Olahraga
Satu Nyawa untuk Sepak Bola Itu Terlalu Banyak
Kejadian tragis kembali menimpa sepak bola Indonesia, ketika ratusan suporter Arema meninggal dunia setelah timnya dikalahkan oleh Persebaya dengan skor 2-3. Ada banyak faktor yang melatarbelakangi kejadian ini, yang akan Penulis bahas di bawah nanti.
Berita ini menarik perhatian banyak pihak, termasuk media luar negeri. Hal tersebut wajar, mengingat jumlah korban tewas mencapai ratusan dan masih ada banyak korban luka-luka yang masih mendapatkan perawatan.
Bahkan, jumlah korban pada kejadian menjadi yang terbanyak nomor dua di dunia setelah peristiwa di Estadio Nacional, Lima, Peru, yang terjadi pada tanggal 24 Mei 1964 dengan total korban meninggal dunia 328 orang.
Sepak bola harusnya menyebarkan kebahagiaan dan suka cita bagi penontonnya, bukan merenggut nyawa seperti ini.
Kronologi Kejadian Kematian Ratusan Suporter Arema
Semua berawal dari kekalahan Arema atas Persebaya di Stadion Kanjuruhan dengan skor 2-3. Ini menambah rentetan hasil buruk klub kebanggaan arek Malang tersebut, di mana pada lima pertandingan terakhir hanya bisa meraih satu kemenangan dan menelan tiga kekalahan.
Hasil buruk inilah yang memicu turunnya suporter Arema ke lapangan setelah pertandingan usai. Mereka mengungkapkan kekesalan dan frustasi mereka, bahkan katanya mereka ingin bertanya kepada pemain kenapa bisa sampai kalah.
Melihat hal ini, polisi pun langsung bergerak dan melakukan antisipasi. Awalnya lewat cara persuasif, tetapi gagal karena oknum suporter makin rusuh dan mulai melakukan perusakan, baik ke properti stadion maupun mobil polisi. Bentrok antara suporter dan polisi pun tak terhindarkan.
Kerusuhan inilah yang memicu pihak kepolisian akhirnya menembakkan gas air mata. Naasnya, gas air mata tersebut juga sampai ke tribun dan menimbulkan kepanikan. Penonton di tribun pun mulai berdesak-desakkan untuk keluar stadion.
Alhasil, timbullah penumpukan di pintu keluar dan membuat banyak orang merasa sesak dan pingsan. Banyak yang terinjak-injak. Ratusan nyawa melayang. Indonesia dan dunia sepak bola berduka cita untuk sebuah tragedi yang benar-benar menyayat hati.
Siapa yang Salah?
Setelah peristiwa ini terjadi, tentu muncul satu pertanyaan besar: Siapa yang salah? Setelah ditelusuri, ternyata ada banyak faktor yang menyebabkan melayangnya nyawa ratusan Aremania, sebutan untuk suporter Arema.
Pertama, suporter yang rusuh dengan turun ke lapangan. Jumlah mereka sekitar tiga ribu orang menurut pernyataan kepolisian, dari total 40 ribuan penonton. Aksi mereka yang mengarah ke anarki membuat kepolisian harus melakukan tindakan.
Sayangnya, tindakan yang dipilih adalah menembakkan gas air mata. Padahal, FIFA Stadium Safety and Security Regulations Pasal 19 b berbunyi: ‘No firearms or “crowd control gas” shall be carried or used’.
Artinya, penggunaan senjata api ataupun gas untuk mengendalikan masa tidak boleh digunakan. Namun, polisi berdalih terpaksa melakukan hal tersebut karena suporter Arema sudah menyerang petugas dan merusak mobil di lapangan.
Pihak klub juga disorot. Menurut pernyataan Mahfud MD, Stadion Kanjuruhan hanya berkapasitas 38 ribu orang, tetapi tiket yang dijual mencapai 42 ribu orang. Dengan begitu, bisa dibayangkan betapa padatnya di sana ketika para penonton pada berhamburan keluar.
PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) juga dikecam karena menolak usulan kepolisian agar memajukan jam pertandingan ke sore hari. Padahal, hal tersebut adalah bentuk antisipasi kerusuhan, tetapi PT LIB terkesan lebih mementingkan rating.
Jadi jika ditanya yang salah, peristiwa menyedihkan ini adalah konsekuensi dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh banyak pihak. Nyawa sudah melayang, lebih baik kita jadikan peristiwa hari ini sebagai bahan interopeksi masing-masing.
Fanatisme yang Berlebihan Tidak Pernah Baik
Peristiwa yang terjadi pada suporter Arema ini seolah mengingatkan kita bahwa fanatisme yang berlebihan terhadap apapun itu tidak pernah berakhir dengan baik. Kita harus mengetahui batasan-batasan agar hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
Suporter yang merasa kecewa dan frustasi dengan permainan buruk yang ditampilkan oleh klub kesayangannya adalah hal yang lumrah. Penulis entah berapa kali mengungkapkan kekecewaannya ketika Manchester United (MU) bermain dengan sangat buruk.
Namun, cara penyampaian kekecewaan dan perasaan frustasi tersebut tentu harus dengan cara-cara yang baik dan benar, bukan dengan kekerasan atau cara-cara kotor lain yang bisa menimbulkan efek domino.
Ironinya, kerusuhan yang ditimbulkan oleh beberapa oknum suporter (dan mungkin terselip provokator-provokator) berdampak sangat parah kepada suporter lain yang mungkin sebenarnya tidak terlibat dalam kerusuhan tersebut.
Mereka hanya panik dengan kejadian di lapangan, sehingga ingin keluar dari stadion secepat mungkin. Kekacauan demi kekacauan membuat situasi benar-benar tidak kondusif. Entah berapa orang yang menangis karena ditinggal oleh anggota keluarganya untuk selamanya.
Penutup
Dengan adanya kejadian ini, akhirnya Liga 1 akan dihentikan selama satu minggu. Semua pertandingan akan ditunda untuk waktu yang belum ditentukan. Itu merupakan keputusan yang tepat, bahkan kalau perlu ditunda lebih lama hingga situasi lebih kondusif.
Pihak manajemen Arema juga sudah membuat pernyataan kalau mereka akan bertanggung jawab atas kejadian ini, baik kepada korban yang telah meninggal ataupun sedang dirawat. Mereka juga akan membuka crisis center agar masyarakat bisa mendapatkan informasi.
Penulis mengucapkan ucapan duka cita dari hati yang paling dalam untuk korban-korban yang meninggal dunia akibat peristiwa ini. Penulis juga berdoa agar keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan ketabahan dalam menerima musibah ini.
Semoga saja tragadi sepak bola ini mampu menjadi tamparan keras untuk kita agar berbenah dan bisa menciptakan iklim sepak bola yang lebih sehat. Satu nyawa untuk sepak bola itu terlalu banyak.
Lawang, 2 Oktober 2022, terinspirasi setelah membaca berita tentang banyaknya suporter Arema yang meninggal
Foto: Arema FC
Sumber Artikel:
- 127 Orang Tewas, Tragedi di Stadion Kanjuruhan Nomor Dua Paling Mengerikan di Dunia | Republika Online
- Kronologi Penyebab 127 Orang Meninggal Dunia dalam Kerusuhan Laga Arema FC vs Persebaya Surabaya : Okezone Bola
- Larangan FIFA dan Alasan Polisi Gunakan Gas Air Mata di Kanjuruhan (detik.com)
- Mahfud soal Tragedi Kanjuruhan: Kapasitas 38 Ribu, Cetak Tiket 42 Ribu (cnnindonesia.com)
- Ini Bukti Polisi Minta Percepat Arema Vs Persebaya, Ditolak PT LIB (detik.com)
- Pernyataan Arema FC Terkait Tragedi Kanjuruhan (detik.com)
You must be logged in to post a comment Login