Sosial Budaya

Azab Apa yang Cocok untuk Tukang Spoiler?

Published

on

Biasanya, menjelang sebuah film box office populer akan rilis, ada semacam ketakutan bagi para penontonnya: Spoiler. Apalagi di era media sosial seperti sekarang, spoiler sangat mudah tersebar dari satu perangkat ke perangkat lain.

Orang yang merespons spoiler pun bisa dibagi menjadi dua, antara yang bodo amat dengan spoiler dan ada yang benar-benar menghindari spoiler. Sebenarnya ada juga yang tengah-tengah atau bahkan malah mencari spoiler.

Kalau yang bodo amat, ya udah, mereka tetap bisa menikmati filmnya. Nah, untuk yang menghindari spoiler, mood nonton mereka bisa langsung buyar, merasa kecewa dan marah, bahkan menyumpahi si pemberi spoiler agar terkena azab yang mengenaskan.

Penulis bisa dibilang termasuk yang menghindari spoiler, terutama untuk film yang disukainya. Bahkan, Penulis rela pergi ke bioskop jam 4 pagi demi bisa menonton Avengers: Endgame di hari penayangan perdananya. Padahal, itu ditayangkan di hari kerja.

Berhubung ada satu peristiwa lucu yang baru saja terjadi, Penulis jadi tergelitik untuk menulis artikel tentang masalah tukang spoiler alias ini. Salah satunya adalah, apakah ada azab yang cocok untuk diterima para tukang spoiler?

Apa Motivasi Tukang Spoiler?

Ilustrasi Tukang Spoiler sedang Menyiapkan Amunisinya (Review Geek)

Mengapa orang menyebarkan spoiler film? Penulis memiliki beberapa asumsi. Salah satunya adalah karena iseng saja. Mereka ingin menggoda orang lain, biasanya orang dekat, agar merasa kesal.

Selain itu, bisa juga digunakan sebagai “panjat sosial” alias pansos. Kok bisa? Karena dengan menyebarkan spoiler, terutama di media sosial, posting mereka tentang spoiler tersebut akan jadi ramai, termasuk ramai akan hujatan dan makian.

Tukang spoiler bisa jadi merasa hebat dengan memberikan spoiler tersebut. Alasannya, mereka telah menonton film tersebut duluan dibandingkan orang lain. Aneh memang, kok butuh bikin orang lain kesal hanya demi merasa hebat.

Mungkin masih ada faktor-faktor lain yang membuat orang memutuskan untuk menjadi tukang spoiler. Hanya saja, menurut Penulis tiga alasan di atas lah yang menjadi alasan utama mereka.

Di Mana Tukang Spoiler Beraksi?

Hindari untuk Sementara Waktu (Photo by Olivier Bergeron)

Seperti yang sudah Penulis singgung di atas, media sosial menjadi “lahan basah” untuk para tukang spoiler menjalankan aksinya. Apalagi, media sosial dengan format infinity scroll tengah digandrungi oleh masyarakat ini.

Media sosial dengan format tersebut akan selalu memberikan “kejutan” kepada penggunanya, sehingga pengguna tidak akan tahu kalau video berikutnya adalah sebuah spoiler. Salah satu kawan Penulis sering bercerita betapa seringnya ia mendapatkan spoiler anime dari TikTok.

Kadang, ada juga yang langsung memberikan spoiler melalui aplikasi pesan seperti WhatsApp. Biasanya, disebarkan ke grup, lalu akan ada “korban-korban” yang tanpa sengaja melihat spoiler tersebut.

Kalau sedang apes, tukang spoiler bahkan dengan berani melancarkan aksinya secara langsung ketika bertemu dengan “korban”. Bukan tidak mungkin kalau berawal dari hal ini akan terjadi baku hantam.

Bagaimana Cara Menghindari Tukang Spoiler?

Begitu Tayang, Langsung Tonton! (The Hollywood Reporter)

Kita tidak bisa mengendalikan orang lain untuk tidak melakukan spoiler. Semakin kita berusaha untuk mengingatkan, yang ada mereka malah makin semangat untuk memberi spoiler. Untuk itu, lebih baik kita yang mengalah dan berusaha untuk menghindari mereka.

