Sosial Budaya

“Gapyear Dulu Kayaknya Enak”

Published

on

Penulis merasa bersyukur karena selepas SMA bisa langsung kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri. Ada beberapa teman Penulis yang harus mengalami masa gapyear terlebih dahulu karena belum diterima di jurusan dan kampus yang diinginkan.

Bagi sebagian orang, gapyear adalah sesuatu yang sebisa mungkin dihindari. Kalau sudah lulus sekolah, ya langsung kuliah atau kerja sekalian.

Hanya saja, Penulis melihat adanya fenomena di mana banyak murid yang ingin gapyear bukan karena keadaan, melainkan ingin merasakan bagaimana santainya kehidupan setelah 12 tahun masa sekolah yang berat.

Mengisi Gapyear dengan Hal Produktif

Ada beberapa alasan yang mengharuskan seorang murid harus rela “nganggur” setelah lulus sekolah. Selain karena belum diterima di tempat yang diinginkan, faktor ekonomi juga bisa jadi penentu.

Jika seperti itu, gapyear memang menjadi tidak terhindarkan. Biasanya, mereka akan menyiapkan diri agar tahun depan bisa kembali mengikuti berbagai tes masuk universitas dengan persiapan yang lebih matang.

Gapyear juga dialami mereka yang mengincar masuk ke akademi polisi, militer, dan sejenisnya. Ketatnya persaingan membuat mereka harus tersisih, sehingga mereka kembali menggenjot fisik dan mental untuk tes di tahun berikutnya.

Banyak juga yang memilih untuk langsung bekerja demi mengumpulkan uang, sehingga tahun depan mereka bisa berkuliah dengan uang yang mereka kumpulkan tersebut.

Ada banyak hal produktif lain yang bisa dilakukan, seperti mengikuti berbagai jenis pelatihan atau seminar, banyak belajar hal baru, mendalami hobi atau passion, menjelajahi tempat-tempat baru, dan lain sebagainya.

Sebuah penelitian menyebutkan kalau gapyear bisa memberikan dampak positif, mulai dari mendewasakan diri hingga memiliki banyak waktu untuk melakukan refleksi dan eksplorasi diri.

Seandainya gapyear diisi dengan hal-hal produktif seperti itu, tentu tidak ada masalah sama sekali. Yang menjadi masalah adalah ketika waktu luang tersebut digunakan untuk hal-hal yang kontraproduktif.

Menyia-nyiakan Waktu di Masa Gapyear

Persaingan kerja di era sekarang cukup keras. Meningkatnya jumlah pengangguran menjadi salah satu bukti bahwa siapa yang tidak memiliki skill akan tersingkir dengan pahit.

Memutuskan untuk gapyear hanya karena ingin santai adalah salah satu hal yang cukup membuat tekanan darah Penulis naik. Satu tahun jelas bukan waktu yang sebentar.

Menganggur mungkin memang terasa sangat nikmat. Tidak ada kewajiban untuk bangun pagi, bisa santai rebahan dan bermain game sepuasnya, tidak lagi dibebani dengan tugas-tugas yang menjemukan, dan lain sebagainya.

Percaya, itu hanya kelihatannya saja. Penulis sudah melakukan wawancara kepada orang-orang yang pernah atau sedang mengalami masa-masa gapyear. Mayoritas mengatakan bahwa menjalani gapyear sama sekali tidak enak.

Kenapa seperti itu? Banyak alasannya, mulai dari merasa bosan karena tidak ada sesuatu yang dikerjakan, mendengarkan cibiran dari orang lain, merasa malu jika bertemu dengan teman yang sudah kuliah, dan lain sebagainya.

Dengan memutuskan untuk gapyear tanpa benar-benar melakukan sesuatu yang berarti merupakan sebuah (maaf) kebodohan. Kita akan dilibas oleh orang-orang yang memiliki etos belajar dan kerja yang lebih tinggi.

Seandainya orangtua kita berlimpah dengan privilege, mungkin kita bisa sedikit santai karena mau semalas apapun pasti dibantu. Masalahnya, tidak banyak orang yang mendapatkan hal tersebut.

Penutup

Penulis kembali menekankan kalau tidak ada yang salah dengan gapyear, selama diisi oleh sesuatu yang bermanfaat dan produktif. Jika hanya diisi dengan bermalas-malasan dan hal konsumtif seperti main game, ya salah.

Seharusnya, manusia lambat laun akan berada di posisi “aku sampai kapan ya gini terus” ketika sedang menganggur. Maka bahaya jika mereka-mereka yang berkeinginan untuk gapyear karena malas tidak merasakan hal tersebut.

Percayalah kalau gapyear itu lebih banyak tidak enaknya jika diisi dengan hal yang sia-sia. Ketika teman-teman sudah merasakan bangku kuliah dan menjalani lembaran hidup baru, kita malah masih berkutat di lubang yang sama.

Dunia ini makin ke sini makin keras. Kalau kita lembek sama diri sendiri, niscaya dunia akan menggilas kita habis-habisan. Tidak ada tempat untuk orang-orang yang terlalu santai (baca: malas) di dunia ini.

 

 

Kebayoran Lama, 15 Februari 2020, terinspirasi dari orang-orang yang berkeinginan untuk gapyear hanya karena ingin santai terlebih dahulu.

Foto: Drew Coffman

Sumber Artikel: Zenius,

Fanandi's Choice

Exit mobile version