Sosial Budaya
Jahat Karena Tersakiti
Setelah film Joker tayang di bioskop, ada banyak komentar yang muncul dari netizen. Penulis membaca beberapa pendapat tersebut, terutama yang membuat thread di Twitter.
Film ini dianggap mampu memengaruhi psikologi orang, terutama yang kesehatan mentalnya sedang sedikit sakit. Yang lain mengatakan bahwa Joker related dengan kehidupannya.
Penulis pernah menemukan video adegan intrograsi antara Batman dan Joker di film The Dark Knight yang terjemahannya salah sama sekali. Di video tersebut, Joker seolah-olah mengatakan bahwa orang jahat adalah orang baik yang tersakiti.
Padahal, Joker sama sekali tidak mengatakan hal tersebut. Penulis tahu karena adegan tersebut sudah puluhan kali penulis tonton. Dengan munculnya film Joker terbaru ini, kalimat tersebut kembali mencuat di linimasa media sosial penulis.
Benarkah Orang Jahat Lahir Karena Tersakiti?
Bahwa ada orang jahat lahir karena tersakiti, penulis mengakui memang ada. Akan tetapi, penulis rasa jumlahnya sedikit walau perlu dibuktikan dengan melakukan survei.
Kalau tidak percaya, lihatlah para koruptor yang kalau ditangkap cengengas-cengenges. Apakah pembaca yakin mereka adalah orang baik, lalu memutuskan mencuri uang rakyat karena tersakiti? Penulis rasa tidak.
Di dalam serial Harry Potter, penulis sangat menyukai karakter Sirius Black yang diperankan oleh Gary Oldman. Salah satu kutipan terbaiknya adalah sebagai berikut:
“We’ve all got both light and dark inside us. What matter is the part we choose to act on.”
Kita semua memiliki sisi terang dan gelapnya masing-masing. Kita lah yang memutuskan untuk memilih sisi yang mana. Mayoritas orang jahat memilih sisi buruknya dibandingkan dengan sisi baiknya.
Memang ada faktor eksternal yang memengaruhi orang berbuat jahat, seperti tekanan ekonomi, tak tahan dengan kondisi yang dialami, dan lain sebagainya. Tapi penulis meyakini bahwa pengaruh terbesar adalah dari dalam diri sendiri.
Antara Joker dan Naruto
Di dalam film Joker, kita bisa melihat bagaimana seorang Arthur Fleck mengalami kepahitan hidup yang bertubi-tubi hingga mengubahnya menjadi sosok seperti Joker.
Akan tetapi, perlu diingat bahwa ia adalah karakter fiksi yang tak benar-benar ada di dunia. Tempatnya ia tinggal, Gotham, juga hanya sekadar buah imajinasi penciptanya.
Kebanyakan dari kita harusnya merasa beruntung karena tidak mengalami kepahitan hidup yang dirasakan oleh Arthur. Berbagai bentuk perlakuan buruk yang kita terima tidak seharusnya mengubah kita menjadi sosok yang jahat.
Penulis menemukan thread yang menarik di Twitter. Ada yang berusaha menghubungkan Joker dengan salah satu karakter anime paling populer, Naruto.
Naruto adalah contoh terbaik tentang bagaimana seseorang menjadikan perlakuan buruk yang ia terima menjadi sesuatu yang positif. Sejak kecil, ia hidup sebatang kara, dijauhi oleh orang-orang, tidak punya teman, dikhianati sahabat, dan lain sebagainya.
Apakah itu menjadikan Naruto sebagai orang jahat? Tidak! Ia menjadikan hal tersebut sebagai motivasinya untuk menjadi Hokage agar orang-orang mengakui keberadaannya.
Naruto juga terkenal karena bakatnya menjadi seorang motivator. Entah sudah berapa musuh yang berhasil ia kembalikan ke jalan yang benar berkat bacotan-nya. Semua itu bisa terjadi karena ia adalah orang yang optimistik dan penuh dengan energi positif.
Tapi kan Naruto cuma karakter anime!
Mohon maaf, Joker juga lahirnya dari komik di tahun 1940. Jadi, menurut penulis kedudukan Joker dan Naruto sama, walaupun mungkin Naruto masih dikelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya.
Penutup
Disakiti oleh orang lain memang lumrah terjadi dalam hidup ini. Ada yang dosisnya kecil, tapi ada juga yang luar biasa menyakitkan. Akan tetapi, menjadikan karakter Joker sebagai pembenaran juga tidak penulis sepakati.
Kita hidup di lingkungan yang bhineka. Kita tinggal era di mana society mungkin bisa seburuk Gotham City. Walaupun begitu, penulis tetap meyakini bahwa pilihan untuk menjadi baik atau jahat ada di tangan kita.
Memang tidak bisa sehitam putih seperti itu. Keyakinan dan pendapat penulis pun bisa jadi salah. Mungkin penulis termasuk yang beruntung karena tidak sering mengalami peristiwa yang mengguncang jiwa.
Yang tidak penulis inginkan adalah ada orang-orang yang memanfaatkan eksistensi Joker sebagai tameng perbuatan jahat mereka. Penulis tidak ingin ada orang memutuskan berbuat jahat karena merasa tersakiti dan ingin balas dendam.
Kebayoran Lama, 6 Oktober 2019, terinspirasi setelah melihat banyaknya netizen yang membuat status seperti itu.
Foto: YouTube