Pengalaman
Saya dan Big Bad Wolf (Bagian 2)
Jika sebelumnya Penulis bercerita mengenai pengalamannya di Big Bad Wolf edisi Surabaya, pada tulisan kali ini Penulis akan berbagi pengalamannya di Big Bad Wold edisi Jakarta Tangerang.
Apakah ada yang berbeda? Ataukah sebenarnya sama saja? Kuy, langsung saja disimak tulisan di bawah ini!
Pengalaman Ketiga (Tangerang, 2019)
Setelah absen di tahun 2018, Penulis berkesempatan untuk datang pertama kali ke ajang Big Bad Wolf di Tangerang, tepatnya di Indonesia Convention Exhibition (ICE) pada tahun 2019.
Penulis menaruh ekspetasi tinggi dengan berharap koleksi bukunya lebih banyak dari edisi Surabaya. Kenyataannya, ternyata tidak begitu berbeda. Buku yang dijual pun kurang lebih sama.
Penulis datang bersama adik dan berangkat menggunakan KRL dari stasiun Kebayoran Lama dan turun di stasiun Cisauk. Setelah itu, Penulis jalan ke arah Pasar Modern dan naik GrabCar.
Di sana, Penulis lumayan banyak memborong buku, baik yang impor maupun yang lokal. Buku yang Penulis beli adalah:
- The Children’s Interactive Story of Art
- Encyclopedia of Animals
- Drift
- Listopia Space
- Master of Cinema: Charlie Chaplin
- Remah-Remah Bahasa
- The 9 Golden Habits for Brighter Muslim
- Sesobek Buku Harian Indonesia
- Warcross
- Juru Bicara
Buku 1 Penulis beli karena ingin mengetahui pengetahuan dasar seputar dunia seni. Buku 2 dibeli dengan tujuan agar anaknya kelak mengetahui referensi lengkap tentang dunia binatang.
Buku 3 membahas mengenai perubahan lempeng Bumi dari masa ke masa. Buku 4 merupakan buku astronomi yang pada edisi BBW sebelumnya belum dibeli.
Buku 5 dibeli karena Penulis kerap menonton film-film Charlie Chaplin. Buku 6 hingga 10 merupakan buku lokal dan dibeli karena murah.
Buku yang sudah habis dibaca adalah nomor 1 dan 4. Buku nomor 6, 9, dan 10 malah pada akhirnya diberikan kepada teman karena merasa tidak akan dibaca.
Pengalaman Keempat (Tangerang, 2020)
Pada edisi tahun ini, Penulis sempat ragu untuk datang ke ajang Big Bad Wolf karena adanya wabah Corona. Teman kantor bahkan sampai menasehati agar tidak perlu ke sana.
Ujung-ujungnya, Penulis memutuskan untuk tetap ke sana karena tidak bisa tahan. Sama seperti tahun kemarin, Penulis naik KRL. Bedanya, dari Pasar Modern Penulis menggunakan BSD Link yang bisa diakses secara gratis dan akan mengantar kita ke ICE.
Berbekal pengalaman tahun kemarin, Penulis memutuskan untuk tidak membeli buku lokal pada edisi tahun 2020. Tahun ini, Penulis benar-benar hanya membeli buku impor yang totalnya ada 7 buah.
Buku-buku yang dibeli adalah:
- Cosmos
- Knowledge Encyclopedia Dinosaur
- The Story of Maps
- Thomas Edison: His Electrifying Life
- Looney Toones Greates Hits
- The One Device
- Napoleon: “My Ambition was Great”
Sebagai informasi, buku nomor 1 sangat berat dan besar hingga rasanya bisa digunakan untuk membunuh orang. Penulis membelinya karena kecintaannya terhadap dunia astronomi.
Buku 2 Penulis beli karena sejak kecil suka membaca buku tentang dinosaurus. Buku 3 juga dibeli karena Penulis hobi melihat atlas sejak kecil.
Kalau buku 4, ketika kecil Penulis sangat sering membaca komik biografinya. Thomas Alva Edison menjadi salah satu tokoh yang Penulis kagumi dan ingin mengenalnya lebih dalam lagi.
Penulis juga suka dengan kartun Looney Toones, sehingga membeli komiknya untuk membangkitkan nostalgia. Buku 6 Penulis beli karena membahas sejarah iPhone secara detail.
Buku 7 merupakan semacam biografi Napoleon Bonaparte yang dilengkapi dengan berbagai ilustrasi menarik. Penulis jadi bisa membayangkan penakhlukan yang dilakukan olehnya secara lebih jelas.
Ketika sudah di rumah, Penulis merasa menyesal karena tidak membeli buku Atlas. Karena itu, Penulis memutuskan untuk titip ke teman kantor yang pergi ke sana.
Pada akhirnya, Penulis memutuskan untuk membeli dua sekaligus, versi A-Z dan Essential. Versi pertama membahas secara detail tiap negara, sedangkan yang kedua terlihat seperti atlas pada umumnya.
Sayang Anak, Sayang Anak
Jika diperhatikan, Penulis banyak membeli buku-buku ensiklopedia anak pada ajang BBW, Seperti yang pernah Penulis singgung, buku-buku tersebut memang disiapkan untuk anak-anak Penulis kelak agar memiliki bacaan yang layak.
Penulis bisa tumbuh menjadi orang yang gemar membaca karena pengaruh orangtua yang kerap membelikan ensiklopedia anak yang tipis-tipis. Penulis berharap anak-anaknya kelak juga bisa menikmati hal yang sama.
Selain itu, ensiklopedia anak juga disusun dengan bahasa yang mudah dan sederhana sehingga Penulis bisa memahaminya dengan mudah. Ensiklopedia juga dilengkapi dengan ilustrasi yang memanjakan mata.
Meskipun calon istri saja belum dapat, tidak ada salahnya kan mempersiapkan sesuatu untuk anak?
Penutup
Sebagai kutu buku, ajang seperti Big Bad Wolf memang pantang untuk dilewatkan. Akan selalu ada saja buku yang menarik perhatian, entah memang benar-benar ingin dibaca atau sekadar dijadikan koleksi.
Buku-buku impor biasanya memiliki kualitas yang bagus dan full color. Contohnya adalah buku Cosmos yang baru Penulis beli. Harganya kemarin memang masih mahal, Rp220.000.
Ketika Penulis iseng mengecek harganya di Amazon, berapa harganya? Yang paling murah $190 atau setara Rp2.7 juta! Buku ini memang layak seharga itu karena bobotnya saja mencapai 3.6 kg dengan dimensi 36x44cm. Isinya jangan ditanya lagi, memanjakan mata!
Oleh karena itu, rasanya setiap tahun Penulis akan tetap datang ke ajang ini untuk menambah koleksi dan membeli buku yang belum terbeli di tahun-tahun sebelumnya.
Kebayoran Lama, 8 Maret 2020, terinspirasi dari banyaknya pengalaman ke ajang Big Bad Wolf
Foto: Big Bad Wolf