Renungan
Memaknai Keimanan
Dalam KBBI kita tercinta, iman memiliki makna kepercayaan yang berkaitan dengan agama. Penulis akan berusaha menjabarkannya melalui tulisan singkat ini, dengan harapan bisa bermanfaat bagi kita semua, terutama diri penulis sendiri.
Akhir-akhir ini, penulis sering berpikir tentang makna keimanan lebih dalam lagi. Menjelang tidur, penulis sering merenungkan hal ini hingga mencapai sebuah kesimpulan:
Iman berarti mempercayai dan meyakini tanpa tapi
Bagaimana maksudnya? Penulis akan memberikan contoh sesuai dengan kepercayaan yang penulis anut. Sebagai umat muslim, tentu pedoman hidup yang harus penulis pegang adalah Al Quran bukan?
Karena penulis meyakini Al Quran sebagai pedoman hidup, artinya penulis harus meyakini isinya tanpa meragukan isinya bukan? Apa yang berada di dalamnya bersifat mutlak dan tidak mungkin salah.
Jujur saja, penulis sempat berpikir beberapa ayat Al Quran sedikit membuat penulis merasa tidak nyaman. Contohnya adalah hukum menggauli budak. Penulis tentu merasa bahwa harusnya hal tersebut tidak diperbolehkan.
Akan tetapi, penulis menyadari bahwa pengetahuan penulis amat terbatas, sehingga tidak mungkin penulis menentang ayat suci Al Quran. Dengan pemahaman ini, penulis bisa menerima hal tersebut karena menganggap Tuhan pasti memiliki alasan di baliknya.
Yang banyak penulis lihat di lingkungan sekitar penulis, ada beberapa yang memilah-milah ayat mana yang dipatuhi mana yang bisa dikompromikan (mungkin penulis juga masuk di dalamnya).
Tidak boleh memilih pemimpin kafir! Tapi kan dia orangnya baik dan tegas, daripada yang muslim tapi korupsi!
Tidak boleh meminum bir! Tapi kan saya lagi di luar negeri, ini untuk menghormati tamu yang sudah menyuguhkan ke saya!
Wanita sebaiknya di dalam rumah! Tapi kan sekarang sudah eranya kesederajatan antara wanita dan pria!
Jangan lupa sedekah! Tapi kan kebutuhan rumah masih banyak!
Jangan meninggalkan sholat! Tapi kan yang penting bisa menjadi manusia yang baik, sholat hanya ritual semata!
Inilah terkadang yang tidak disadari oleh kita sebagai manusia. Dengan mengeluarkan argumen untuk melawan perintah Al Quran, secara sadar maupun tidak sadar kita merasa lebih hebat dari Tuhan yang telah menciptakan semesta ini.
Siapakah kita sehingga bisa menentang perintah Tuhan kita?
***
Penulis merasa berat untuk menuliskan tulisan ini, karena penulis akui masih banyak melalaikan perintah di dalam Al Quran dan melanggar apa yang dilarang. Akan tetapi, besar harapan penulis bisa menjadi hamba-Nya yang lebih baik setelah menulis tulisan semacam ini.
Penulis hanya ingin mengajak kepada pembaca sekalian, untuk bisa berusaha bersama-sama menjadi pribadi yang lebih baik, yang mengimani kepercayaannya tanpa menggunakan tapi.
Kebayoran Lama, 3 Desember 2018, terinspirasi dari perenungan yang panjang
Foto: AboutIslam.net
You must be logged in to post a comment Login