Film & Serial
Setelah Menonton Gintama 2: Rules are Made to Be Broken
Penulis mendapatkan tiket gratis menonton film Gintama 2: Rules are Made to Be Broken dari kantor untuk screening, sehingga penulis berkesempatan menonton terlebih dahulu sebelum jadwal perdananya tayang.
Sebelumnya, penulis belum pernah menonton serial anime atau membaca manganya. Penulis hanya sebatas tahu bahwa anime ini merupakan salah satu anime terkocak yang pernah ada. Banyaknya episode yang dimiliki adalah alasan kenapa penulis urung menontonnya.
Namun justru karena hal itulah penulis mengiyakan sewaktu ditawari menonton versi live action-nya. Penulis menganggap film ini adalah pintu masuk yang tepat untuk memasuki dunia Gintama.
Kelebihan Film Gintama 2
Penulis sudah tertawa bahkan sebelum filmnya dimulai. Bagaimana tidak, kemunculan logo Warner Bros selaku produsennya diulang tiga kali, di mana setiap pengulangan ada saja hal-hal yang lucu.
Hal pertama yang penulis lakukan (setelah filmnya benar-benar dimulai) adalah mengidentifikasi karakternya. Penulis hanya mengetahui karakter utamanya (yang penulis kira bernama Gintama) yang bernama Sakata Gintoki (Oguri Shun).
Penulis mulai mememahami karakter-karakter lain seperti Shinpachi Shimura (Suda Masaki) dan Kagura (Hashimoto Kanna). Selain itu terdapat pula divisi kepolisian khusus yang bernama Shinsengumi.
Setelah itu, penulis menikmati saja alur filmnya. Meskipun belum pernah menonton animenya, penulis bisa merasakan komedi khas Gintama benar-benar dihadirkan pada live action-nya ini. Tawa lepas dari penonton lain hampir selalu bergaung, terutama ketika awal film sebelum konflik memuncak.
Akting yang dilakukan pemainnya pun mengagumkan. Jelas tidak mudah untuk menirukan gimmick yang terdapat pada anime, namun para pemeran berhasil melakukannya dengan sangat baik.
Gintama adalah anime yang terkenal memparodikan anime lain. Dari beberapa, yang paling penulis ingat adalah kemunculan dokter Blackjack lengkap dengan Pinoko-nya.
Ketika mereka berdua muncul, para penonton terlihat bingung. Jelas saja, anime ini tidak begitu populer di Indonesia. Penulis beruntung pernah melihatnya sewaktu kecil di saluran Animax, hingga menjadi sumber inspirasi novel Leon dan Kenji.
Kekurangan Film Gintama 2
Penulis menikmatinya sebagai film komedi, namun sebagai keseluruhan cerita, film Gintama 2 memiliki beberapa kekurangan.
Pertama, terlalu banyak dialog-dialog yang terlalu berputar-putar sehingga membuat penonton akan merasa bosan. Mungkin karena diangkat dari anime. Lihat saja Naruto atau Luffy, berapa banyak kalimat yang diucapkannya ketika menghadapi musuh-musuhnya.
Kedua, banyak sekali perpindahan pemain yang tiba-tiba pindah begitu saja. Sebagai contoh, pertarungan antara Ito Kamotaro (Miura Haruma) dan Hijikata Toshiro (Yagira Yuuya) yang terjadi di luar kereta secara mendadak pindah ke dalam kereta.
Kalau boleh jujur, memang banyak sekali kejanggalan yang terjadi di sepanjang adegan kereta, terutama ketika Kondo Isao (Nakamura Kankuro) berusaha diselamatkan oleh Okita Sogo (Yoshizawa Ryo).
Terakhir, animasinya begitu buruk. Bahkan lebih bagus animasi pada film Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212. Apalagi adegan ketika Kagura menahan mobil polisi dengan kedua tangannya.
Kesimpulan
Penulis tentu mebandingkan film ini dengan live-action yang pernah penonton. Penulis sudah melihat trilogi live action dari Samurai X, dan menurut penulis film tersebut sangat bagus dengan jalan cerita yang sesuai dengan cerita aslinya.
Jika pembaca menginginkan film komedi, film ini boleh ditonton. Namun jika mengharapkan film dengan jalan cerita yang mengagumkan, penulis rasa tidak akan merekomendasikan film ini.
Kebayoran Lama, 7 November 2018, terinspirasi setelah menonton Gintama 2: Rules are Made to Be Broken
Photo: anigate.id
You must be logged in to post a comment Login