Olahraga

David De Gea: Bukti Bahwa Kita Harus Beradaptasi dengan Zaman

Published

on

Pemain terakhir dari era Sir Alex Ferguson, David De Gea, akhirnya harus meninggalkan Manchester United (MU) setelah 12 tahun pengabdian. Kontraknya yang habis pada akhir Juni kemarin tidak diperpanjang oleh pihak klub.

Meskipun berstatus sebagai legenda, bahkan bertahan di saat-saat sulit, itu semua tidak cukup untuk membuatnya bisa bertahan di klub setan merah. Kebutuhan tim jelas lebih diprioritaskan, dan ironinya, De Gea tidak bisa memenuhi kebutuhan tersebut.

Hengkangnya De Gea dari klub yang telah ia bela lebih dari satu dekade tersebut seolah menjadi pengingat kalau kita memang dituntut untuk bisa beradaptasi dengan zaman. Jika tidak, maka kita bisa disingkarkan kapan saja ketika sudah tidak dibutuhkan lagi.

Gaya Bermain De Gea Tak Sesuai dengan Sepak Bola Modern

Dalam kemampuan menghentikan bola, De Gea tak perlu diragukan lagi. Entah sudah berapa save spektakuler yang telah ia buat di pertandingan-pertandingan krusial. Bahkan, musim kemarin yang baru saja berakhir, ia berhasil meraih gelar individu Golden Glove.

Sayangnya, De Gea juga terkenal karena kerap membuat blunder yang merugikan tim. Tak jarang kesalahan yang ia buat tersebut memberikan kekalahan untuk tim. Yang paling susah untuk dilupakan tentu kekalahan memalukan 0-4 atas Brentford.

Namun, salah satu alasan utama kenapa kontraknya tidak diperpanjang oleh MU adalah karena gaya permainannya yang tidak cocok dengan sepak bola modern, terutama dengan strategi yang diterapkan oleh Erik ten Hag.

Ten Hag kerap menerapkan strategi build up serangan dari kiper. Ini dilakukan untuk menarik press lawan, sehingga ada celah untuk memberikan umpan ke depan. Dengan demikian, seorang kiper harus memiliki kemampuan kontrol bola yang baik dan tenang.

Masalahnya, De Gea bukan tipe kiper yang nyaman memegang bola. Dalam beberapa kesempatan, kita bisa melihat ia terlihat gugup jika ada pemain lawan yang melakukan press. Alasan ini juga yang membuat De Gea sudah lama tidak dipanggil oleh timnas Spanyol.

Selama De Gea berada di dalam klub, maka ten Hag akan kesulitan untuk menjalankan strateginya. Kasus ini mirip dengan kejadian Cristiano Ronaldo, yang pada akhirnya membuat sang pemain bintang keluar dari MU dan pindah ke Al Nassr.

Siapa Pengganti De Gea?

Sampai artikel ini ditulis, belum ada nama pasti siapa yang akan mengisi posisi nomor satu sebagai penjaga gawang utama Manchester United. Namun, sebenarnya sudah ada satu nama yang mencuat: Kiper Inter Milan, André Onana.

Di Inter Milan, ia berhasil menggeser kiper senior Samir Handanovic yang telah menjadi penjaga gawang utama sejak lama. Memang Handanovic telah menua, tapi tentu tidak mudah untuk menggeser posisinya

Kebalikan dari De Gea, Onana justru terlihat terlalu nyaman dengan bola. Kemampuan kontrol bolanya jelas di atas rata-rata kiper, di mana ia bisa terlihat relax ketika memegang bola. Ketika di-press pemain lawan, ia bisa mengecoh dan terlihat effortless.

Ia kerap keluar dari kotak penaltinya, entah untuk membantu build up serangan ataupun untuk menghalau bola. Gaya permainannya terlalu “frontal”, hingga membuatnya dicoret dari timnas Kamerun ketika Piala Dunia 2022 kemarin.

Namun, mungkin justru itulah yang dibutuhkan oleh MU, sesuatu yang tidak bisa diberikan oleh kiper sekaliber De Gea. Mungkin memang terkesan kejam dan tidak berperasaan, tapi sekali lagi, ini memang langkah sulit yang harus diambil demi kemajuan tim.

Penutup

Apakah De Gea tidak berusaha beradaptasi dengan gaya sepak bola modern? Entahlah, tidak ada yang tahu pasti, kemungkinan besar ia pun telah berusaha melakukannya. Sayangnya, upayanya tersebut masih belum cukup karena belum terbukti di lapangan.

Penulis menjadikan nasib De Gea ini sebagai pengingat kalau kita memang harus pandai beradaptasi dengan tuntutan zaman. Jika bersikukuh menggunakan “cara-cara lama”, maka kita pun berpotensi digantikan oleh orang lain yang mengikuti zaman.

Terlepas dari itu, sebagai penggemar MU tentu Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada David De Gea. Jasanya selama 12 tahun jelas sangat besar dan sangat pantas menyandang gelar legenda. Success on you next chapter, David!


Lawang, 11 Juli 2023, terinspirasi dari hengkangnya David De Gea dari Manchester United setelah 12 tahun

Foto Featured Image: Goal

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version