Pengembangan Diri

Menahan Hasrat Belanja

Published

on

Dulu, penulis adalah tipe orang yang mudah khilaf ketika melihat buku. Apalagi, jika ada acara pameran buku yang harganya murah-murah. Sebagai mahasiswa, barang murah adalah rezeki nomplok.

Sekarang, penulis sudah mulai mengurangi nafsu untuk belanja walau terkadang masih suka khilaf. Tapi jumlahnya sudah benar-benar berkurang jika dibandingkan zaman-zaman kuliah.

Butuh atau Ingin?

Marie Kondo (Asia Nikkei)

Dari beberapa buku seputar minimalisme yang sudah penulis baca (termasuk bukunya Marie Kondo), semua mengatakan satu hal yang sama. Simpan barang-barang yang hanya dibutuhkan dan bisa menimbulkan kebahagiaan.

Kita harus bisa membedakan mana yang kebutuhan mana yang keinginan. Kalau memang kebutuhan (buku adalah kebutuhan penulis), ya silakan dibeli. Kalau hanya keinginan, biasanya akan jarang terpakai dan lebih sering disimpan di gudang.

Teori ini juga penulis terapkan ketika hendak membeli sebuah barang, termasuk buku. Penulis akan menimbang-nimbang apakah buku tersebut akan sempat penulis baca atau sekadar menjadi pajangan di rak buku.

Hal tersebut membuat penulis sering lama ketika berada di toko buku, meskipun sebenarnya bisa saja penulis membeli semua buku yang diinginkan. Akan tetapi, tidak semuanya penulis butuhkan.

Suatu Hari Pasti Butuh

Salah satu alasan mengapa kita sering menumpuk barang adalah karena membayangkan suatu hari pasti butuh. Dengan alasan berjaga-jaga, kita membeli beberapa barang demi stok.

Hal ini sebenarnya tidak masalah. Penulis pun terkadang masih melakukannya. Hanya saja, sering kali barang-barang tersebut akhirnya menumpuk dan kita lupa kalau pernah memilikinya.

Penulis tidak sekadar omong doang. Penulis bisa menulis seperti ini karena mengalaminya sendiri, terutama ketika sedang beres-beres kamar.

Banyak sekali barang-barang suatu hari pasti butuh yang penulis temukan di sana. Penulis pada akhirnya memutuskan untuk membuang barang-barang tersebut.

Kalau memang pada akhirnya penulis membutuhkannya, penulis bisa membelinya dengan harga normal yang sebenarnya tidak terlalu beda jauh selisihnya.

Anti Flash Sale?

Flash Sale (Synergy Merchant)

Penulis pernah menuliskan beberapa tulisan seputar budaya mager. Dalam hal belanja, mager keluar rumah justru bisa menahan kita dari hasrat belanja yang berlebihan.

Sayangnya, kini ada yang namnaya toko online yang membuat kita bisa belanja tanpa perlu menginjakkan kaki di mal. Apalagi, banyak sekali barang-barang lucu yang dijual murah.

Belum lagi sering ada flash sale pada tanggal-tanggal cantik, di mana kita harus rebutan dengan orang lain agar bisa mendapatkan barang bagus dan murah.

Kembali lagi ke poin di awal tulisan, apakah barang yang bagus dan murah selalu kita butuhkan?

Penulis hampir tidak pernah tertarik dengan yang namanya flash sale yang kerap hadir di toko online. Hanya karena sedang diskon besar-besaran, bukan berarti kita membutuhkannya.

Tapi kan itu kesempatan langkah di mana kita bisa dapat barang bagus dan murah?

Bukannya penulis sombong dan tidak butuh diskon. Penulis sangat suka dengan potongan harga sehingga tak ragu untuk mengeluarkan kalkulator ketika belanja buku agar tahu berapa uang yang harus kita keluarkan.

Penulis selalu berusaha mencari suatu benda dengan harga termurah. Itu menjadi salah satu alasan mengapa penulis mencatat pemasukan dan pengeluaran setiap hari.

Kebanyakan barang-barang yang dijual di flash sale tidak penulis butuhkan. Kalau memang sedang membutuhkan suatu barang, pasti penulis akan mencarinya.

Apalagi, penulis bependapat bahwa momen seperti flash sale memang digunakan oleh para toko online agar kita membelanjakan uang di luar kebutuhan.

Penutup

Belanja memang aktivitas yang menyenangkan dan hobi bagi banyak orang. Akan tetapi jika dilakukan secara berlebihan, tentu kurang baik juga terutama jika penghasilannya masih pas-pasan.

Cara menahan hasrat belanja paling mudah adalah mengklasifikasikannya sebagai kebutuhan atau keinginan. Sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu, coba bayangkan bagaimana kita akan menggunakannya.

Kalau memang akan digunakan dan banyak membantu kita, beli saja. Tapi jika kita kesulitan membayangkannya, kemungkinan besar itu hanya sekadar keinginan.

Menghindari flash sale juga menjadi salah satu cara agar kita tak tergoda mengeluarkan uang untuk sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan.

Sesekali tidak apa-apa, seperti adik penulis yang berhasil mendapatkan eardbuds dari Xiaomi dengan harga yang sangat murah dibandingkan dengan harga aslinya.

Yang penting, jangan sampai kita mendahulukan keinginan kita untuk membeli sesuatu yang kurang penting, lantas menyesal di kemudian hari.

 

 

Kebayoran Lama, 3 November 2019, terinspirasi dari dirinya yang sendiri yang sudah mengurangi belanja buku

Foto: Jacek Dylag

Fanandi's Choice

Exit mobile version