Renungan

Bumi (Tanpa) Manusia

Published

on

Apakah ada hal positif yang muncul akibat meruaknya virus Corona ke segala penjuru dunia? Tanpa mengurangi empati kepada korban dan keluarganya, Penulis merasa ada.

Dengan adanya virus ini, kebanyakan orang harus mengurangi kegiatannya dan berdiam diri di rumah. Banyak tempat kerja menerapkan kebijakan Work from Home sehingga jalanan lebih lenggang.

Akibatnya, tingkat polusi berkurang secara signifikan, hewan-hewan yang dulu tidak bebas bergerak jadi berani untuk muncul, dan masih banyak lainnya.

Penulis menjadi terpikir sesuatu, apakah Bumi memang lebih baik tanpa kehadiran manusia?

Zaman Dinosaurus dan Era Peperangan

Jika mau percaya kepada para arkeolog, pernah ada suatu masa ketika reptil raksasa menguasai dunia. Alam bekerja secara baik hingga muncul bencana yang memusnahkan mereka.

Lantas, Bumi perlahan diambil oleh mamalia. Menurut penganut teori evolusi Charles Darwin, ada makhluk-makhluk yang akan menjadi cikal bakal manusia modern seperti sekarang.

Manusia dan Perang (Wikipedia)

Kalau menurut keyakinan Penulis, Nabi Adam dan Hawa diturunkan dari surga karena melanggar perintah Tuhan. Mereka lah nenek moyang manusia, berawal dari dua orang hingga menjadi milyaran seperti sekarang.

Penulis banyak membaca buku sejarah, termasuk sejarah peradaban. Semenjak kemunculan manusia dan perlahan membangun peradaban, ada saja bentuk kerusakan yang ditimbulkan.

Tak terhitung berapa jumlah perang yang sudah dilakukan umat manusia. Ada yang demi memperluas kekuasaan, fasisme, menyebarkan ajaran agama, perebutan sumber daya, dan lain sebagainya.

Siapa yang dirugikan? Selain rakyat sipil yang tidak bersalah, alam pun turut menjadi korban. Kerusakan yang dihasilkan oleh perang jelas tidak sedikit.

Revolusi Industri

Selain perang, kerusakan alam secara masif juga dipicu oleh Revolusi Industri yang terjadi di sekitar abad 18 yang bermula di Britania Raya dan menyebar ke seluruh dunia.

Revolusi Industri (History.com)

Pertumbuhan penduduk meningkat pesat, roda ekonomi berputar lebih cepat, terjadinya perubahan besar-besaran di berbagai bidang, mulai dari pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, hingga teknologi.

Salah satu faktor yang mendorong hal tersebut adalah penemuan mesin uap oleh James Watt. Mesin tersebut membuat pekerjaan manusia bisa selesai lebih efisien dan cepat.

Efek sampingnya? Polusi yang gila-gilaan. Mesin uap membutuhkan batu bara sebagai bahan bakar, salah satu jenis bahan bakar fosil. Otomatis, dibutuhkan proses penambangan yang jelas merusak alam.

Kehidupan manusia memang menjadi lebih baik. Akan tetapi, ada tumbal yang harganya tidak murah.

Bumi (Tanpa) Manusia

Hanya dari dua contoh di atas (perang dan revolusi industri), kita bisa melihat betapa besar kerusakan alam yang dihasilkan oleh manusia untuk Bumi kita tercinta.

Apakah berarti Bumi akan lebih baik tanpa manusia? Bisa jadi iya, bisa jadi tidak.

Beruang Kutub Mencari Makan (The New York Times)

Di dalam keyakinan Penulis, telah ditakdirkan bahwa manusia diturunkan ke Bumi untuk menjadi pemimpin di Bumi. Tidak ada makhluk lain yang secerdas dan sehebat manusia.

Hanya saja dalam prosesnya, banyak perbuatan kita yang menyimpang dan membuat alam kita rusak. Hutan semakin habis, laut semakin kotor, binatang banyak yang punah dan terancam punah, dan masih banyak contoh lainnya.

Untungnya di era modern seperti sekarang, kesadaran untuk peduli terhadap lingkungan semakin meningkat. Orang-orang seperti Greta Thunberg bisa menginspirasi banyak orang dengan aksinya.

Jadi, Bumi memang bisa lebih baik tanpa ada manusia. Namun faktanya, manusia telah ditakdirkan untuk menjadi pemimpin di Bumi dan sudah seharusnya kita menjalankan amanat tersebut dengan baik.

 

 

 

Kebayoran Lama, 18 April 2020, terinspirasi dengan banyaknya makhluk hidup lain yang bisa bergerak bebas selama pandemik Corona ini

Foto: TheHour

Fanandi's Choice

Exit mobile version