Olahraga

Iker Casillas: Kapten yang Terbuang

Published

on

Kepindahan (lebih tepatnya, pengusiran) Iker Casillas dari Real madrid ke Porto merupakan salah satu momen yang paling menyakitkan bagi saya. Seorang pemain idola sekaligus kapten tim bisa dicampakkan sedemikian rupa tanpa adanya penghormatan yang layak. Kejadian itu cukup untuk membuat saya menyerahkan semua jersey Madrid yang saya miliki kepada adik saya.

Secara resmi, semenjak peristiwa tersebut, saya bukan lagi penggemar Real Madrid.

Saya memilih Real Madrid sebagai salah satu tim favorit sejak kecil, ketika Madrid dihuni pemain bintang macam Raul Gonzalez, Zinedine Zidane, Luis Figo, Roberto Carlos hingga Ronaldo. Alasannya sederhana, ketika membaca klasemen, Real Madrid peringkat satu di La Liga. Alasan yang sama mengapa saya suka dengan Manchester United, Inter Milan, dan Bayern Muenchen.

Diantara tim-tim tersebut, Real Madrid lah yang menjadi klub favorit nomer satu. Selain sering juara, Madrid juga menjadi tim favorit ketika bermain game sepakbola, mulai Winning Eleven hingga Pro Evolution Soccer 2013. Strategi quick counter menggunakan Madrid benar-benar ampuh untuk mengalahkan lawan.

Saya belum terlalu fanatik ketika pangeran Madrid, Raul, hengkang ke Schalke 07, sehingga tidak merasa terlalu sedih dengan kepergiannya. Selain itu, perpisahannya pun tidak semenyedihkan Casillas.

Mungkin sudah banyak yang tahu bagaimana konferensi pers Casillas ketika itu. Sendirian tanpa ada perwakilan dari pihak klub, Casillas tak bisa menahan air matanya menetes. Kejadian yang cukup memilukan bagi yang masih memiliki hati. Konferensi pers kedua yang menghadirkan Florentino Perez tidak banyak mengubah kegeraman saya kepadanya.

Semakin pilu hati ini ketika melihat bagaimana Barcelona, rival abadi Real Madrid, memperlakukan legendanya ketika mereka memutuskan untuk tidak memperpanjang kontraknya. Mulai dari Puyol, Xavi, hingga Mascherano, diberi penghormatan yang layak atas segala sumbangsihnya selama membela klub.

Saya menganggap awal dari kejadian ini adalah kebijakan Mourinho yang mencadangkan Casillas tanpa alasan yang jelas, peristiwa yang membuat saya tidak menyukai Mou (saya tidak begitu senang dengan pemilihan Mou sebagai pelatih MU). Cedera ibu jari membuat Mou makin memiliki alasan untuk tidak memainkannya.

Dengan masuknya banyak kiper, mulai Diego Lopez hingga Keylor Navas, membuat Casillas semakin tersisih. Tidak lagi diinginkan oleh klub, Casillas akhirnya harus pindah ke Porto karena enggan membela klub Spanyol selain Real Madrid.

Semoga di masa depan, tidak ada lagi pemain yang dicampakkan begitu buruk oleh klub manapun, termasuk Real Madrid sendiri.

 

Jelambar, 6 Maret 2018, setelah selesai menulis artikel SWI English Day

Sumber Foto: www.sport-english.com

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version