Pengalaman
Muka Tipis vs Muka Tebal
Menentukan definisi muka tipis vs muka tebal ini telah lama menjadi polemik di kantor penulis. Susahnya menjelaskan apa yang penulis maksud secara verbal membuat penulis memutuskan untuk menjabarkannya secara rinci pada tulisan ini.
Meskipun begitu, penulis sempat kebingungan untuk menentukan kategori tulisan ini. Setelah ditimbang-timbang, penulis memutuskan untuk memasukkannya ke dalam kategori Karakter. Maksudnya, karakter wajah gitu.
Penulis akan banyak membicarakan fisik seseorang di sini, dan penulis sama sekali tidak bermaksud untuk melakukan penghinaan.
Asal Mula Istilah Ini
Sebenarnya, lawan dari muka tipis adalah muka pekat, karena muka tebal sudah identik sebagai idiom untuk menggambarkan orang yang tidak punya malu. Akan tetapi, karena sudah terlanjur maka biarlah penulis menggunakan istilah ini.
Awalnya, penulis mengetahui istilah ini ketika menonton kanal YouTube Nihonggo Mantappu yang sedang merekam reaksi orang-orang Jepang terhadap beberapa public figure Indonesia.
Nah, sesekali mereka memberi reaksi dengan mengatakan “wajahnya pekat banget ya” dalam bahasa Jepang. Penulis merasa bahwa komentar mereka tersebut sebenarnya sering penulis gunakan juga secara tidak sadar.
Untuk yang penasaran dengan videonya, mungkin bisa tonton videonya secara langsung di bawah ini:
Muka Tipis vs Muka Tebal
Penulis akan menjelaskan dulu tentang muka tipis. Karena penulis merupakan seorang laki-laki, maka penulis akan menggunakan wanita sebagai contohnya.
Dalam pemahaman penulis, wanita-wanita Asia timur seperti Jepang, Korea, hingga Cina pada umumnya bermuka tipis. Hal ini dicirikan dengan kecilnya ukuran mata, hidung, dan mulut. Di gambar banner, penulis mencontohkan Jessica Jung.
Sebaliknya, wanita bermuka tebal memiliki mata yang cukup besar dan bibir yang cukup tebal. Wanita-wanita India, Arab, hingga Amerika Latin adalah contoh mudahnya.
Jika dilihat secara saksama, “kepekatan wajahnya” akan terasa. Di sini, penulis mencontohkan Isabela Moner, pemeran karakter Dora.
Nah, bagaimana dengan wanita-wanita di negara Barat seperti Amerika Serikat dan Inggris Raya? Tidak seperti negara-negara Asia, orang-orang kulit putih tersebut sudah bercampur aduk sehingga ada yang masuk ke dalam muka tipis maupun tebal.
Anna Hattheway dan Elizabeth Olsen menurut penulis bermuka tebal, sedangkan Keira Knightley dan Gal Gadot bermuka tipis. Harap diingat, ini semua hanya persepsi penulis sehingga jika pembaca tidak sependapat sangat dipersilahkan.
Bagaimana dengan wanita Indonesia? Sama saja, ada yang termasuk ke dalam muka tipis ada yang muka tebal. Melodi eks-JKT48 termasuk muka tipis, sedangkan Nabilla eks-JKT48 termasuk muka tebal.
Sebagai tambahan, Chelsea Islan menurut penulis bermuka tipis, bagaimana dengan pembaca sekalian?
Muka Hybrid
Tentu penulis tidak bisa membaginya hanya secara bipolar seperti itu. Selalu ada jalan tengah, dan penulis memberikan istilah muka hybrid, kombinasi antara keduanya atau yang susah dikategorikan bertipe tipis atau tebal.
Contohnya adalah Emilia Clarke. Ia memiliki mata yang kecil sehingga ketika tersenyum -hal yang sangat sering ia lakukan- matanya terlihat seperti mata orang-orang Asia, tapi senyumnya sangat lebar (dan sangat menyenangkan untuk dilihat)
Artis Indonesia tentu juga banyak yang masuk ke dalam kategori ini. Salah satu penyanyi favorit penulis, Isyana Sarasvati, adalah salah satu artis yang bagi penulis sangat susah untuk ditentukan masuk ke dalam kategori mana.
Ada contoh lain wanita-wanita bertipe muka hybrid? Pasti banyak, penulis yakin itu.
Kesimpulan
Jika ditanya lebih suka yang mana, penulis akan menjawab wanita bermuka tipis. Meskipun begitu, jika ditakdirkan untuk berjodoh dengan wanita bermuka tebal, mengapa tidak?
Sedikit keluar dari topik, sebenarnya hal pertama yang penulis lihat dari seorang wanita adalah alisnya. Penulis menyukai wanita beralis (asli) tebal seperti yang dimiliki oleh Isyana.
Dengan tulisan ini, penulis berharap polemik dalam menentukan definisi muka tipis vs muka tebal bisa diakhiri. Walaupun, nampaknya hal ini akan masih menjadi perdebatan panjang ketika makan siang bersama.
Kebayoran Lama, 16 Juni 2019, terinspirasi dari perdebatan yang terjadi antara teman-teman kantor