Renungan
Untuk Apa Merdeka?
Negara kita tercinta, Indonesia, baru saja merayakan hari jadinya yang ke-74 tahun. Demi merasakan euforianya, penulis memutuskan untuk pulang ke Malang dan mengikuti berbagai rangkaian kegiatan yang telah disusun oleh Karang Taruna.
Oleh karena itu, penulis merasa terdorong untuk merenungi tentang kemerdekaan itu sendiri. Apakah kita benar-benar sudah merdeka? Lebih lanjut, untuk apa kita merdeka?
Apa Kita Benar-Benar Sudah Merdeka?
Mari kita urai pertanyaan yang pertama, apakah kita benar-benar sudah merdeka? Merdeka dari bentuk penjajahan fisik mungkin iya, tapi bagaimana dengan penjajahan bentuk baru?
Mungkin sudah tidak ada negara lain yang menempatkan pasukannya di tanah air kita, tapi bisa jadi mereka datang dalam bentuk lain seperti “investasi” yang hanya menguntungkan beberapa pihak, bukan seluruh rakyat Indonesia.
Sudah banyak kita baca melalui berbagai media bahwa banyak sumber daya alam kita dikuasai oleh pihak asing. Katanya, karena kita belum mampu mengolahnya sendiri. Mungkin iya, waktu dulu ketika Indonesia baru merdeka. Sekarang?
Itu baru satu sektor yang memang ramai dibincangkan tapi kerap pula untuk dilupakan. Bagaimana dengan sektor lain yang jarang tereskpos oleh media? Penulis yakin ada banyak yang seperti ini.
Tidak hanya dijajah oleh bangsa lain, kita pun berpotensi untuk dijajah oleh negara kita sendiri ketika hak kita dirampas dan pemerintah tutup telinga dari jeritan-jeritan memohon keadilan.
Apakah memang kemerdekaan hanya milik segelintir rakyat Indonesia yang bebas ingin melakukan apa saja karena memiliki harta, privilage, dan kekuasaan?
Meskipun nyatanya masih banyak, penulis tidak ingin masyarakat Indonesia menjadi jongos di negaranya sendiri, walaupun penulis menyadari bahwa etos kerja dan belajar yang kita miliki masih kalah dari bangsa lain yang lebih maju.
Untuk Apa Merdeka?
Beralih ke pertanyaan kedua, untuk apa kita merdeka? Untuk apa para pahlawan mengorbankan dirinya agar kemerdekaan bisa dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia?
Dari buku sejarah yang kita pelajari sejak SD, kemerdekaan direbut karena kita diperlakukan secara sewenang-wenang oleh penjajah, baik ketika Belanda, Jepang, maupun negara lain.
Intinya, kita menderita akibat perlakuan buruk dari para penjajah. Pertanyaannya, sudahkah kita bebas dari penderitaan tersebut? Sebagian sudah, sebagian belum. Yang jelas, hidup kita jauh lebih baik jika dibandingkan era penjajahan.
Hanya saja, untuk apa kita merdeka jika kita tidak bisa memberikan apapun ke negara? Untuk apa merdeka, jika kita hanya bisa menjadi beban negara tanpa bisa membuatnya bangga sekalipun?
Untuk apa kita merdeka, jika kita malah malas-malasan seolah tidak menghargai usaha para pahlawan? Untuk apa merdeka, jika kita meremehkan makna kemerdekaan itu sendiri dan menganggapnya hanya sebagai salah satu peristiwa di masa lalu?
Untuk apa kita merdeka, jika kita hanya bisa menyombongkan rasa nasionalisme tanpa ada bukti nyatanya? Untuk apa merdeka, jika kita merasa lebih pancasilais dibandingkan orang lain?
Untuk apa kita merdeka, jika kita justru menimbulkan perpecahan yang membuat kita berperang satu sama lain, terutama di media sosial? Untuk apa merdeka, jika kita memusuhi sesama bangsa sendiri?
Untuk apa kita merdeka, jika kita membiarkan bangsa lain mengambil sumber daya kita dengan bebas di kala masih banyak rakyat yang menderita? Untuk apa merdeka, jika kita menutup mata ketika melihat ketidakadilan tersebut?
Untuk apa kita merdeka, jika kita malah menjadi generasi yang menjunjung tinggi budaya lain dan menghina budaya sendiri? Untuk apa merdeka, jika kita menjadi bucin kebudayaan bangsa lain secara berlebihan?
Penutup
Penulis sendiri masih belum bisa menghargai makna kemerdekaan itu sendiri. Penulis masih terus belajar agar mampu menghayati kemerdekaan dan mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari.
Hal tersebut memang tidak mudah untuk dilakukan, tapi bisa jika kita bersungguh-sungguh. Membaca banyak literatur sejarah bisa menjadi salah satu cara ampuh untuk meningkatkan rasa nasionalisme yang dimiliki.
Yang jelas, kemerdekaan telah diraih oleh para pahlawan demi kemakmuran rakyatnya. Peringatan kemerdekaan yang dirayakan secara meriah setiap tahun seharusnya bisa menjadi pengingat bahwa masih banyak elemen kemerdekaan yang belum kita dapatkan.
Kebayoran Lama, 20 Agustus 2019, terinspirasi setelah pulang ke Malang dan merayakan kemerdekaan bersama Karang Taruna