ataupun cobaan pasti pernah dihadapi oleh manusia.
Tingkat kesulitan yang dihadapi orang pun bermacam-macam. Kalau di dalam game, ada level easy, medium, hingga hard. Penulis meyakini bahwa tingkat kesulitan ini oleh Tuhan disesuaikan dengan kemampuan hamba-Nya.
Kalau ingin menyederhanakannya kembali, kita bisa melihat perjalanan hidup kita hingga hari ini. Dulu waktu kecil, masalah yang kita hadapi paling dimarahi orangtua, tidak boleh main, dan lain sebagainya.
Ketika menginjak ke usia sekolah, permasalahan yang muncul mulai beragam. Selain menumpuknya tugas, kita mulai dilanda masalah asmara yang sepele namun membuat galau sebulan.
Setelah itu, kita mulai terjun ke dalam masyarakat secara langsung. Kita akan menghadapi orang yang beraneka rupa sehingga ada saja masalah yang muncul.
Saat mulai masuk ke dalam dunia kerja, tumpukan pekerjaan kantor dan omelan bos membuat kita pusing. Gaya hidup yang meningkat membuat kita dihantui oleh tagihan yang belum terbayarkan.
Belum lagi omongan-omongan orang yang kurang mengenakan, tuntutan kesempurnaan dari masyarakat, dan berbagai masalah kompleks lainnya.
Evolusi masalah dari kita kecil hingga dewasa di atas menunjukkan bahwa masalah akan selalu datang untuk menguji kita. Ketika ia datang, ada dua pilihan yang muncul: menghadapinya atau melarikan diri.
Lari dari Masalah
Seperti apa lari dari masalah itu? Contohnya ada banyak sekali, tapi di sini penulis akan berusaha untuk memberikan yang paling sederhana.
Ketika ada sebuah pekerjaan atau tugas yang menumpuk, kita mungkin akan merasa frustasi karena merasa lelah. Cara lari dari masalah ini adalah dengan tidur dan tidak memedulikan pekerjaan itu lagi.
Hasilnya? Pekerjaan akan semakin menumpuk dan kita bisa dipecat oleh atasan karena dianggap lalai dari tanggung jawabnya. Bisa dilihat, lari dari masalah tidak akan menyelesaikan pekerjaan.
Contoh lain, tentang sekolah. Sewaktu menghadapi ujian, kita mendapatkan nilai yang jelek sehingga harus ikut remidial. Merasa putus asa, kita justru memutuskan untuk tidak belajar karena merasa percuma. Akibatnya, nilai kita pun tetap jelek.
Berbohong juga merupakan salah satu cara untuk lari dari masalah. Ketika kebohongan tersebut menumpuk, tinggal menunggu waktu kebohongan akan terbongkar.
Kalau mau yang lebih ekstrem, kita bisa menggunakan contoh Dara dan Bima dari film Dua Garis Biru. Kalau mau lari, bisa saja Dara memutuskan untuk aborsi atau Bima kabur dari rumah dan menghilang begitu saja.
Akan tetapi, perbuatan tersebut akan menghantui mereka untuk jangka waktu yang lama bahkan selamanya. Meskipun berat, mereka memutuskan untuk bertanggung jawab atas apa yang telah mereka perbuat.
Penulis yakin, semua masalah yang menghampiri kita datang untuk diselesaikan. Lari dari masalah dengan bersikap masa bodo ataupun menyerah memang lebih mudah, tapi tidak akan menyelesaikan permasalahan.
Ayah penulis pernah bercerita, ketika didatangi oleh debt collector, ia justru mengajaknya ngobrol santai. Alhasil, masalah pun selesai dan debt collector tadi malah menjadi teman. Ini hanya contoh kecil kalau masalah bisa dihadapi dengan berbagai cara.
Penutup
Cakupan masalah memang sangat luas. Mungkin memang ada kalanya kita diharuskan untuk lari dari masalah ketika itu menjadi satu-satunya solusi.
Seandainya Penulis hidup di zaman Orba dan sedang dikejar karena terlalu vokal, mungkin Penulis akan memutuskan untuk lari dengan bungkam dan berhenti melawan pemerintah.
Rasanya Penulis tidak bisa seberani Budiman Sujatmiko dan kawan-kawan yang menerima berbagai siksaan dari rezim. Mungkin untuk sesaat Penulis merasa aman, namun rasa bersalah akan terus menghantui hingga akhir hayat.
Dari yang penulis amati selama ini (baik dari diri sendiri ataupun lingkungan sekitar), lari dari masalah memang menjadi pilihan yang lebih mudah daripada menghadapinya. Namun, konsekuensi yang akan kita terima ke depannya bisa jadi jauh lebih berat.
Penulis hingga kini tetap berpegang teguh pada prinsip bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan umatnya. Oleh karena itu jika ada masalah yang muncul, penulis akan berusaha semaksimal mungkin untuk menghadapinya.
Kebayoran Lama, 11 Januari 2020, terinspirasi dari lagu Linkin Park yang berjudul Easier to Run
Foto: lucas Favre