Pengalaman

SWI Mengajar

Published

on

Jika dibandingkan dengan Indonesia Mengajar, jelas sangat berbeda, baik lingkup maupun tujuan. Akan tetapi, dengan harapan bisa tertular semangat para pengajar muda yang berada dalam lembaga tersebut, SWI Mengajar kami gagas ketika pembentukan Karang Taruna. Alasan lainnya, kami yakin pendidikan adalah faktor penting dalam pembentukan karakter generasi penerus bangsa.

SWI sendiri sebenarnya adalah nama lingkungan dimana kami tinggal, yang merupakan akronim dari Sumber Wuni Indah. Maka banyak program kerja di Karang Taruna yang diawali dengan SWI untuk menegaskan bahwa program-program ini dilaksanakan di Sumber Wuni Indah. Jika mau lebih lengkap, harusnya ditulis PSWI (Perumahan Sumber Wuni Indah). Namun mungkin karena menghindari anggapan bahwa lingkungan kami ingin dianggap elit, maka kata Perumahan jarang dicantumkan.

Inti dari SWI Mengajar di sini adalah bagaimana anggota Karang Taruna saling membagi ilmunya kepada satu sama lain. Pada awal mulanya, anggota yang sudah duduk di bangku kuliah mengemban tanggung jawab tertinggi untuk mengajar adik-adiknya yang masih sekolah. Hanya saja, setelah banyak yang lulus dan kerja di luar kota, mau tidak mau anggota yang sudah SMA menjadi tumpuan untuk melanjutkan program ini.

Untuk saat ini, proses belajar masih antara anggota Karang Taruna. Ke depannya, kami berharap bahwa program ini juga dapat diikuti oleh adik-adik yang masih di tingkat sekolah dasar. Ini penting, karena adik-adik tersebut suatu saat juga akan menjadi anggota Karang Taruna, sehingga sejak dini kami perlu mengakrabkan diri dengan mereka agar mereka merasa nyaman ketika berkumpul dengan kami.

***

Selama satu tahun setengah berjalan, tentu banyak kendala yang terjadi dalam melaksanakan SWI Mengajar. Yang paling kentara adalah keaktifan anggota. Sempat beberapa kali program ini vakum di tengah jalan dengan kendala tersebut. Alasan yang paling sering dikemukakan adalah “lebih senang belajar sendiri”. Kami akui, ketika proses belajar sedang berlangsung, terselip gurauan-gurauan yang bisa memecah konsentrasi. Oleh karena itu, SWI Mengajar lebih sesuai jika digunakan untuk mengerjakan pekerjaan rumah, bukan belajar untuk ulangan.

Permasalahan lainnya adalah bagaimana jika anggota yang datang tidak mempunyai PR ataupun pertanyaan yang ingin diajukan. Solusinya, untuk saat ini adalah diadakannya SWI English Day, program kerja lainnya yang dulu pernah mati suri. Dulu, program dengan tujuan melancarkan anggota berbicara dalam bahasa Inggris ini dilaksanakan setiap hari Kamis. Kami harus berbicara bahasa Inggris terhadap sesama anggota, baik ketika bertemu langsung maupun di grup WA. Program ini terhenti karena dirasa memberatkan anggota.

SWI English Day yang diterapkan di SWI Mengajar dibuat lebih sederhana. Kami hanya melatih daily conversation sederhana, sesuatu yang menurut beberapa anggota tidak diajarkan secara rutin di sekolah. Padahal, banyak guru bahasa Inggris saya yang berpendapat bahwa conversation lebih penting daripada grammar. Setelah dua kali uji coba, dapat disimpulkan bahwa anggota hanya kurang percaya diri saja ketika berbicara bahasa Inggris. Untuk masalah vocabulary dan tata letak kalimat, bisa menyusul.

***

Karena termasuk anggota tua di Karang Taruna, saya sering menempatkan diri sebagai pengajar. Akan tetapi, justru saya yang mendapatkan banyak pelajaran dari program ini.

Pertama, program ini menyadarkan salah satu passion saya, yakni membagi ilmu yang saya miliki. Saya menemukan kepuasan apabila penjelasan saya dapat dipahami oleh yang meminta penjelasan.

Kedua, saya menjadi terpacu untuk menjadi dosen. Selain mendapatkan amalan yang tak putus, saya bisa mengajak mahasiswa saya untuk berperan aktif di lingkungannya melalui Karang Taruna.

Yang terakhir, saya menyadari kemampuan komunikasi saya dalam menyampaikan informasi masih payah, terutama jika sesuatu yang akan disampaikan tidak dipersiapkan terlebih dahulu alias spontan. Dengan adanya SWI Mengajar, secara perlahan saya bisa melatih dan mengembangkan kemampuan ini agar apa yang saya sampaikan dapat diterima oleh yang mendengar.

Bukankah itu inti dari komunikasi?

 

 

Lawang, 27 Januari 2018, setelah bermain FIFA 18 bersama Ekky dan Abil

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version