Tentang Rasa
Perasaan Orang Lain Itu Ada di Luar Kendali Kita
Ketika sedang merasa jatuh cinta ke orang lain, kita seolah memiliki kemampuan untuk melakukan apapun untuknya. Kita rela berkorban banyak hal, dengan harapan semua pemberian dan pengorbanan tersebut akan membuatnya mencintai kita juga.
Sayangnya, dalam hidup tak semuanya selalu bisa seperti itu. Terkadang dalam hidup, kita jatuh cinta kepada seseorang yang sama sekali tidak memberikan hatinya untuk kita, meskipun sudah banyak hal yang kita lakukan untuk meluluhkan hatinya.
Tentu rasanya menyedihkan sekaligus menyakitkan untuk mengalami hal tersebut. Rasanya tidak ada manusia yang ingin mengalami cinta bertepuk sebelah tangan. Namun, inilah hidup. Inilah kenyataan yang harus kita terima dan hadapi.
Padahal Sudah Banyak Berkorban
Ketika kita sedang mendekati seseorang, tentu ada banyak hal yang harus dikorbankan. Mungkin uang untuk mentraktir makan atau membelikan hadiah, tenaga untuk mengantarnya ke mana-mana, pikiran untuk membantu mengerjakan pekerjaannya, dan lain sebagainya.
Jika pikiran kita transaksional, tentu kita berharap imbalan dari semua yang sudah dilakukan tersebut. Tentu saja yang diharapkan adalah dia mau menerima perasaan kita. Sayangnya, masalah cinta sangat berbeda dengan matematika.
Meskipun kita sudah melakukan banyak hal untuknya, sebenarnya sama sekali tidak ada kewajiban untuk membalas baginya, dalam bentuk apapun. Jika dia memutuskan untuk tidak membalas, ya itu keputusan mereka yang tidak bisa diganggu gugat.
Mungkin kadang kita akan merasa tidak terima, bahkan menganggap dia adalah orang yang tidak tahu berterima kasih dan hanya memanfaatkan kebaikan kita. Lho, ya salah sendiri, kan keputusan untuk melakukan banyak hal untuknya kan keputusan kita sendiri.
Apa yang kita lakukan untuknya dilakukan dengan kesadaran diri, walau kadang memang “dibodohi” oleh perasaan cinta. Cinta memang bisa membuat orang tolol luar biasa, sehingga tak heran kita jadi punya celah untuk dimanfaatkan oleh orang lain.
Seperti kata alm. Meggy Z melalui lagu “Takut Sengsara”, percuma saja bercinta kalau kau takut sengsara. Kalau takut cinta kita tidak berbalas meskipun sudah banyak berkorban, ya jangan jatuh cinta dulu.
Apalagi, kalau kita memang sayang ke orang lain, seharusnya kita tidak merasa berkorban seperti kata Sujiwo Tejo. Ketika kita sudah merasa berkorban, mungkin itu artinya kita tidak benar-benar sayang ke orang tersebut.
Perasaan Orang Lain Itu Ada di Luar Kendali Kita
Sebenarnya sangat manusiawi jika kita ingin perasaan kita berbalas. Bahkan, rasanya tidak ada orang yang melakukan PDKT tanpa berharap upayanya berhasil. Namun, perlu diingat kalau hasilnya nanti memang ada di luar kendali kita.
Hasil dari PDKT tentu saja bergantung kepada perasaan orang lain, yang tentu saja juga tidak bisa kita kendalikan. Kita bisa melakukan apapun untuk berusaha mengubah perasaan tersebut, tetapi hasil akhirnya tetap di luar kendali kita.
Dengan memahami hal ini, kita pun bisa meminimalisir perasaan kecewa ketika perasaan tidak berbalas. Kita jadi menyadari kalau terlepas dari semua hal yang sudah kita lakukan, orang lain berhak untuk menentukan ingin menaruh perasaannya ke siapapun.
Yang bisa kita lakukan adalah mengendalikan diri sendiri, menentukan ingin sampai sejauh apa melakukan sesuatu untuk orang lain yang disayang. Hanya diri kita sendiri yang mampu menentukan sampai sejauh apa batasan ketika sedang memperjuangkan orang lain.
Jika masih mau berjuang mati-matian meskipun sudah mendapatkan respons yang negatif, ya silakan saja. Penulis tidak punya hak untuk melarang siapapun. Hanya saja, melalui tulisan ini Penulis ingin mengingatkan kalau perasaan orang lain itu ada di luar kendali kita.
Lawang, 8 Agustus 2023, terinspirasi setelah menyadari kalau perasaan orang lain itu memang ada di luar kendali kita
Foto Featured Image: Andrea Piacquadio
You must be logged in to post a comment Login