Musik
Mari Kita Bicarakan Carmen dan Hearts2Hearts
Penulis mengenal K-Pop sejak Gen 2 ketika SMA. Waktu itu, rata-rata member dari sebuah girlband atau boyband lebih tua dari Penulis. Sebagai contoh, Girls’ Generation atau SNSD memiliki member yang lahir antara tahun 1989 hingga 1991.
Penulis hiatus cukup lama dari dunia K-Pop, kalau tidak salah mulai tahun 2013-2014. Penulis baru menyentuhnya lagi ketika kerja karena teman sekantor Penulis merupakan penggemar berat Blackpink, yang termasuk ke Gen 3. Namun, baru di tahun 2022-2023 Penulis baru kembali intens mendengarkan K-Pop melalui Twice.
Nah, Gen 3 ini bisa dibilang seumuran dengan Penulis atau setidaknya usianya tidak beda jauh dari Penulis. Contoh idol yang seumuran dengan Penulis adalah Wendy dan Seulgi dari Red Velvet. Kami sama-sama kelahiran 1994.
Penulis bisa dibilang “telat” mengikuti Gen 3 ini, karena mereka sudah mulai mendekati penghujung karier ketika mendengarkan mereka. Bahkan, bisa dibilang sudah mulai peralihan ke Gen 4 seperti aespa dan IVE, yang kira-kira seumuran dengan adik bungsu Penulis.
Penulis menyadari bahwa ada kesan cringe jika Penulis melihat sosok “adik-adik” yang bernyanyi dan nge-dance. Oleh karena itu, Penulis cenderung menghindari menonton video performance mereka. Penulis hanya menikmati musik mereka, sambil sesekali menonton variety show mereka.
Nah, kalau Gen 4 saja sudah ada perasaan takut dianggap cringe, lantas bagaimana dengan Gen 5 yang usianya lebih mudah lagi? Beda umur mereka dengan Penulis bisa mencapai belasan tahun!
Oleh karena itu, ketika Babymonster dari YG Entertainment debut dan langsung hype, Penulis berusaha untuk tidak terlalu mendengarkan lagu mereka (walau belakangan sedang sering mendengar lagu “Drip”).
Namun, hal tersebut runtuh begitu saja ketika Penulis mengetahui ada orang Indonesia yang berhasil tembus SM Entertainment, salah satu dari Big 3 agensi di Korea Selatan. Orang tersebut adalah Nyoman Ayu Carmenita atau Carmen, yang bergabung dengan Hearts2Hearts.
Bagaimana Carmen Bisa Debut di SM Entertainment
Carmen memang bukan orang Indonesia pertama yang berhasil menembus industri K-Pop. Sebelumnya, pernah ada nama seperti Dita Karang yang debut bersama Secret Number, walau kini grupnya tersebut sudah resmi bubar.
Namun, Carmen adalah orang Indonesia pertama yang berhasil debut di Big 3 agensi di Korea Selatan, yang terdiri dari SM Entertainment, JYP Entertainment, dan YG Entertainment. Carmen berada di agensi yang sama dengan SNSD, Red Velvet, dan aespa.
Mungkin sudah banyak yang tahu bagaimana Carmen bisa lolos SM. Awalnya ia mengikuti SM Global Audition melalui Zoom pada tahun 2020, saat zaman Covid. Waktu itu, berarti ia berumur sekitar 13-14 tahun.
Dari pendaftaran tersebut, ternyata ia lolos ke tahap selanjutnya dan berangkat ke Jakarta untuk mengikuti proses seleksi lebih lanjut. Ia diantar oleh kakaknya, karena ia masih merahasiakan hal ini ke orang tuanya.
Siapa sangka ternyata ia berhasil lolos dan resmi menjadi trainee SM Entertainment. Awalnya ia dilarang oleh kedua orang tuanya (bayangkan saja melepas anak gadisnya sendirian ke negara orang yang terkenal rasis), tapi kakaknya berhasil membantu meyakinkan orang tuanya.
Carmen pun resmi menjadi trainee di tahun 2022, ketika ia berumur 15-16 tahun. Setelah dua tahun, ia akhirnya resmi debut bersama Hearts2Hearts pada tanggal 24 Februari 2025. Ia, yang lahir pada tanggal 28 Maret 2006, menjadi anggota tertua di grup tersebut.
Coba Kita Bayangkan Menjadi Seorang Carmen
Bayangkan ketika kita berumur 15-16 tahun. Mungkin kita baru lulus SMP dan baru akan merasakan masa-masa indah SMA. Namun, kita mendapatkan sebuah surat yang menyatakan kita diterima sebagai trainee di salah satu agensi terbesar di Korea Selatan.
Ketika berangkat, kita memang punya modal menyanyi dan menari yang cukup oke, karena kebetulan kita punya privilege di keluarga yang cukup nyeni. Akan tetapi, kita dalam posisi tidak bisa sama sekali berbahasa Korea. Apalagi, banyak orang Korea yang tidak bisa berbahas Inggris.
