Sosial Budaya
Cari Perhatian di Media Sosial
Media sosial merupakan sebuah wadah yang bisa digunakan untuk berbagai macam kebutuhan. Ada yang untuk mengekspresikan diri, ada yang untuk jualan, ada pula yang digunakan untuk mencari perhatian dari orang lain.
Nah, poin terakhir inilah yang ingin penulis ulas kali ini. Mencari perhatian di media sosial adalah suatu hal yang kerap dilakukan oleh kita, termasuk diri penulis sendiri.
Mengapa Mencari Perhatian?
Menurut penulis, suka mencari perhatian merupakan salah satu karakter paling umum yang pernah ada, meskipun ada beberapa orang yang justru menghindari perhatian.
Kita ingin diperhatikan karena akan menimbulkan beberapa sensasi tersendiri untuk diri. Ada yang merasa keberadaannya jadi dianggap, ada yang merasa itu merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi, ada yang karena sedang memasuki masa puber.
Media sosial bisa menjadi wadah yang tepat untuk hal tersebut. Dengan membuat feed maupun story, kita bisa memancing perhatian seseorang secara mudah dan cepat.
Kalau ada yang peduli dengan kita.
Tak jarang ada yang merasa kecewa karena pancingannya tidak berhasil. Sama sekali tidak ada orang yang memberikan respon terhadap pos yang ia unggah di media sosial.
Perhatian tidak didapat, (mungkin) malah dosa yang didapat.
Mencari Perhatian dengan Cara yang Kurang Elok
Sebenarnya, tidak ada salahnya mencari perhatian dengan memanfaatkan media sosial. Mungkin, penulis membuat blog ini pun dalam upaya mendapatkan perhatian dari orang lain.
Hanya saja, terkadang ada cara-cara kurang baik yang dilakukan demi mendapatkan perhatian. Contohnya, memfoto tangan yang baru saja disilet, berkata-kata kotor di media sosial, mengumbar aurat, pamer kekayaan, hingga mengeluarkan sindiran-sindiran maut.
Penulis paham manusia itu diciptakan berbeda-beda. Cara mengekspresikan dirinya pun pasti beragam pula. Akan tetapi, mencari perhatian dengan cara-cara yang kurang elok tentu juga akan berdampak kurang baik untuk diri kita sendiri.
Belum tentu perhatian dari orang lain akan muncul dengan caci maki yang kita sebarkan melalui sosial media. Bisa jadi, mereka justru gusar dengan tindakan kita dan pada akhirnya justru akan melakukan blocking kepada akun kita.
Penutup
Sah-sah saja memanfaatkan media sosial untuk mencari perhatian orang lain. Mungkin, kita bisa mengetahui siapa yang peduli dengan kita dan siapa yang hanya menghampiri kita hanya ketika butuh.
(Yah, enggak selalu seperti itu 100% sih, penulis mengakuinya. Tapi bisa dijadikan sebagai salah satu parameter)
Hanya saja, menurut penulis cara-cara yang dilakukan untuk itu juga harus diperhatikan. Jangan sampai pos-pos kita justru mengganggu orang lain atau lebih parahnya membuat emosi.
Mungkin terdengar klise, tapi bukankah lebih baik kita mencari perhatian dengan berbagai prestasi maupun achievement yang berhasil kita raih? Bisa jadi ada orang lain yang menjadi termotivasi setelah melihat keberhasilan kita.
Media sosial memang bagaikan pisau bermata banyak, tergantung kita mau memanfaatkannya untuk kebaikan, keburukan, atau yang netral-netral saja.
Kebayoran Lama, 27 Juli 2019, terinspirasi setelah melihat status-status yang bernada mencari perhatian.
Foto: Leon Seibert