Buku
Filsafat Matematika Pada Buku Panduan Matematika Terapan
Buku Panduan Terapan Matematika bukanlah sebuah literatur untuk belajar matematika. Buku ini adalah sebuah novel, yang menurut penulis, berusaha menggabungkan matematika dan sastra.
Novel yang satu ini penulis anggap sebagai salah satu novel terberat yang pernah dibaca. Setidaknya, berat di setengah akhir buku, karena di setengah awal buku masih cukup manusiawi.
Judul buku ini membuat penulis tertarik untuk membelinya. Apalagi, banyak tokoh-tokoh sastra yang memberikan testimoni positif seperti Seno Gumira Ajidarma.
Bukan karena penulis suka dengan matematika, melainkan karena merasa novel ini memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh novel lain, dan hal tersebut memang benar.
Apa Isi Buku Ini?
Keunikan pertama dari novel ini adalah sudut pandang yang digunakan oleh penulisnya. Secara bergantian, kita akan dibawa kepada dua sudut pandang orang yang berbeda, yakni Mantisa dan Prima.
Ketika kita berada di dunia Prima, judul babnya akan menggunakan istilah-istilah matematika, mulai yang sederhana hingga yang kompleks dengan total jumlah 64 bab.
Tidak hanya itu, tokoh Prima diposisikan sebagai orang kedua, karena pada novel ini sosok Prima selalu disebut dengan kata “kamu”. Penulis belum pernah menemukan novel serupa yang menggunakan kamu untuk menyebut tokoh utama.
Lantas ketika kita berada di dunianya Mantisa, kita akan membaca seperti novel-novel pada umumnya yang menggunakan sudut pandang orang ketiga.
Setiap awal bab dari cerita Mantisa menggunakan simbol heksagram i ching yang berjumlah 64. Jadi, secara keseluruhan terdapat 128 bab yang sebenarnya tergolong pendek-pendek.
Keduanya diceritakan sejak proses kelahiran, yang digambarkan dengan detail dan menggunakan bahasa yang indah. Istilah-istilah kedokteran yang digunakan banyak yang tidak diketahui oleh orang awam, termasuk penulis.
Lantas mereka berdua menjalani hidupnya masing-masing. Mantisa yang ibunya meninggal ketika melahirkannya harus hidup di panti asuhan. Sedangkan Prima harus kehilangan indera pendengarannya karena pernah terjatuh sewaktu bayi.
Mereka berdua akhirnya bertemu karena kesukaan mereka akan matematika. Mereka berusaha menyelesaikan pertanyaan P-NP yang sampai saat ini belum terselesaikan.
Apa itu pertanyaan P-NP? Pada sinopsisnya dijelaskan sesuatu yang bisa diperhitungkan-sesuatu yang tidak bisa diperhitungkan.
Hanya sampai di sinilah penulis bisa memahami novel ini. Penulis tidak mampu menuliskan ulasan secara penuh, terutama seperempat akhir buku ini.
Penulis merasa seperti membaca buku filsafat yang berat, yang tak mampu penulis cerna baik-baik dan tak mampu mengambil inti dari paragraf-paragrafnya.
Kesimpulan
Awalnya penulis merasa dirinya memang tidak mampu mencerna isi novel ini karena keterbatasan pengetahuan penulis. Akan tetapi, setelah melihat ulasan di Goodreads, ternyata banyak yang mengalami hal serupa.
Bahkan, buku ini hanya mendapatkan nilai 3.12, nilai yang cukup rendah jika dibandingkan buku-buku lain yang pernah penulis cari di aplikasi tersebut.
Salah satu yang membuat penulis bingung dengan novel ini adalah ketidakteraturan alurnya. Beberapa kali terjadi lompatan waktu yang tidak diberitahu sebelumnya, membuat penulis mengerutkan dahi sebagai tanda kebingungan.
Penulis sangat menyayangkan hal tersebut, karena setengah awal buku ini sangat menyenangkan untuk dinikmati. Penulis merasa belajar filsafat dari sebuah matematika yang dibalut dalam bahasa sastra yang tinggi.
Banyak kata-kata tidak umum yang digunakan oleh penulis buku ini, menunjukkan betapa kayanya bahasa yang dikuasai olehnya walaupun akan membingungkan sebagian pembaca.
Dengan berat hati penulis tidak akan merekomendasikan novel ini, kecuali jika merasa mampu mencerna tingginya bahasa yang digunakan untuk menjabarkan filsafat matematika yang ingin disampaikan.
Nilainya: 3.2/5.0
Kebayoran Lama, 7 April 2019, terinspirasi setelah membaca buku Buku Panduan Terapan Matematika