Film & Serial

Setelah Menonton Tilik

Published

on

Berawal dari kehebohan di Twitter, Penulis jadi menonton sebuah film pendek di YouTube yang berjudul Tilik. Ini ada pertama kalinya Penulis menonton film pendek.

Apa yang membuat penasaran adalah premisnya yang bercerita tentang ibu-ibu berghibah. Sederhana, namun sangat dekat dengan kehidupan kita.

Saking sederhananya, Penulis bisa menjelaskan jalan cerita film ini hanya dalam beberapa paragraf.

Jalan Cerita Tilik

Sekelompok ibu-ibu dari sebuah pedesaan sedang melakukan perjalanan menuju rumah sakit menggunakan truk. Mereka hendak menjenguk Bu Lurah yang sedang sakit.

Bu Tejo (BorobudurNews)

Salah seorang ibu-ibu bernama Bu Tejo menjadi pusat dari film ini berkat mulutnya yang begitu “lincah” ketika membicarakan seseorang. Dalam perjalanan ini, seorang wanita bernama Dian menjadi targetnya.

Topiknya pun sangat umum, seorang wanita muda cantik tiba-tiba memiliki barang-barang bagus. Padahal, ia hanyalah lulusan SMA. Bu Tejo pun menggiring opini kalau Dian adalah seorang wanita nakal.

Kebanyakan ibu-ibu hanya mengiyakan berbagai celotehan Bu Tejo, sebagian ikut memanaskan gosip. Hanya Yu Ning yang berusaha positif dan selalu menyangkal kalimat-kalimat yang dikeluarkan oleh Bu Tejo.

Yu Ning (Medcom.id)

Setelah sampai di rumah sakit, mereka bertemu dengan Dian dan anak Bu Lurah yang bernama Fahri. Rombongan ibu-ibu ini harus menerima kenyataan pahit kalau Bu Lurah tidak bisa dijenguk karena masuk ICU.

Yu Ning, yang mengusulkan perjalanan ini, sangat merasa bersalah. Ia yang menjadi representasi orang positif pun seolah terlihat sebagai pihak yang kalah.

Pada adegan post-credit, tokoh Dian terlihat memasuki sebuah mobil. Ternyata, ia menjalin kisah asmara dengan suami (atau mantan suami?) dari Bu Lurah! Jadi, apakah segala celotehan Bu Tejo dan ibu-ibu lainnya terbukti?

Setelah Menonton Tilik

Sebagai film yang sederhana, nyatanya muncul banyak pandangan di kalangan netizen dalam memahami film ini. Kebanyakan yang Penulis baca memberikan respon secara positif.

Menikmati Kesederhanaannya (LPM DinamikA)

Yang paling sering adalah karakter Bu Tejo yang merepresentasikan hoaks yang sering tersebar di sekitar kita. Banyak juga yang menganggap kalau karakter Yu Ning sebagai representasi diri kita yang kerap berusaha menangkal hoaks secara mati-matian.

Ada juga yang berpendapat kalau film ini buruk karena menunjukkan penyebar hoaks justru menjadi pemenang di akhir. Apa yang dicelotehkan oleh Bu Tejo ternyata terbukti benar, Dian bukan wanita baik-baik.

Ada yang menyangkal pendapat ini. Di awal film, telah dijelaskan kalau Bu Lurah adalah seorang single. Artinya, ia telah bercerai dari suaminya dan Dian berhak menjalin cinta dengan mantan suaminya.

Beda cerita kalau ada yang menganggap hubungan beda usia jauh tersebut sebagai sesuatu yang salah, walau ada yang beranggap kalau Dian memang membutuhkan sosok figur seorang ayah.

Pendapat manapun yang benar, Penulis bisa menikmati film yang berdurasi sekitar 30 menit ini. Tidak bagus-bagus amat, namun Penulis sangat menghargai kesederhanaannya.

Buat yang belum menonton film ini, bisa langsung tonton filmnya melalui video yang ada di bawah ini:

[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=GAyvgz8_zV8[/embedyt]

 

 

Lawang, 22 Agustus 2020, terinspirasi setelah menonton film Tilik yang rame di Twitter

Foto: ERA.ID

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version