Film & Serial

Setelah Menonton Eternals (Bagian 2)

Published

on

Untunglah Penulis sudah menurunkan ekspektasinya terhadap film Eternals, sehingga Penulis menjadi tidak terlalu kecewa setelah menonton film ini di bioskop. Walaupun tidak seburuk skor di Rotten Tomatoes, Penulis tetap memberikan nilai buruk terhadap film ini.

Tentu ini hal yang mengejutkan, mengingat film ini disutradarai oleh pemenang Oscar, Chloé Zhao, dan dibintangi oleh sederet aktor dan aktris top Hollywood. Hal ini berbanding terbalik dengan Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings yang diremehkan, tetapi ternyata malah bagus.

Ada beberapa aspek yang ingin Penulis tuangkan di artikel ini seputar film Eternals. Buat yang belum baca Bagian 1-nya, bisa dibaca melalui link di bawah ini:

Setelah Menonton Eternals

Seperti yang sudah disinggung di artikel sebelumnya, Eternals merupakan film Marvel dengan scope yang sangat besar. Memperkenalkan 10 karakter baru sekaligus jelas bukan perkara yang mudah, belum lagi karakter-karakter lain seperti Celestial dan Deviants.

Meskipun durasinya sudah panjang, film ini masih terasa kurang mengalir dan alur yang terasa kurang rapi. Perpindahan satu adegan ke adegan lainnya terasa kurang smooth walaupun tidak sampai terasa memaksakan.

Selain ulasan secara garis besar seperti di atas, ada beberapa poin lagi yang ingin Penulis tuliskan secara lebih rinci.

Konflik Utama yang Membelah Eternals

Ikaris dan Sersi (Screen Rant)

Film ini jelas berpusat pada karakter Sersi yang diperankan dengan baik oleh Gemma Chan. Ia yang menggantikan Ajak sebagai Prime Eternal memutuskan untuk melindungi manusia dan melawan penciptanya, Arishem.

Hal ini bisa dimaklumi karena sejak awal Eternals mendarat di Bumi, Sersi langsung jatuh cinta kepada manusia dan ingin mleindungi mereka. Seperti yang dikatakan oleh Gilgamesh kepada Thena, ketika kita mencintai sesuatu, kita akan melindunginya.

Berbanding terbalik dengan kekasihnya, Ikaris sangat loyal kepada Arishem. Begitu mengetahui Ajak ingin mencari cara untuk menyelamatkan manusia, Ikaris memutuskan untuk membunuhnya.

Itulah konflik utama di film ini, sehingga Eternals terbagi menjadi dua kubu. Sersi, Druig, Makkari, Thena, dan Phastos memutuskan untuk melindungi manusia. Ikaris dan Sprite ingin menyelesaikan misi, sedangkan Kingo memutuskan untuk netral.

Premis yang dimiliki oleh Eternals jelas terdengar menjanjikan, mirip perpecahan Avengers di film Captain America: Civil War. Sayangnya, Penulis merasa eksekusinya terutama menjelang akhir film terasa kurang.

Ending Kurang Menggigit dan Sedikit Plot Hole

Arishem (Looper)

Karena adanya konflik tersebut, tentu saja klimaks yang dimiliki berujung pada pertarungan antar Eternals. Ikaris yang katanya paling kuat ternyata mampu dihentikan oleh Phastos, Makkari, dan Thena.

Ketika Sersi hendak pergi ke arah Celestial akan muncul, mengapa ia tidak minta tolong Makkari untuk mengantarnya ke sana agar cepat sampai? Hanya butuh satu kedipan mata bagi Makkari untuk mengantar Sersi lantas kembali melawan Ikaris.

Satu hal yang mengganggu Penulis adalah kemunculan Kro secara tiba-tiba, lantas mati dengan begitu mudah di tangan Thena. Meskipun disebut sebagai musuh dari Eternals, kehadiran Deviants di film ini hanya terasa sebagai pelengkap.

Pada dasarnya, Eternals adalah Deviants yang disempurnakan oleh Arishem. Sebenarnya misi mereka sama, hanya saja Deviants menjadi tidak bisa dikendalikan oleh Arishem dan justru menurunkan populasi penduduk suatu planet.

Selain itu, Sersi yang tiba-tiba bisa menggunakan Uni-Mind ketika bersentuhan dengan Celestial juga terasa kurang greget. Keajaiban muncul ketika krisis Penulis anggap sudah terlalu basi.

