Pengembangan Diri

Sibuk atau Tidak Diprioritaskan?

Published

on

“Sorry ya, lagi sibuk jadi gak bisa bales chat!”

Sering mendapatkan pesan semacam ini? Atau malah sering mengirimnya ke orang lain di kala sibuk? Penulis sendiri merasa dirinya pernah mengalami keduanya.

Karena kesibukan yang kita jalani, banyak hal yang jadi tidak kita sempatkan. Memberi kabar ke orangtua atau hangout bersama teman adalah beberapa contoh mudahnya.

Pertanyaannya, apakah sibuk atau tidak sempat itu benar-benar ada?

Hidup Ini Pilihan

Kalau tidak salah, antara dari iklan operator atau rokok, Penulis mendengar istilah hidup ini pilihan untuk pertama kalinya. Setiap orang memiliki pilihan yang beragam, tergantung latar belakangnya masing-masing.

Nah, pilihan-pilihan ini memiliki keterkaitan yang erat dengan yang namanya prioritas. Manusia cenderung memilih mana yang lebih ia prioritaskan.

Contoh, ketika seorang perempuan menolak laki-laki dengan alasan “ingin fokus UN”, artinya ia memilih untuk memprioritaskan ujiannya dibandingkan merasakan pacaran (atau karena memang tidak ada rasa dengan yang menembak).

Contoh lain ketika ada acara buka puasa bersama, kita izin tidak ikut karena sakit. Artinya, kita lebih memprioritaskan kesehatan kita dibandingkan menikmati momen bersama yang sudah lama dinantikan. Dan ini belum tentu salah.

Tapi kan seringkali kita benar-benar tidak sempat untuk melakukan sesuatu, bukan karena tidak memprioritaskan!

Iya, memang benar. Terkadang pilihan yang tersedia membuat kita dilema dan berat untuk memilih. Akhirnya, harus ada yang dikorbankan demi itu.

Hanya saja, opini pribadi Penulis, mayoritas apa kita lakukan adalah berdasarkan prioritas yang dipilih, mau setipis apapun selisih skala prioritasnya.

Tentu saja tidak semuanya saklek seperti itu. Penulis yakin ada kondisi-kondisi tertentu yang membuat pendapat Penulis tidak berlaku lagi.

Orangtua yang bekerja seringkali lebih banyak menghabiskan waktu di kantor. Akan tetapi, bukan berarti sang orangtua tidak memprioritaskan anaknya. Justru, banting tulang yang dilakukan tersebut demi keluarga tercinta.

Yang jelas, jangan sampai kita salah menentukan prioritas di dalam hidup.

Salah Menentukan Prioritas

Di dalam menentukan pilihan, terkadang  kita bisa salah memilih. Memilih HP A dibandingkan HP B, eh ternyata HP B jauh lebih bagus dan tidak mudah rusak. Muncullah rasa penyesalan.

Artinya, ada pula kemungkinan kalau kita bisa salah menentukan prioritas dalam hidup. Misal, kita lebih memilih untuk terlalu banyak menghabiskan waktu untuk bermain game dibandingkan belajar.

Kecuali kita atlet eSport atau seorang streamer yang bisa menghasilkan uang dari bermain game, jelas pemilihan prioritas tersebut salah karena tidak menghasilkan apapun.

Contoh lain, kita lebih memprioritaskan pacar kita yang baru kenal beberapa bulan dibandingkan orangtua yang sudah mengasuh kita sejak kecil.

Salah menentukan prioritas bisa dialami siapa saja. Penulis sangat sering melakukannya, bahkan hingga kini. Yang penting, kita bisa belajar dari kesalahan tersebut sehingga bisa menentukan prioritas lebih baik lagi.

Kita sendiri yang paling tahu mana prioritas yang harus diutamakan. Setiap orang bisa memiliki standar yang berbeda-beda. Apa yang Penulis anggap salah di atas belum tentu salah juga di mata orang lain.

Penutup

Ketika kita bilang sibuk, coba dipikir kembali, apakah kita memang benar-benar sibuk atau karena tidak menjadikannya prioritas?

Hidup ini pilihan, termasuk memilih mana yang menjadi prioritas kita. Terkadang ada yang sulit untuk dipilih, terkadang ada yang begitu mudah.

Semoga saja kita semua bisa menentukan prioritas mana yang paling penting di dalam hidup kita.

 

 

Kebayoran Lama, 11 Mei 2020, terinspirasi dari diri sendiri yang terkadang salah membuat prioritas

Foto: Jon Tyson on Unsplash

Fanandi's Choice

Exit mobile version