Pengalaman
Kok Mainnya Sama Anak Kecil?
FANANDI MAINNYA SAMA ANAK KECIL!
Tidak jarang penulis mendengarkan kalimat seperti itu. Tentu, anak kecil yang dimaksudkan adalah kawan-kawan di Karang Taruna yang memang rentang usianya cukup jauh di bawah penulis, sekitar 5 hingga 10 tahun.
Mau dianggap seperti itu sebenarnya juga tidak masalah. Toh, penulis juga tidak mungkin menjelaskan mengapa penulis bisa dekat dengan mereka semua semenjak Karang Taruna berdiri di lingkungan RW.
Jadi, kenapa penulis sering bermain bersama mereka?
Ya, karena sering kumpul sama mereka aja. Semenjak rangkaian acara kemerdekaan Indonesia pada tahun 2016, kami semua sering bekerja sama dalam menyukseskan acara.
Mulanya pada rapat pendahuluan, penulis dan teman yang seumuran sempat gusar karena oleh salah satu pihak dari pengurus RW. Alasannya, semua konsep yang sudah kami siapkan ditolak mentah-mentah.
Beliau justru mengajukan Ekky, teman baik adik penulis yang waktu itu masih kelas 2 SMK. Yang membuat terkejut, banyak sekali anak-anak remaja (SMP dan SMA) yang sebelumnya tidak terlalu penulis kenal ketika rapat perdana tersebut.
Singkat cerita, penulis pun berusaha membantu mereka dari belakang dan membuat kami sering berinteraksi. Eh, berawal dari kegusaran, kami jadi dekat satu sama lain hingga sekarang.
Selang beberapa hari setelah pembubaran panitia, Karang Taruna pun resmi dibentuk pada tanggal 3 September 2016. Kami pun jadi semakin dekat satu sama lain, lengkap dengan sekelumit permasalahannya.
Waktu itu, penulis yang terpilih sebagai ketua pertama paham apa tugas terberatnya: membangun fondasi organisasi. Salah satu caranya adalah dengan membuat banyak program kerja seperti SWI Mengajar, SWI Barang Bekas, dan lain sebagainya.
Kalau hanya mengerjakan program kerja tentu akan menjenuhkan. Maka dari itu, biasanya setiap malam minggu kami berkumpul untuk meningkatkan chemistry antar anggota (bahkan ada yang menumbuhkan perasaan suka antar anggota).
Bahkan, dengan alasan agar ketika kumpul tidak sibuk dengan HP-nya sendiri-sendiri, penulis berinisiatif untuk membuat berbagai permainan, mulai dari Werewolf dengan penambahan karakter, tebak satu kata, hingga merancang board game Stars & Rabbits.
Dengan demikian, sudah jelas bukan kenapa penulis begitu dekat dan sayang ke mereka?
Penulis berusaha memosisikan diri sebagai kakak sekaligus teman bagi mereka semua. Jika ada yang membutuhkan saran atau sekadar ingin bercerita, penulis berusaha untuk menjadi pendengar yang baik.
Penulis mengakui mungkin sedikit lebih dekat dengan anggota-anggota perempuan yang ada di Karang Taruna. Obsesi ingin memiliki adik perempuan bisa menjadi salah satu alasannya. Belum punya pacar menjadi alasan lainnya.
Kedekatan dengan orang lain seperti ini baru penulis rasakan ketika sudah berkepala dua. Seperti yang sudah penulis curhatkan panjang lebar di tulisan Rasa Takut Akan Sendirian, penulis tidak punya banyak teman sewaktu sekolah.
Kehadiran mereka di kehidupan penulis membuat penulis merasa menemukan kepingan puzzle yang hilang. Berkumpul dengan mereka mungkin membuat penulis menjadi childish, tapi semoga penulis bisa mengubahnya dengan keluar dari zona nyaman.
Yang jelas, penulis menyayangi mereka semua. Maka dari itu, penulis rela menghabiskan jatah cutinya demi pulang dan berkumpul dengan mereka pada acara peringatan kemerdekaan Indonesia yang ke-74.
Dan itu sangat menyenangkan, walaupun ketika kembali ke Jakarta harus menambah beban rindu yang berat.
Kebayoran Lama, 25 Agustus 2019, terinspirasi setelah pulang ke Lawang selama 9 hari