Politik & Negara

Standar Ganda ala Barat

Published

on

Publik tengah dibuat khawatir dengan penyerangan Rusia ke Ukraina. Bahkan, tak sedikit yang berpendapat kalau konflik ini dapat memicu Perang Dunia Ketiga dengan mengandalkan senjata nuklir yang mematikan.

Dunia pun langsung merespon hal ini dengan mengecam serangan Rusia tersebut. Mayoritas negara, terutama negara barat, membela Ukraina dengan cara memberikan berbagai jenis sanksi kepada Rusia. Public figure juga ramai-ramai menyuarakan perdamaian.

Menurut Penulis, melakukan invasi ke wilayah berdaulat dengan alasan apa pun memang tidak bisa dibenarkan. Hanya saja, Penulis merasa geram dengan standar ganda yang ditunjukkan oleh pihak barat.

Kenapa Hanya Rusia yang Dikecam?

Presiden Rusia, Vladimir Putin (Reuters)

Semua pihak yang memiliki afiliasi dengan barat mengutuk serangan Rusia ke Ukraina, termasuk ke Vladimir Putin selaku Presiden Rusia. Pemerintah, Hollywood, public figure, badan olahraga, beramai-ramai mengecam perang yang tengah terjadi ini.

Oke, itu adalah hal yang bagus karena mayoritas dari kita jelas lebih memilih hidup damai tanpa perasaan takut rumah kita akan dihujani rudal. Peperangan adalah hal yang sebisa mungkin dihindari.

Namun, ke mana mereka semua ketika peperangan antara Israel dan Palestina terus bergejolak? Ke mana mereka semua ketika banyak nyawa-nyawa tak berdosa di sana yang harus merenggang nyawa?

Ke mana mereka semua ketika Amerika Serikat melakukan invasi ke Afganistan dan Irak dengan alasan negara-negara tersebut memiliki senjata pemusnah massal yang hingga kini tidak terbukti?

Dua contoh di atas hanya sedikit contoh dari betapa bermuka duanya politik dunia barat. Selama menguntungkan bagi mereka, perang tidak masalah. Yang jadi masalah kalau perang tersebut sampai mengganggu kepentingan mereka.

Semua Terkena Imbasnya

Roman Abramovic (The Times)

Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina bahkan merembet ke banyak hal, termasuk sepak bola dan Formula 1. Dampak yang terasa tidak hanya dirasakan oleh Rusia, tapi juga orang-orang yang berasal dari sana.

Roman Abramovic yang merupakan owner klub Chelsea bahkan langsung menjual klub kesayangannya tersebut. Padahal kita tahu, seberapa besar kontribusinya terhadap klub dan passion-nya untuk sepak bola. Jarang ada owner bola yang begitu peduli dengan klubnya.

Di ajang Formula 1, pembalap Haas Nikita Mazepin langsung diputus kontraknya. Meskipun ia sering menjadi ejekan karena bisa masuk ke ajang ini lewat bantuan “orang dalam”, perlakuan ini dianggap tidak adil.

Hanya karena mereka orang Rusia, mereka harus menelan pil pahit akibat sanksi yang diberikan oleh negara barat. Padahal, mereka belum tentu mendukung penyerangan yang dilakukan oleh Rusia.

Kenapa sanksi yang serupa tidak pernah diberikan kepada orang-orang yang berasal dari Amerika Serikat atau Israel yang sama-sama melakukan invasi ke negara lain? Atau memang dunia ini sudah berada di genggaman mereka sehingga bisa berbuat apa saja?

Peran Media dan Perlawanan Publik di Media Sosial

“Whoever controls the media, controls the mind”

Jim Morrison

Quote di atas sangat terkenal, di mana pihak yang bisa menguasai dunia akan bisa menguasai pikiran. Logikanya sederhana, publik mengetahui informasi dari media massa, sehingga opini mereka bisa digiring ke arah tertentu.

Media, termasuk media sosial, menjadi “senjata” yang ampuh untuk membuat propaganda tertentu yang menguntungkan pihak tertentu. Maka dari itu, tak heran jika berita-berita isinya kebanyakan menyudutkan Rusia. Setiap hari, selalu ada saja berita tentang konflik tersebut.

Akan tetapi, kemunculan media sosial juga bisa menjadi media alternatif sehingga publik bisa mendapatkan sudut pandang lain dari berita yang diedarkan media barat. Mereka pun tidak menelan bulat-bulat apa yang diberikan oleh barat.

Oleh karena itu, opini yang beredar di media sosial pun beraneka macam. Tidak hanya menyuarakan perdamaian, mereka (termasuk Penulis melalui tulisan ini) mempertanyakan ke mana semua pihak ini ketika terjadi konflik di daerah lain.

Bahkan di akun Instagram @bundesliga, mereka sampai menghapus komentar yang mempertanyakan hal ini. Untungnya, ada pihak yang sudah menyalin komentar tersebut dan kembali memostingnya.

What about other countries being invaded before and recently? Their life does not matter? Vietnam, Syria, Iraq, Libya, Yemen, Afghanistan and Palestine etc… Majority of this country invaded by Western Powers and some ethnic cleansing. Their life does not matter because of their skin color or religion? Yes what is happening in Ukraine is wrong. But i was told there’s no room for politics in sports. Sadly today the western media and football organizations are being so hypocrite. #alllifematters

Penutup

Perdamaian adalah hal yang diidamkan oleh mayoritas masyarakat yang tinggal di bumi. Sebisa mungkin, peperangan yang akan membunuh insan-insan tak bersalah dihindari, jangan sampai kiamat terjadi lebih cepat karena serangan nuklir yang mematikan.

Penulis dengan tegas tidak mendukung serangan Rusia ke Ukraina. Namun, Penulis merasa muak dengan standar ganda yang ditunjukkan oleh negara barat. Media pun sudah dikendalikan sedemikian rupa untuk menggiring opini tertentu.

Olahraga yang katanya bebas dari politik nyatanya tetap terpengaruh. Para penggemar banyak menghujat di kolom komentar media sosial, mencibir standar ganda yang mereka tunjukkan secara nyata.

Semoga saja konflik Rusia-Ukraina segera berakhir dan kedua belah pihak menemukan win-win solution. Semoga dengan adanya konflik ini, kita jadi menyadari betapa memuakkannya standar ganda yang ditunjukkan oleh pihak barat.


Lawang, 6 Maret 2022, terinspirasi dengan standar ganda yang ditunjukkan oleh barat.

Foto: Brown University

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version