Film & Serial
Setelah Menonton Milly & Mamet
Setelah menunda berkali-kali, akhirnya keinginan penulis untuk menonton film Milly & Mamet tersampaikan ketika waktu tayang di bioskopnya tinggal menghitung hari. Ini adalah film Ernest pertama yang penulis tonton.
Selain tertarik karena genrenya yang drama-komedi, penulis juga terhasut oleh komentar-komentar super positif di Twitter. Hal tersebut membuat penulis berekspetasi tinggi kepada film ini.
Sayang, setelah menonton, penulis merasa film ini di bawah ekspetasi.
Jalan Cerita Milly & Mamet
Di bawah ekspetasi bukan berarti filmnya jelek. Apalagi, film ini masih bisa dinikmati walaupun penulis belum pernah menonton Ada Apa dengan Cinta.
Tidak seperti kisah cinta Rangga dan Cinta yang serba romantis, film ini kental dengan nuansa komedi. Selain itu, film ini berfokus pada kehidupan keluarga Mamet (Dennis Adhiswara) dan istrinya, Milly (Sissy Pricillia), yang merupakan sahabat dari Cinta.
Berawal dari reuni kelas, mereka berdua bertemu. Siapa yang menyangka bahwa pertemuan tersebut berujung ke pelaminan. Milly dan Mamet menikah dan dikaruniai seorang anak.
Mamet yang memiliki passion di bidang kuliner harus bekerja di pabrik konveksi milik mertuanya, sedangkan Milly memutuskan untuk berhenti bekerja di bank karena ingin fokus menjadi ibu rumah tangga.
Suatu hari, Mamet bertemu dengan teman kuliahnya Alex (Julia Estelle). Mereka membicarakan mimpi memiliki restoran sehat sendiri karena kekasih Alex, James (Yoshi Sudarso), berencana untuk melakukan investasi.
Memburuknya hubungan Mamet dengan mertuanya membuat ia memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai manajer dan merealisasikan impiannya untuk memiliki restoran sendiri.
Lantas berhasilkah Mamet meraih mimpinya tersebut? Akankah Milly tetap pada keputusannya untuk menjadi ibu rumah tangga? Siapa James sebenarnya? Nantikan filmnya tayang di televisi Anda, karena film ini sudah tidak tayang di bioskop.
Kesan Setelah Menonton Milly & Mamet
Penulis tegaskan lagi, film ini sama sekali tidak jelek. Milly & Mamet adalah film yang menghadirkan drama keluarga sarat makna namun tidak membuat tegang karena terselip humor yang segar.
Terlalu positifnya komentar di Twitter membuat penulis berharap terlalu tinggi kepada film ini. Komentar-komentar tersebut membuat penulis berharap bahwa film ini akan menyajikan sesuatu yang berbeda dari film-film lainnya, minimal ada plot twist.
Akan tetapi, ya tidak ada plot twist. Dari awal sosok antagonisnya sudah dimunculkan dengan jelas, sehingga ke mana arah film ini sudah bisa ditebak.
Penulis sudah menduga bahwa ujung-ujungnya Milly dan Mamet akan bertengkar soal restoran tersebut, dan akhirnya Mamet menyadari bahwa apa yang disampaikan Milly ternyata benar.
Ya enggak apa-apa, mungkin film ini memang lebih berfokus pada penyampaian makna keluarga dan berbagai masalah yang muncul, bukan kepada alur cerita yang serba mengejutkan. Sekali lagi, semua karena komentar di Twitter.
Satu hal yang membuat penulis begitu bahagia menonton film ini adalah akting dari Isyana Sarasvati yang cukup membuat penulis tertawa lepas.
Sebagai penggemar yang suka menonton video-video Isyana, penulis sama sekali tidak terkejut melihatnya bisa berakting sedemikian kocaknya. Isyana ya aslinya seperti itu, agak legrek.
Penulis memberikan apresiasi kepada pembuat adegan “Kucing dan Anjing”, siapapun yang terlibat. Hal tersebut penulis anggap sebagai salah satu adegan yang paling otentik dan paling kocak dari film ini.
Terakhir, ending dari film ini juga penulis sukai. Keputusan Mamet untuk keluar dari restoran yang ia dirikan bersama Alex dan membuat usaha catering sendiri (oops, spoiler nih) merupakan win-win solution.
Mamet bisa menyalurkan passion-nya, Milly jadi memiliki kesibukan untuk membantu suaminya, dan mereka berdua pun tidak perlu khawatir dengan anak semata wayang mereka. Happy ending for both of them!
Kebayoran Lama, 24 Januari 2019, terinspirasi setelah menonton Milly & Mamet
Foto: YouTube
You must be logged in to post a comment Login