Olahraga
Hikmah di Balik Tangis Salah dan Karius
Pada final Liga Champion musim ini, penulis memutuskan untuk netral, sama seperti Partai Demokrat pada pemilihan presiden tahun 2014. Alasannya, tidak ada tim yang bisa didukung. Penulis sudah memutuskan ikatan batin dengan Real Madrid karena membuang Iker Casillas secara tidak pantas. Sedangkan Liverpool, merupakan rival abadi Manchester United yang notabene klub favorit penulis.
Akan tetapi, bukan berarti penulis tidak mengikuti beritanya. Penulis melihat live score melalui aplikasi untuk mengikuti perkembangan pertandingan yang dimenangkan oleh Real Madrid 3-1 yang membuat klub asal Spanyol tersebut berhasil menjuarai Liga Champion tiga kali berturut-turut.
Di pertandingan ini, tangis jatuh dari dua pemain Liverpool, Mohamed Salah dan Loris Karius.
Tangis Salah
Mohamed Salah adalah salah satu pemain yang paling menonjol musim ini berkat penampilannya bersama Liverpool. Tentu fans berharap banyak kepadanya ketika menghadapi Real Madrid di Kiev.
Marcelo dibuat kerepotan oleh Salah, membuatnya jarang melakukan penetrasi ke depan. Selama 30 menit bermain, beberapa kali Salah mengancam gawang Keylor Navas.
Sayang, insiden jatuhnya Salah dan Ramos membuat bahunya dislokasi. Banyak pihak mengecam aksi Ramos yang dianggap melanggar sportifitas. Salah akhirnya harus ditarik ke luar lapangan karena tidak mungkin untuk bermain kembali.
Cedera yang dialami Salah ketika pertandingan tersebut mungkin bentuk kasih sayang Tuhan kepadanya. Mungkin, cedera yang diberikan Tuhan merupakan peringatan, agar tidak terbuai dengan segala pujian yang ia terima. Mungkin, Tuhan mengingatkan Salah bahwa ia juga manusia biasa yang bisa mengalami cedera.
Tangis Karius
Kekalahan Liverpool bisa dibilang akibat dua blunder yang dilakukan oleh kiper mereka, Loris Karius. Blunder pertama adalah kesalahan yang paling fatal dan tidak seharusnya terjadi di pertandingan sekelas final Liga Champion.
Merasa bersalah, Karius menghampiri penonton seusai pertandingan untuk meminta maaf. Permohonan maaf ini diiringi tangis yang seolah tak berujung. Sedihnya lagi, tak ada rekan satu timnya yang menghampiri dirinya, sama seperti ketika kiper Bayern Muenchen, Sven Ulreich, membuat blunder konyol saat timnya kalah dari Real Madrid juga di semifinal.
Dengan adanya kejadian seperti ini, mungkin Karius sadar bahwa dirinya masih jauh dari bagus, sehingga ia harus berlatih lebih keras lagi di masa depan. Peristiwa ini akan menguatkan mentalnya dan meningkatkan motivasinya untuk menjadi penjaga gawang yang pantas bagi Liverpool.
Seandainya Liverpool memutuskan untuk menjualnya, Karius masih bisa membuktikannya di klub lain. Asal berlatih dengan giat dan berhasil mengatasi trauma pada pertandingan final tersebut, penulis yakin Karius masih memiliki masa depan di dunia sepakbola.
Lawang, 30 Mei 2018, terinspirasi setelah kekalahan Liverpool dari Real Madrid pada pertandingan final Liga Champion di Kiev
Sumber Foto:
You must be logged in to post a comment Login