Sosial Budaya
Untuk Apa Belajar Sejarah?
Berawal dari tweet milik Budiman Sujatmiko, Penulis mengetahui rencana pemerintah untuk membuat mata pelajaran Sejarah tidak wajib untuk anak sekolah. Wacana ini muncul sebagai bentuk penyederhanaan kurikulum untuk siswa.
Hal ini tentu menimbulkan pro kontra di masyarakat. Apalagi, isu ini muncul menjelang peringatan 30 September sehingga banyak yang mengkaitkannya dengan peristiwa naas tersebut.
Nadiem Makarim selaku Mendikbud sudah memberikan klarifikasi dengan menyatakan rencana ini sebenarnya merupakan materi yang hanya dibahas di dalam internal dan tanpa sengaja bocor ke publik.
Terlepas dari mana yang benar, Penulis secara pribadi tidak setuju jika mata pelajaran ini dihapuskan. Selain karena menyukainya, ada banyak alasan mengapa kita butuh belajar sejarah.
Mengetahui Peristiwa-Peristiwa di Masa Lampau
Apa jadinya jika kita tidak mengetahui kapan Indonesia merdeka? Apa jadinya jika kita tidak pernah tahu siapa founding father kita? Apa jadinya jika kita tidak pernah tahu berapa lama kita dijajah oleh bangsa asing secara kejam?
Kemungkinan-kemungkinan itu bisa saja terjadi jika kita tidak pernah mempelajari sejarah. Ada banyak peristiwa penting yang akan terlupakan begitu saja.
Dengan mempelajari sejarah, kita bisa mengetahui peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di masa lampau. Ini alasan yang paling dasar, menambah pengetahuan kita.
Percayalah, akan ada sesuatu yang dapat kita pelajari dari sejarah.
Sebagai Refleksi
Dari pengalaman Penulis, pelajaran sejarah memang kerap dianggap sebagai pelajaran yang membosankan karena harus menghafalkan banyak sekali materi. Apalagi yang berkaitan dengan angka seperti tanggal, minta ampun rasanya.
Seharusnya, sejarah tidak dijadikan hanya sebagai hafalan semata. Kita harus bisa menjadikan berbagai peristiwa di masa lampau sebagai refleksi untuk masa sekarang.
Penulis pernah membaca kalau kejadian hari ini hanyalah sejarah yang berulang. Ada pola-pola yang kerap berulang di dalam kehidupan ini.
Dari Zenius, Penulis mengetahui kalau ada tiga pola yang kerap berulang di dalam sejarah:
- Penguasa terkuat selalu yang paling toleran
- Tidak ada harga yang naik selamanya
- Pemerintahan dengan kontrol ekstrim, berujung pada pelanggaran HAM
Kalau kita mengalami salah satu dari tiga kondisi yang terpapar di atas, seharusnya kita bisa memperkirakan apa yang akan terjadi di masa depan dengan mempelajari sejarah.
Menumbuhkan Empati
Memang pahit, tapi kebanyakan peristiwa sejarah yang kita pelajari merupakan peristiwa yang kelam, bahkan menakutkan. Perang, pembantaian, krisis, dan lain sebagainya.
Namun, mempelajari itu semua dapat menumbuhkan empati dari dalam diri. Tumbuh rasa syukur karena kita tidak perlu mengalami kejadian seperti yang dialami oleh korban di dalam sejarah.
Ada banyak sekali nilai moral yang bisa kita petik dari peristiwa-peristiwa sejarah dan ini tidak bisa kita dapatkan dengan mudah di era yang egosentris seperti sekarang.
Ketika melihat kenyataan bahwa kebanyakan generasi milenial sekarang cenderung apatis dan acuh terhadap sekitarnya, bisa jadi karena rendahnya minat mereka untuk mempelajari sejarah.
Memunculkan Inspirasi Sekaligus Motivasi
Karena Penulis lebih sering membaca daripada menonton, Penulis terbiasa untuk berimajinasi ketika membayangkan peristiwa-peristiwa sejarah yang sedang dibaca. Dari imajinasi tersebut, terkadang berubah menjadi inspirasi.
Contoh ketika Penulis membaca sejarah berdirinya Apple, Penulis jadi bercita-cita untuk bisa punya perusahaan sendiri karena tahu Steve Jobs memulai perusahaannya dari garasi rumahnya.
Sejarah juga bisa menjadi motivasi yang baik. Jika mengalami kegagalan, biasanya Penulis teringat Thomas Alva Edison yang gagal ribuan kali sebelum berhasil menemukan lampu pijar. Gagal masuk perguruan tinggi? Albert Einstein pernah tidak lulus sekolah.
Mereka yang jenius saja bisa mengalami gagal, apalagi kita yang biasa-biasa ini. Kita memang harus terjatuh agar bisa belajar untuk bangkit.
Meningkatkan Kemampuan Analisa dan Berpikir Kritis
Menurut Budiman Sujatmiko, mempelajari sejarah juga mampu meningkatkan kemampuan analisa dan mengasah logika. Bagaimana caranya? Dengan membayangkan jika sebuah peristiwa terjadi secara berbeda dari kenyataannya.
Misalkan ketika peristiwa Dunkirk yang terkenal hingga diangkat menjadi sebuah film. Bagaimana seandainya Hitler memutuskan untuk menghabisi Pasukan Inggris dan Prancis yang sudah terjepit?
Apakah Jerman akan menjadi pemenang mutlak dan fasisme akan menguasai tanah Eropa? Apakah Amerika Serikat akan jadi ragu untuk mengirimkan bala bantuan? Apakah umat Yahudi akan benar-benar habis di kamp konsentrasi?
Mempelajari sejarah juga akan mengajak kita untuk berpikir kritis sehingga tidak mudah terbawa arus. Belajar sejarah membuat kita terbiasa untuk mengolah informasi.
Orang yang mempelajari sejarah seharusnya tidak akan mudah terpengaruh hoaks karena pola pikirnya sudah terlatih untuk melihat peristiwa dari berbagai sudut.
Selain itu, kemampuan-kemampuan ini akan sangat bermanfaat jika kita sudah terjun ke dunia kerja dan berada di tengah-tengah masyarakat.
Penutup
Itulah beberapa alasan yang Penulis rasakan sendiri selama mempelajari sejarah. Jika sedang berbincang dengan orang lain (terutama anak-anak Karang Taruna), Penulis berusaha menyisipkan ilmu-ilmu sejarah yang Penulis ketahui kepada mereka.
Dari koleksi buku Penulis, ada berbagai macam topik sejarah yang bisa ditemukan seperti sejarah Perang Eropa, era Napoleon, biografi tokoh-tokoh Indonesia, sejarah Islam, dan lain sebagainya. Ada banyak sekali hal yang Penulis pelajari dari sana. Banyak sekali.
Belajar sejarah itu penting. Quote dari George Santayana di bawah ini menjadi penutup yang pas untuk tulisan ini:
Those who do not remember the past are condemned to repeat it.
Lawang, 22 September 2020, terinspirasi setelah membaca tweet dari Budiman Sujatmiko
Foto: Pinterest
Sumber Artikel: Twitter, Kompas, Zenius, SimulasiKredit
You must be logged in to post a comment Login