Buku
Setelah Membaca Buku Filosofi untuk Hidup
Sebagai orang yang IPA dan kuliah jurusan Informatika, Penulis tidak pernah belajar filsafat secara formal. Padahal, Penulis sangat tertarik untuk mengetahui ilmu-ilmunya.
(Fyi, Penulis sempat memiliki pikiran untuk mengambil jurusan Filsafat di Universitas Indonesia. Walaupun tidak jadi, Penulis akhirnya memiliki teman anak filsafat dari UI)
Paling banter, Penulis hanya membaca novel Dunia Sophie dan buku-buku karya Jostein Gaardner lainnya. Itupun banyak tidak pahamnya.
Semakin beranjak dewasa, Penulis mencoba untuk membaca buku-buku filsafat ringan seperti Filosofi Teras karya Henry Manampiring yang menjadi salah satu buku favorit Penulis.
Di sana Penulis belajar tentang stoisme dan tertarik untuk mendalaminya. Oleh karena itu, Penulis memutuskan untuk membeli buku Filosofi untuk Hidup karya Jules Evans.
Sebenarnya buku ini berjudul Filosofi untuk Hidup dan Bertahan dari Situasi Berbahaya Lainnya. Hanya karena terlalu panjang, Penulis memutuskan untuk menyingkatnya.
Apa Isi Buku Ini?
Sebagai orang yang kerap berkonflik dengan dirinya sendiri, buku-buku bertemakan self-help kerap Penulis baca agar bisa berdamai dengan dirinya sendiri.
Buku ini Penulis beli untuk alasan tersebut. Ketika membaca sinopsisnya di bagian belakang, tertulis bahwa buku ini mencakup 12 pemikir terbesar di dunia.
Pemikiran mereka disinyalir dapat membuat kita mampu menangani masalah dalam hidup, seperti meminimalisir emosi berlebihan, mengatur ekspetasi agar tak mudah kecewa, dan lain sebagainya.
Keduabelas orang tersebut dan tema filsafat yang dibawa adalah:
- Socrates dan Seni Filsafat Jalanan
- Epictetus dan Seni Menjaga Kendali
- Musonius Rufus dan Seni Kerja Lapangan
- Seneca dan Seni Mengelola Ekspetasi
- Epicurus dan Seni Menikmati Saat Ini
- Heraclitus dan Seni Kontemplasi Kosmis
- Phytagoras dan Seni Mengingat Mantra
- Kaum Skeptis dan Seni Memupuk Keraguan
- Diogenes dan Seni Anarki
- Plato dan Seni Keadilan
- Plutarch dan Seni Heroisme
- Aristoteles dan Seni Pertumbuhan
Di antara bab-bab tersebut, Penulis paling menyukai bab 2 tentang menjaga kendali dan bab 4 tentang mengelola ekspetasi. Kedua hal ini dibahas di buku Filosofi Teras.
Penulis merupakan tipe orang yang berusaha untuk mengendalikan segala sesuatu yang ada di sekelilingnya. Bab ini mengingatkan Penulis kalau yang bisa kita kendalikan sepenuhnya hanya diri kita.
Penulis juga masih (sangat) sering berekpetasi kepada orang lain meskipun sudah sering dikecewakan. Bab ini berkaitan dengan bab 2, di mana kita berusaha mengendalikan respon orang lain yang sebenarnya tidak bisa kita kendalikan.
Selain dua bab ini, pembahasan yang ditulis cukup menarik meskipun ada beberapa bab yang tidak terlalu Penulis pahami karena keterbatasan otak yang dimiliki.
Setelah Membaca Buku Filosofi untuk Hidup
Sebagai buku filsafat, sang penulis buku ini berusaha menuliskannya dengan bahasa yang mudah dicerna oleh pembaca awam seperti Penulis.
Evans menulis buku ini dengan membuat kita berimajinasi sedang mengikuti kelas filsafat, lengkap dengan sesi pagi, sesi siang, hingga ada istirahat makan siangnya.
Dengan menggunakan banyak contoh dari kejadian nyata, kita dibuat lebih mudah untuk memahami dan membayangkan materi di tiap babnya.
Walaupun begitu, tetap saja ada bagian yang susah untuk dimengerti. Kalau Penulis pribadi merasa kesulitan untuk memahami bab 9 yang membahas tentang seni anarki.
Meskipun keliatan kecil, buku ini terasa sangat padat dan berisi. Penulis menyarankan untuk membacanya tidak lebih dari satu bab sehari agar bisa memahaminya lebih baik lagi.
Penulis merekomendasikan buku ini untuk Pembaca yang ingin belajar filsafat praktis untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai: 4.0/5.0
Lawang, 24 Januari 2020, terinspirasi setelah menamatkan buku Filosofi untuk Hidup karya Jules Evans
You must be logged in to post a comment Login