Sosial Budaya

Fenomena Bucin

Published

on

Istilah bucin bisa dibilang sedang booming saat ini. Merupakan kepanjangan dari budak cinta, kata ini digunakan untuk menggambarkan seseorang yang terlalu berkorban demi menyenangkan pasangannya.

Kita tentu sering melihat orang-orang yang rela mengurangi waktu kebersamaan bersama teman maupun keluarga demi sang kekasih. Lebih dari itu, mereka seolah rela melakukan apa saja yang diminta dan patuh terhadap segala perintah yang dititahkan.

Nah, kata bucin tersebut bagi penulis telah mengalami perluasan makna. Bukan hanya kepada pacar (karena tidak semua orang memilikinya), tetapi bisa juga membucinkan diri ke idola. Fenomena inilah yang akan penulis bahas kali ini.

Definisi Bucin

Penulis tidak menyalahkan orang-orang yang mengidolakan individu ataupun grup tertentu. Penulis sendiri juga memiliki idola. Namun, yang menjadi permasalahan adalah ketika tingkat mengidolakan seseorang ini mencapai tahap yang terlalu fanatik.

Dari hasil wawancara kepada seseorang yang mengaku bucin kepada salah satu boyband Korea, penulis mencari tahu apa penyebab para bucin membucinkan diri kepada idolanya dan apa saja yang membuat seseorang menjadi bucin.

Idol Korea (Pusat Informasi Anti Hoax)

Yang pertama, jelas karena suka dengan mereka, baik karena faktor wajah, suara yang memikat, dan lain sebagainya. Untuk contoh yang lebih ekstrem, para bucin merasa telah “diselamatkan” oleh lagu-lagu yang dibawakan oleh idola mereka.

Ada juga alasan karena menghargai perjuangan yang telah ditempuh idola mereka demi meraih puncak popularitas. Penulis mengiyakan pendapat ini karena tahu, meskipun secara tidak langsung, bagaimana para public figure terutama di Korea harus menjalani training selama bertahun-tahun.

Para bucin ini memiliki ciri-ciri tertentu. Salah satu yang paling kentara adalah terlalu sering mengunggah foto idola mereka di media sosial yang dimiliki. Hal ini (mungkin) membuat teman-temannya yang bukan bucin merasa risih.

Sering juga ketika idola mereka berulangtahun, mereka akan mengucapkan selamat ulang tahun dengan begitu antusias seolah pesan mereka benar-benar akan dibaca. Tentu hal tersebut menjadi miris jika hal yang sama tidak dilakukan kepada orang-orang terdekat, terutama keluarga.

Sensitivitas Bucin

Salah satu hal yang mengerikan dari bucin adalah betapa galaknya mereka jika idola mereka dihujat. Mereka akan berdiri di garda terdepan jika ada yang berani berkata buruk terhadap idola yang dipujinya.

Mereka akan mengeluarkan berbagai pembelaan demi melindungi harga diri idola mereka. Contohnya, betapa orang-orang yang menghujat tersebut tidak memahami perjuangan idolanya demi bisa meraih kesuksesan.

Dan itu tidak salah.

Berkata Buruk (Rebel Circus)

Menghujat, dalam bentuk apapun, adalah salah. Mengatakan semua orang Korea melakukan operasi plastik tentu kejam, karena pada kenyataannya tidak seperti itu. Memang banyak yang melakukan oplas, tapi banyak juga idola Korea yang sudah tampan maupun cantik sejak lahir.

Mungkin kita sering tak habis pikir bagaimana para bucin bisa begitu mencintai idolanya. Akan tetapi, berkata buruk juga tidak akan membantu kita untuk memahami mereka.

Yang bisa kita lakukan adalah berusaha menghargai mereka. Andai kata tindakan mereka dirasa telah melampaui batas, kita ingatkan secara perlahan tanpa adanya unsur menyebar kebencian.

Untuk para bucinnya sendiri, juga jangan terlalu galak. Jika ada yang menghujat idola kalian, terangkan secara baik-baik bahwa apa yang mereka katakan itu tidak bermanfaat dan merugikan diri mereka sendiri.

