Fiksi
[REVIEW] Setelah Membaca Sang Alkemis
Pada suatu saat, ada seorang teman yang bertanya apakah Penulis pernah membaca novel The Alchemist (atau Sang Alkemis dalam bahasa Indonesia) karya Paolo Coelho. Meskipun sering melihat buku tersebut di toko buku, Penulis tidak pernah kepikiran untuk membelinya.
Nah, di awal bulan Februari kemarin ketika Penulis ke Jakarta, Penulis jalan-jalan ke Pondok Indah Mall (PIM) selepas kerja, karena tempat tersebut memang sering Penulis kunjungi untuk sekadar “cuci mata”. Tentu, salah satu destinasinya adalah Gramedia PIM.
Entah ada dorongan apa, Penulis akhirnya memutuskan untuk membeli novel Sang Alkemis saat itu bersama dengan komik Spy X Family vol. 13. Siapa sangka, novel tipis ini langsung menjadi salah satu favorit Penulis dan tandas dalam waktu singkat!
Sebelum lanjut, spoiler alert!
Detail Buku Sang Alkemis
- Judul: Sang Alkemis (The Alchemist)
- Penulis: Paolo Coelho
- Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
- Cetakan: Ke-48
- Tanggal Terbit: Januari 2025
- Tebal: 224 halaman
- ISBN: 9786020656069
- Harga: Rp69.000
Sinopsis Buku Sang Alkemis
Setiap beberapa puluh tahun, muncul sebuah buku yang mengubah hidup para pembacanya selamanya. Novel Paulo Coelho yang memikat ini telah memberikan inspirasi bagi jutaan orang di seluruh dunia. Kisah yang sangat sederhana, namun menyimpan kebijaksanaan penuh makna, tentang anak gembala bernama Santiago yang berkelana dari rumahnya di Spanyol ke padang pasir Mesir untuk mencari harta karun terpendam di Piramida-Piramida. Di perjalanan dia bertemu seorang perempuan Gipsi, seorang lelaki yang mengaku dirinya Raja, dan seorang alkemis––semuanya menunjukkan jalan kepada Santiago untuk menuju harta karunnya.
Tak ada yang tahu isi harta karun itu, atau apakah Santiago akan berhasil mengatasi rintangan-rintangan sepanjang jalan. Namun perjalanan yang semula bertujuan untuk menemukan harta duniawi berubah menjadi penemuan harta di dalam diri.
Kaya, menggugah, dan sangat manusiawi, kisah Santiago menunjukkan kekuatan mimpi-mimpi dan pentingnya mendengarkan suara hati kita.
Isi Buku Sang Alkemis
Sesuai dengan sinopsisnya, novel ini berfokus ke petualangan yang dialami oleh seorang gembala bernama Santiago, yang berasal dari Spanyol. Berdasarkan petunjuk dari seorang perempuan Gipsi, ia dituntun untuk mencari harta karun di Piramida Mesir.
Awalnya, ia tak menggubris omongan perempuan Gipsi tersebut. Namun, kemudian ia bertemu dengan seseorang yang mengaku sebagai “raja Salem”. Santiago pun akhirnya merasa yakin untuk mencoba berburu harta karun tersebut.
Santiago memutuskan untuk keluar dari zona nyamannya, lantas menjual semua dombanya agar mendapatkan uang untuk modal berburu harta karun. Ia pun menyeberangi lautan yang memisahkan benua Eropa dan Afrika.
Naas, ia justru langsung ditipu dan harus kehilangan semua uangnya. Untuk bisa menyambung hidup, ia pun bekerja dengan penjual kristal dengan niat mengumpulkan uang agar bisa kembali ke Spanyol dan kembali menjadi seorang gembala.
Setelah beberapa bulan, uangnya mulai terkumpul. Apalagi, ia adalah anak muda yang memiliki banyak ide cemerlang. Pada satu titik, ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mencari harta karunnya dan mengurungkan niat untuk kembali ke Spanyol.
Lantas, ia pun menjadi rombongan yang melintasi gurun pasir, di mana ia bertemu dengan seorang Inggris yang sedang mencari “Sang Alkemis” karena ingin memiliki ilmu mengubah apa pun menjadi emas.