Cara paling mudah sebenarnya adalah berusaha untuk menontonnya secepat mungkin, kalau bisa di hari perdana penayangannya. Seperti yang sudah Penulis sebutkan di atas, Penulis rela berangkat jam 4 pagi demi menghindari spoiler film Avengers: Endgame.

Kalau tidak memungkinkan bagaimana? Setidaknya jangan gunakan media sosial sampai menonton filmnya juga menjadi cara yang ampuh. Apalagi, spoiler bisa dengan mudah berseliweran lewat Reels, Shorts, atau TikTok yang seringnya muncul begitu saja tanpa ada peringatan.

Bagaimana dengan kawan “jahil” yang tiba-tiba mengirim sesuatu ke kita atau grup? Kalau Penulis, jangan buka apapun yang ia kirimkan. Kalau perlu, untuk sementara blokir saja nomornya. Kalau sudah nonton filmnya, barulah kita buka kembali blokiran tersebut.

Untuk orang yang suka memberikan spoiler secara langsung, apakah ada cara untuk menghindarinya? Ya, jangan dekat-dekat dengan mereka terlebih dahulu. Kalau perlu, ikat dan lakban saja mulutnya.

Apa Azab yang Cocok untuk Tukang Spoiler?

Mari Kita Doakan agar Tukang Spoiler Segera Bertaubat (Photo by Masjid Pogung Dalangan)

Sejujurnya pertanyaan ini Penulis gunakan sebagai click bait saja agar judul artikel ini lebih menarik. Tentu kata “azab” terdengar berlebihan untuk sebuah perbuatan yang bisa dianggap remeh seperti memberikan spoiler, walau memberi spoiler memang merugikan orang lain.

Setahu Penulis (silakan koreksi jika salah) membuat orang lain merasa kecewa atau marah termasuk dosa, walau Penulis tidak tahu dosanya seberat apa. Mungkin yang memberi spoiler akan memiliki kepuasan diri, tapi yang terkena spoiler akan merasa sebaliknya.

Mungkin para tukang spoiler ini perlu belajar berempati untuk mengetahui perasaan orang-orang yang tidak ingin terkena spoiler. Coba posisikan diri sebagai mereka, bagaimana kecewa, marah, dan menurunnya antusiame dalam menonton film tersebut ketika mereka diberi spoiler.

Lagipula, memberikan spoiler kepada orang lain sama sekali tidak ada manfaatnya, kecuali memang orang tersebut sedang mencari spoiler. Bukankah kita dituntut oleh agama agar bisa bermanfaat untuk orang lain, dan bukan justru merugikannya?

Penutup

Karena kerja di bidang media yang sering membahas pop culture, bisa dibilang Penulis sering sudah tahu sebuah spoiler bahkan sebelum filmnya rilis. Ada banyak leaker yang memberikan informasi ini dan banyak orang yang ingin mengetahuinya.

Penulis bukan mau sok suci, karena kadang pun masih memberikan spoiler dengan maksud jahil atau bercanda. Tentu saja, “korban yang menjadi target” pun sudah Penulis pilih yang sekiranya tidak akan marah jika kena spoiler (kalau kesal masih mungkin).

Namun, Penulis menyadari ada orang-orang yang sangat tidak menolerir spoiler karena tidak ingin kehilangan momen. Perasaan terkejut, senang, sedih, dan lainnya ketika menonton film untuk pertama kalinya akan pudar begitu saja jika kita sudah diberi spoiler.

Untuk itu, ada baiknya jika kita bisa menahan diri untuk tidak memberikan spoiler ke orang lain karena, menurut Penulis, banyak mudaratnya daripada positifnya (atau malah tidak ada?). Biarkan orang-orang bisa merasakan sensasi menonton film seperti seharusnya.


Lawang, 21 Oktober 2022, terinspirasi setelah ada seorang kawan yang dengan jahilnya memberikan spoiler film Black Adam

Foto: The Boston Globe

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version