Seandainya kedua belah pihak bisa menahan diri dengan baik, tentu perdebatan kusir yang kerap kali terjadi di media sosial bisa berkurang.

Tingkat Bucin yang Berbahaya

Bicara soal melampaui batas, ada yang membuat penulis mengelus dada ketika memperhatikan para bucin ini. Beberapa bucin terkadang melakukan suatu hal ekstrem yang meresahkan orang lain, termasuk pujaannya sendiri.

Salah satu hal yang mengejutkan penulis adalah ketika mengetahui ada penggemar wanita yang melemparkan Breast Holder alias BH kepada idolanya ketika menggelar konser.

Konser Idola (Odyssey)

INI APA MAKSUDNYA COBA?

Penulis benar-benar tidak memahami tujuan dari tindakan tersebut. Yang jelas, bagi penulis orang-orang yang berbuat demikian telah menjatuhkan harga diri mereka sedemikian rendahnya.

Selain itu, seperti yang sudah disebutkan pada tulisan Racun Literasi Pada Platform Digital, banyak fans usia sekolah yang membuat cerita fantasi seks dengan membuat idolanya menjadi subyek. Mereka menulis dan menyebarkannya di ruang publik secara gratis.

Mirisnya, fans fiction tersebut laris manis dan dibaca ratusan ribu hingga jutaan kali. Penulis akan membantah dengan keras jika ada yang bilang hal tersebut merupakan bentuk kreativitas. Yang ada, itu merupakan bentuk pelampiasan nafsu kepada sang idola.

Bagi penulis, bucin seperti inilah yang toxic. Mereka bisa meracuni orang lain dengan aktivitas negatif yang mereka lakukan. Bucin seperti inilah yang butuh pencerahan entah dari siapa yang bisa menyadarkan mereka.

Pencurahan Cinta yang Kurang Tepat

Poin-poin yang telah disebutkan di atas membuat penulis membuat hipotesis dangkal. Para bucin mencurahkan cinta mereka ke idola (secara berlebihan) karena di sekeliling mereka merasa tidak ada orang yang layak dicintai dengan baik, entah karena memang tidak ada atau tidak sadar.

Lebih Layak Dicintai (Mike Scheid)

Tentu tidak semua seperti itu, ada juga yang membucinkan diri sebagai pelampiasan keadaan semata, ada juga yang sekadar suka tanpa perlu alasan lebih lanjut. Akan tetapi, penulis yakin ada orang-orang yang merasa seperti itu.

Seandainya hipotesis tersebut benar, tentu penulis akan merasa prihatin. Jika kita sadar, sebenarnya kita dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangi kita sehingga lebih layak untuk kita cintai. Tidak perlu pacar, tengoklah keluarga dan teman-teman kita.

“Tapi aku memang enggak punya orang yang layak dicintai. Aku sering bertengkar sama orangtua, di sekolah juga enggak punya teman yang ngertiin aku!”

Jika demikian, coba tengok ke dalam diri terlebih dahulu. Mungkin ada yang salah dengan diri kita sehingga orang-orang berlaku demikian. Jika merasa tidak ada yang salah, setidaknya kamu masih punya Tuhan. Berdoalah, karena Tuhan tentu lebih mendengar daripada idolamu.

Penutup

Bolehkan membucinkan diri? Tidak ada yang salah dengan mengidolakan orang lain, selama tidak berlebihan hingga melanggar norma-norma tertentu.

Kita yang merasa bukan bucin, harus berusaha menghargai mereka yang merasa bucin. Yang merasa bucin, harus menerima secara lapang dada apabila diingatkan oleh yang merasa bukan bucin.

Seandainya sikap saling menghargai tersebut dipelihara oleh masing-masing dari kita, tentu hidup rukun bukan lagi menjadi hal yang susah untuk digapai.

Terakhir, sebelum mencintai orang yang bahkan tidak tahu kita ada, alangkah baiknya kita memperhatikan orang-orang yang berada di dekat kita. Mereka lebih layak mendapatkan cinta kita daripada orang yang berada jauh di sana.

 

 

Kebayoran Lama, 16 Januari 2019, terinspirasi dari fenomena bucin yang tengah terjadi pada generasi pemuda Indonesia

Foto: Koreaboo

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version