Mereka singgah di sebuah oasis, berlindung dari perang antarsuku yang sedang terjadi. Di oasis tersebut, hidup sekelompok orang yang hidup dengan damai. Menariknya, di sini Santiago bertemu dengan wanita yang menarik perhatiannya, Fatima.
Tanpa disangka, justru Santiago yang bertemu dengan Sang Alkemis, yang memandunya untuk menemukan harta karun tersebut. Ketika akhirnya berhasil mencapai Piramida, ia sadar bahwa apa yang ia cari selama ini berada di tempat ketika ia memulai semuanya.
Setelah Membaca Sang Alkemis
Penulis membaca novel ini tanpa ekspektasi apa pun, toh novel ini juga tipis sehingga fine-fine saja untuk dibaca di kala senggang. Namun, pada akhirnya Penulis justru tertarik masuk ke dalam ceritanya seolah Penulis ikut bertualang bersama Santiago.
Secara cerita, premis yang ditawarkan oleh Sang Alkemis sederhana saja dengan gaya bahasa yang terkadang puitis, tapi masih mudah dicerna. Namun, kisahnya penuh dengan makna dan banyak sekali kalimat yang quotable. Ada beberapa yang Penulis sukai, seperti:
- Kalau kau menaruh perhatian pada saat sekarang, kau bisa memperbaikinya. Dan kalau kau memperbaiki saat sekarang ini, apa yang akan datang juga akan lebih baik.
- Orang-orang takut mengejar impian-impian mereka yang paling berharga, sebab mereka merasa tidak layak mendapatkannya, atau tidak tidak akan pernah bisa mewujudkannya.
- Bahwa pada saat-saat paling gelap di malam hari adalah saat-saat menjelang fajar.
- Hanya ada satu hal yang membuat orang tak bisa meraih impiannya: takut gagal.
- Itulah yang dilakukan oleh para alkemis. Mereka menunjukkan bahwa kalau kita berusaha menjadi lebih baik, segala sesuatu di sekitar kita akan ikut menjadi lebih baik.
Inti cerita dari novel ini adalah perjalanan sama penting dengan tujuan. Hal ini digambarkan dengan baik dengan loop yang harus dialami oleh Santiago, di mana apa yang ia kejar selama ini ternyata berada tepat di bawah kakinya.
Bahkan, menurut Penulis sebenarnya ini adalah buku pengembangan diri berkedok novel. Beberapa contoh di quote di atas bahkan seolah datang yang tepat di saat Penulis membutuhkannya, sehingga begitu memorable di kepala.
Memang, rasanya novel ini kurang related di keseharian kita karena Santiago sering sekali bertemu dengan keberuntungan, walau ada beberapa momen dia juga tertimpa sial. Setidaknya, mindset positif yang ia miliki untuk bertahan hidup bisa coba kita terapkan dalam hidup ini.
Terlepas dari itu, satu hal menarik lainnya adalah bagaimana Santiago bertemu dengan banyak umat muslim sepanjang perjalanannya. Sangat jarang Penulis menemukan ini di novel terjemahan, tapi masuk akal karena Santiago melakukan perjalanan ke Piramida di Mesir.
Tak hanya itu, ia juga menemukan tambatan hatinya di kampung muslim. Namun, ini sedikit menimbulkan pertanyaan karena di awal cerita, ia memiliki perasaan kepada anak pemilik toko roti. Ini menimulkan kesan kalau si anak pemilik toko roti sama sekali tak memiliki peran signifikan dalam cerita.
Buku ini memang memiliki unsur supernatural, yang biasanya tidak Penulis sukai kecuali di novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya dan seri Funiculi Funicula. Namun, karena unsur tersebut hanya hadir sebagai bumbu pelengkap (seperti bahasa universal), Penulis tak terlalu mempermasalahkannya.
Secara keseluruhan, Sang Alkemis merupakan salah satu novel terbaik yang pernah Penulis baca. Gara-gara novel ini, Penulis jadi penasaran dengan novel Paolo Coelho yang lain. Apakah Pembaca ada rekomendasi?
Skor: 9/10
Lawang, 9 April 2025, terinspirasi setelah membaca buku Sang Alkemis karya Paolo Coelho
You must be logged in to post a comment Login