Sebelum berangkat, muncul kekhawatiran di kepala kita. Korea Selatan terkenal sebagai negara yang cukup rasis dan ultranasionalis. Bisakah kita bertahan di sana sendirian? Apakah kita bisa berteman dengan orang asli sana? Apakah kita bisa menyelesaikan masa trainee dan debut sebagai idol?
Terlepas dari semua kekhawatiran itu, kita berusaha menepis semua pikiran negatif tersebut dan yakin dengan diri sendiri. Kita menyemangati diri kita sendiri dan yakin kalau kita bisa melewati semua tantangan yang ada.
Kita pun menjalani masa trainee sembari mengambil kelas bahasa Korea. Masa trainee adalah masa yang terkenal berat, di mana kita menjalani pelatihan yang insentif dari berbagai bidang. Semua harus kita jalani demi bisa debut.
Di awal-awal masa trainee, kita pasti merasa tertekan dan mengalami culture shock. Tidak ada teman untuk bercerita karena ada languange barrier yang cukup lebar. Mungkin kita bisa menelepon orang tua kita, tapi kehadiran fisik seseorang yang bisa menjadi tempat mengeluh masih dibutuhkan.
Beberapa bulan kemudian, kita sudah mulai bisa berbicara dalam bahasa Korea dasar. Kita mulai mencoba mengobrol dengan sesama trainee. Mungkin ada yang rasis, tapi yang baik ke kita juga tidak sedikit. Kita pun mulai menemukan teman yang bisa diandalkan.
Setelah dua tahun, setelah semua jerih payah, rasa sepi, dan tangis, kita akhirnya mendapatkan pemberitahuan akan segera debut bersama teman-teman trainee lainnya. Kita akan menjadi orang pertama dari Indonesia yang debut di bawah bendera SM Entertainment.
***
Kurang lebih seperti itulah yang ada di benak Penulis ketika membayangkan berada di posisi Carmen. Sebagai seorang INFJ yang terkenal punya empati tinggi, entah mengapa Penulis bisa merasakan perjuangan yang telah ia lewati sejauh ini.
Meskipun ia terkenal selalu ceria dan memiliki positive vibes, Penulis yakin ia telah melewati banyak masa-masa berat selama ini, bahkan mungkin hingga sekarang. Itulah yang membuat Penulis mengagumi sosok Carmen, terlepas dirinya 12 tahun lebih muda dari Penulis.
Sekarang, Mari Kita Bicarakan Hearts2Hearts
Carmen menjalani debut di Hearts2Hearts (H2H) bersama “adik-adiknya”, mulai dari Jiwoo (leader), Yuha, Stella, Juun, A-na, Ian, hingga Ye-On. Mereka debut dengan lagu berjudul “The Chase”, yang sejujurnya kurang cocok dengan selera musik Penulis.
Namun, lagu mereka yang berjudul “Butterflies” benar-benar Penulis nikmati. Lagu ini bernuansa ballad yang heartwarming, bukan tipe ballad yang cocok jadi teman galau. Bersama “Drip” dari Babymonster yang Penulis sebut di awal tulisan, dua lagu ini belakangan sering Penulis dengarkan (walau terkesan bertolak belakang).
Ada beberapa pihak yang nyinyir dan menganggap kalau Carmen hanya dimanfaatkan SM sebagai alat marketing untuk meraup pasar Indonesia, yang terkenal suka overproud. Apapun itu, bagi Penulis Carmen sudah berhasil membawa nama Indonesia ke kancah internasional.
Seperti yang sudah disinggung di atas, Penulis suka menonton variety show para idol Korea ini ketika sedang bersantai. H2H ini belakangan sering Penulis tonton. Ternyata, walau mereka cantik-cantik, kelakukan mereka juga lumayan random, terutama Carmen, A-na, dan Ian.
Nah, dalam beberapa kesempatan, Carmen terlihat mengajari beberapa kata dalam bahasa Indonesia kepada member-nya. Sejauh ini, ada dua member yang cukup hafal dan fasih dalam berbahasa Indonesia: Ian dan Ye-on.
Mungkin Penulis termasuk ke dalam masyarakat Indonesia yang overproud dengan debutnya Carmen bersama H2H. Biarlah, Penulis benar-benar merasa bangga ke Carmen, apalagi setelah membayangkan betapa keras perjuangannya untuk bisa berada di titik sekarang.
H2H memang baru berusia 3 bulan dan memiliki dua lagu. Mereka baru akan comeback pada 18 Juni mendatang dengan lagu (yang katanya) berjudul “Style”. Penulis pribadi ingin melihat sejauh apa Carmen akan mengharumkan nama Indonesia melalui H2H.
Lawang, 10 Juni 2025, terinspirasi setelah melihat banyak video seputar Carmen dan Hearts2Hearts
Foto Featured Image: Suara
You must be logged in to post a comment Login