Sosial Budaya
Lato Lato, Mandi Lumpur, dan Pengaruh TikTok yang Luar Biasa
Tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok
Beberapa bulan terakhir, pasti banyak yang mendengarkan suara “tok tok” di sekitar rumah. Ternyata, sumber suara tersebut berasal dari permainan tradisional bernama lato lato, yang jika dideskripsikan terdiri dari dua bola dan tali.
Cara bermainnya pun sederhana, di mana pemain harus bisa membuat dua bola tersebut saling beradu dan menghasilkan suara “tok tok”. Semakin mahir memainkannya, semakin cepat punya kedua bola tersebut saling beradu.
Setelah ditelusuri, ternyata viralnya permainan lato lato ini berasal dari TikTok, walau Penulis sendiri kurang tahu past siapa atau peristiwa apa yang menjadi inisiatornya. Yang jelas, secara cepat bak ekspansi gerai Mixue, banyak orang terutama anak kecil yang ikut memainkannya.
Pro dan Kontra Lato Lato
Dari yang Penulis perhatikan, ada dua kubu dalam menyikapi viralnya lato lato yang dimainkan oleh anak-anak. Seperti kebanyakan kasus, ada pihak yang pro dan ada pula pihak yang kontra.
Pihak yang pro mengatakan mereka senang melihat anak-anak kecil yang bermain lato lato karena itu membuat mereka menjauh sesaat dari gawai. Melihat mereka bermain permainan tradisional juga menimbulkan perasaan nostalgia kepada generasi yang lebih tua.
Seperti yang kita tahu, penggunaan gawai di kalangan anak-anak cukup memprihatinkan dengan durasi yang cukup lama. Adanya permainan tradisional yang mau mereka mainkan bisa menjadi jeda yang cukup solutif.
Di pihak yang kontra, mereka merasa terganggu karena suara yang dihasilkan oleh lato lato cukup berisik. Suara “tok tok” seolah terdengar dari pagi, siang, sore, bahkan malam. Tentu ini sangat menganggu orang-orang yang sedang istirahat ataupun butuh ketenangan.
Bahkan, ada yang su’udzon dengan mengatakan kalau anak-anak itu main di luar karena orang tua mereka sendiri merasa terganggu. Entah ini benar atau salah, yang jelas suara keras yang dihasilkan oleh lato lato memang cukup mengganggu.
Pengaruh Besar TikTok yang Cukup Mengkhawatirkan
Penulis pribadi tidak merasa terlalu terganggu dengan suara lato-lato yang bahkan masih terdengar setelah beberapa bulan lalu mulai viral. Penulis justru resah sumber dari viralnya permainan tradisional ini: TikTok.
Kebetulan, Penulis sudah agak lama berhenti menggunakan TikTok karena beberapa alasan, sehingga sering out-of-date alias ketinggalan apa yang sedang viral. Kalau sudah heboh seperti lato lato, baru akhirnya Penulis ngeh dan mencari tahu lebih dalam.
Kasus lato lato yang baru saja terjadi seolah menggambarkan betapa dahsyatnya pengaruh TikTok dalam memviralkan sesuatu. Mungkin hanya diawali oleh satu orang, ribuan atau bahkan mungkin jutaan orang akan mengikutinya, kadang hanya karena ikut-ikutan.
Lato lato mungkin hampir tidak memiliki efek yang negatif, selain menghasilkan polusi suara. Namun, bagaimana dengan hal viral lain seperti berlomba-lomba mengemis dengan cara yang menyiksa diri?
Seperti yang kita tahu, selain lato lato, yang sedang ramai berkat TikTok adalah adanya oknum-oknum yang rela melakukan hal konyol/berbahaya demi mendapatkan beberapa rupiah dari penonton. Contohnya adalah aksi mandi lumpur yang sempat ramai.
Tidak hanya itu, bahkan beberapa oknum juga memanfaatkan orang tua yang sudah lansia untuk meningkatkan pendapatan mereka dari TikTok. Bagi Penulis, perbuatan-perbuatan seperti ini sudah kelewat bebas dan sudah seharusnya dihentikan.
Tapi, Itu Kan Mereka Berusaha untuk Mendapatkan Pendapatan
Mungkin ada yang kontra dengan pendapat ini karena seolah mematikan rezeki orang. Toh, apa yang mereka lakukan tidak merugikan orang lain, dan yang memberi pun merasa terhibur. Mereka tidak keberatan berbagi rezeki atas “usaha” yang mereka lakukan.
Itu ada benarnya, tetapi bukannya mendapatkan pendapatan dengan cara yang kurang baik juga sebaiknya tidak dilakukan. Sama seperti Pesulap Merah yang membongkar praktik dukun, itu akan mematikan penghasilan si dukun yang memang didapat dengan cara buruk.
Kalau sekadar melakukan hal konyol yang bisa mengundang tawa penonton, Penulis tidak akan mempermasalahkannya. Namun, contoh-contoh berbahaya seperti mandi lumpur menurut Penulis sudah seharusnya tidak diteruskan.
Mengingat pengaruh TikTok yang luar biasa, bukan tidak mungkin orang-orang yang awalnya cuma menonton jadi ikut-ikutan karena melihat peluang besar untuk mendapatkan uang dengan cepat.
TikTok sudah seharusnya menjadi wadah untuk menyalurkan kreativitas dan bakat kita agar bisa dilihat oleh publik. Sayangnya, tampaknya hal tersebut tidak terlalu mendapatkan perhatian dari pasar, yang justru lebih senang dengan hal-hal kurang berfaedah.
Penutup
Pada dasarnya, TikTok hanyalah sebuah alat yang bisa digunakan dengan berbagai tujuan. Untuk hiburan, jualan, cari inspirasi, “jual diri”, jadi viral, hampir semuanya bisa dilakukan di TikTok yang penggunanya sudah miliaran di seluruh dunia.
Dengan besarnya pengaruh yang dimiliki, tidak salah jika negara barat seperti Amerika Serikat seperti “ketakutan” dan kerap menggunakan alasan keamanan privasi untuk berusaha memblokir aplikasi ini, walau sampai sekarang belum terealisasi.
Untuk sekarang, mungkin pengaruhnya baru sekadar bermain lato lato atau mandi lumpur. Namun, siapa bisa menjamin kalau di masa yang akan datang, yang menjadi viral adalah sesuatu yang sebenarnya berbahaya namun tidak pernah kita sadari?
Lawang, 4 Maret 2023, terinspirasi dari viralnya lato lato gara-gara TikTok
Foto: DetikHot
You must be logged in to post a comment Login