Sosial Budaya
Kenapa Orang Suka Membuat Hoax?
Hoax mudah diproduksi pada era serba cepat seperti sekarang. Hanya bermodalkan imajinasi dan data-data kurang akurat, kita bisa mengirimkan berita bohong melalui grup-grup WhatsApp dan dalam sekejap tersebar ke segala penjuru mata angin.
Apalagi jika ada momentum seperti pilpres ataupun kasus virus Corona seperti sekarang, jumlah hoaks bisa bertambah berkali-kali lipat.
Biasanya, hoaks-hoaks seperti itu akan disebarkan oleh generasi boomer. Di sisi lain, generasi milenial akan berusaha membantah dengan memberikan data dan fakta yang sebenarnya. Terjadi sebaliknya pun harusnya ada.
Permasalahannya, mengapa ada orang suka membuat hoax alias berita palsu?
Alasan Membuat Hoax
Penulis mencoba membayangkan menjadi seorang pembuat hoax. Apa kira-kira yang menjadi motivasi terbesar Penulis untuk membuat sebuah hoax?
Jika musim Pemilu alasannya jelas, untuk menjatuhkan dan menjelek-jelekkan lawan politik. Taktik kotor seperti ini sangat mudah ditemui. Fitnah dan adu domba saling diperlihatkan dengan kejamnya.
Mereka juga bisa membuat hoax karena memang dibayar untuk membuatnya. Entah berapa tarifnya, tapi rasanya memang ada orang-orang yang hidup dari pekerjaan seperti itu.
Tapi bagaimana dengan kasus lain seperti hoax seputar virus Corona?
Bisa jadi karena ingin menimbulkan kepanikan di masyarakat. Kita mudah merasa panik hanya dengan membaca sekilas sebuah judul berita, sehingga ada orang-orang yang ingin memanfaatkan hal tersebut.
Untuk apa membuat orang lain panik? Ada alasan karena faktor ekonomi. Seperti yang kita ketahui, bagaimana meroketnya harga masker dan alat kebersihan lainnya. Ada pihak yang diuntungkan di sini.
Kenaikan harganya benar-benar kelewat batas dan ada orang-orang tak bermoral yang justru memanfaatkan situasi ini. Barang sembako habis diborong orang-orang kaya hingga berisiko menyusahkan yang lebih membutuhkan.
Membuat orang lain panik juga bisa jadi hanya menjadi sebuah kesenangan bagi seseorang. Sama seperti kata Alfred dalam film The Dark Knight:
[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=efHCdKb5UWc[/embedyt]
Some man just want to watch the world burn. Ada orang-orang yang memang hanya ingin terjadi kekacauan di muka bumi ini. Mungkin terlihat terlalu didramatisir, tapi Penulis meyakini hal tersebut benar adanya.
Ada beberapa alasan lain, seperti mencari sensasi dan perhatian, kurang kerjaan, bentuk propaganda, dan lain sebagainya. Intinya, ada banyak alasan untuk membuat hoax.
Alasan Menyebar Hoax
Pembuat hoax mungkin tipe orang yang berada di dalam sunyi dan membiarkan karyanya tersebar dengan sendirinya. Nah, kita yang ikut menyebar juga memiliki andil terhadap suburnya hoax.
Tingkat literasi kita sangat rendah. Artinya, kita terlalu malas untuk sekadar membaca dan memastikan apa yang kita baca benar atau salah.
Hal ini diperparah jika kita termasuk orang yang mudah percaya sebuah informasi begitu saja. Sekali terlihat ilmiah dan meyakinkan, kita langsung meyakini kalau hal tersebut benar.
Para penyebar hoax ini terkadang merasa bangga karena merasa sebagai orang pertama yang menyebarkan berita penting. Apalagi, kalau berita tersebut tidak tayang di media mainstream dengan alasan sengaja ditutup-tutupi.
Sensasi yang didapatkan ketika menyebarkan berita menghebohkan juga menjadi alasan kuat lainnya. Secara tidak langsung kita akan terlihat sebagai orang penting dan mendapatkan perhatian berlebih.
Belum lagi jika hoax tersebut diawali dengan kalimat-kalimat positif dan merujuk ke sebuah kelompok tertentu. Misalnya seperti seorang muslim wajib tahu atau sebarkan kalau kamu peduli dengan bangsa ini.
Hal ini disebut sebagai Efek Barnum, di mana suatu pesan terasa ditujukan kepada kita padahal bersifat umum. Karena kita merasa sebagai orang yang disebut dalam hoax tersebut, kita pun merasa bertanggung jawab untuk menyebarkannya kepada orang lain.
Tak heran hoax bisa berantai-rantai seperti sekarang.
Penutup
Seandainya setiap mendapatkan berita kita akan melakukan verifikasi terlebih dahulu, hoax akan kesulitan untuk tumbuh. Perlahan, ia akan rontok dengan sendirinya.
Sayangnya, hal tersebut nampaknya masih belum akan terealiasi dalam waktu dekat. Jika kesadaran masyarakat terhadap hoax masih rendah seperti sekarang, hoax masih akan tersebar di grup-grup WhatsApp dan media-media lain dengan masifnya.
Bisakah kita menghentikan aksi para pembuat hoax? Bisa, dengan cara tidak mempercayainya dan selalu melakukan pengecekan fakta. Kita juga harus saling mengingatkan jika ada orang lain yang menyebarkan hoax.
Mungkin memang tidak bisa memberantas habis para pelaku hoax. Setidaknya, kita sudah berbuat sesuatu untuk melawan para pembohong tersebut.
Kebayoran Lama, 5 Maret 2020, terinspirasi dari banyaknya berita hoax seputar virus Corona
Sumber Artikel: Brilio, Tirto, Quora, Kompasiana,