Ketika Arishem muncul di Bumi untuk minta pertanggungjawaban dari Eternal yang membangkang kepadanya, kenapa ia tidak menghancurkan Bumi pada saat itu juga? Anggap saja ia kesal dan ingin merusak upaya yang telah dilakukan oleh Eternals.

(Ya sebenarnya bisa dimaklumi, kalau Bumi hancur tentu tidak akan ada lagi film-film Marvel)

Masa Depan MCU Setelah Eternals

Eros a.k.a. Starfox (Looper)

Meskipun bagi Penulis film ini terasa kurang, dua adegan post-credit yang dimiliki memiliki suprise factor yang cukup mengejutkan. Pertama adalah kehadiran saudara Thanos yang bernama Eros, atau dikenal juga sebagai Starfox.

Dari percakapannya dengan para Eternals yang ada di dalam Domo, tampaknya Eros adalah seorang Eternals juga dan sudah menyadari apa tujuan dari Celestial menciptakan mereka. Hal ini juga seolah memberitahu kita kalau Thanos adalah seorang Eternals juga.

Pertanyaannya, apa mungkin keinginan Thanos melenyapkan separuh populasi alam semesta sebenarnya demi mencegah lahirnya Celestial-Celestial baru? Apakah sebenarnya Thanos melakukan misi gilanya tersebut demi menghentikan siklus Celestial yang kuno dan kejam?

Yang jelas, kemunculan Eros di film ini menunjukkan kalau Eternals sangat mungkin untuk memiliki sekuel. Kita perlu tahu bagaimana nasib para Eternals yang dibawa oleh Arishem. Apakah ingatan mereka akan dihapuskan?

(Satu lagi plot hole di sini, kenapa Arishem tidak membawa Eternals yang ada di dalam Domo? Ia jelas memiliki kemampuan untuk berteleportasi secara cepat)

Black Knight (Greenscene)

Setelah itu, post credit selanjutnya kita diperlihatkan karakter Dane Whitman sedang mempertimbangkan untuk menyentuh sebuah pedang misterius. Lalu, kita mendengar suara seseorang yang ternyata merupakan suara Blade!

Artinya, besar kemungkinan kalau Whitman, yang di komik akan menjadi superhero bernama Black Knight, akan membentuk tim bersama Blade di film yang akan datang.

Penutup

Film ini sebenarnya memiliki banyak unsur yang menyenangkan untuk dinikmati sebagai sebuah film. Duo Kingo dan Karun jelas sangat menghibur, walaupun sangat disayangkan Kingo tidak terlibat di pertarungan terakhir.

Adegan favorit Penulis tentu saja ketika Ikaris membunuh Ajak. Bisa dibilang, itu adalah adegan terbaik yang dimiliki film ini dan menjadi plot twist yang cukup mind-blowing.

Marvel jelas berani keluar dari zona nyamannya dan membuat film yang terasa lebih dark dan tak segan untuk membunuh beberapa karakternya. Adanya superhero gay pertama dan adegan seks pertama di film ini menjadi bukti lainnya.

Sayangnya, film ini terasa berantakan dengan CGI yang lumayan buruk, seolah bukan standar Marvel. Sinematografi yang sebenarnya cukup bagus menjadi sedikit ternodai dengan masalah ini.

Penulis juga merasa ending-nya “gitu doang”, apalagi kematian Kro yang begitu cepat sehingga ia menjadi salah satu villain yang akan mudah untuk dilupakan. Entah bagaimana alternatif ending yang lebih baik, tapi Penulis tidak menikmati ending yang diberikan film ini.

Kalau Marvel mengklaim film ini akan mengubah MCU, hal tersebut bisa saja benar. Arishem mengatakan akan kembali ke Bumi untuk “penghakiman”, sehingga tentu menarik bagaimana para pahlawan Bumi kita akan melawan Celestial yang luar biasa besarnya.

Kemunculan beberapa karakter baru seperti Eros, Black Knight, dan Blade tentu akan membuat MCU menjadi semakin berwarna. Meskipun belum ada pengumuman sekuelnya, rasanya Eternals akan memilikinya beberapa tahun ke depan.


Lawang, 14 November 2021, terinspirasi setelah menonton Eternals

Foto: Barrier Magz

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version