Pengembangan Diri

85% Kekhawatiran Tidak Pernah Terjadi

Published

on

Pernah merasa khawatir akan sesuatu yang bisa terjadi hingga tidak bisa tidur? Sama, penulis juga pernah. Sering malah. Beberapa kali malah sangat berlebihan hingga membuat penulis stres sendiri.

Masalahnya, hal yang dikhawatirkan tersebut sering kali tidak terbukti. Meskipun sudah mengalami hal ini berkali-kali, penulis masih saja sering melakukannya.

85% Kekhawatiran Tidak Pernah Terjadi

Merasa Khawatir (Netdoctor)

Menurut Don Joseph Goewey, penulis buku The End of Stress (penulis belum pernah membaca buku ini), 85% kekhawatiran tidak pernah menjadi kenyataan.

Fakta menarik lainnya, dari 15% kekhawatiran yang terjadi, sebanyak 72% bisa diatasi melebihi ekspetasi dan membuat kita mendapatkan pelajaran yang berharga.

Ketika membaca fakta ini, penulis pun merasa tercenung karena merasa ada benarnya. Sepanjang pengalaman penulis, mayoritas kekhawatiran yang penulis pikirkan tak pernah menjadi realita.

Sebagai orang yang mudah overthinking, penulis kerap membayangkan kemungkinan-kemungkinan terburuk jika telah terjadi sesuatu.

Karena terpikirkan kemungkinan buruk ini, penulis menjadi khawatir. Bisa jadi, penulis akan memikirkannya berhari-hari, memikirkan sesuatu yang sebenarnya hanya ada di kepala kita.

Padahal, banyak hal merugikan yang dipicu dari khawatir berlebihan, mulai dari kehilangan konsentrasi, insomnia, bad mood, asam lambung naik, merasa insecure, dan lain sebagainya.

Bagaimana Cara Menghilangkan Khawatir Berlebih?

Melatih Pola Pikir (Mindful)

Karena menyadari kekurangan diri ini, penulis tentu berusaha untuk menemukan penyelesaian agar tidak mengulangnya di masa depan.

Biasanya, penulis akan mencari teman cerita jika sedang merasa khawatir. Kenapa? Karena terkadang ketika bercerita kepada orang lain, kita akan sadar bahwa penyebab kekhawatiran tersebut ternyata sepele.

Jika bukan kita yang sadar, mungkin teman cerita kita yang akan memberitahukannya kepada kita. Kalau ia benar-benar dekat dengan kita, ia akan secara terus terang memberi tahu seberapa sederhana sebenarnya yang kita khawatirkan.

Kita juga harus menyibukkan diri dengan melakukan kegiatan-kegiatan lain yang bisa mengalihkan pikiran kita. Kekhawatiran sering muncul ketika kita tidak memiliki aktivitas alias sedang nganggur.

Penulis paling sering merasa khawatir ketika menjelang tidur. Mungkin, itu menjadi salah satu alasan kenapa penulis sering mengalami insomnia.

Hal lain yang biasanya penulis lakukan adalah memberikan sugesti diri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Kita harus bisa meyakinkan diri, semua kekhawatiran yang ada di dalam benak tidak akan pernah terjadi.

Tapi kan ada 15% kemungkinan kekhwatiran akan terjadi?

Benar, penulis pun terkadang mengalaminya. Namun, terus memikirkannya pun tidak akan mengubah apapun. Ada kekhawatiran yang bisa diselesaikan, ada yang tidak.

Jika bisa diselesaikan, kita harus segera mencari penyelesaiannya. Kalau perlu, tulis daftar semua kemungkinan solusi yang bisa kita lakukan.

Jika tidak bisa diselesaikan, belajarlah untuk menerimanya. Memikirkannya secara terus menerus tidak akan mengubah apapun.

Penutup

Rasa khawatir sebenarnya memiliki beberapa manfaat, seperti menyiapkan diri untuk berbagai kemungkinan terburuk. Khawatir itu sangat manusiawi dan normal.

Akan tetapi jika dilakukan secara berlebihan, rasa khawatir akan merugikan kita.

Seharusnya, kita harus berfokus dengan apa yang bisa kita lakukan. Jangan mengkhawatirkan sesuatu yang berada di luar kendali kita.

Sering merasa terlalu khawatir juga tidak baik untuk kesehatan mental kita. Bagi penulis, mudah khawatir juga berpengaruh ke kesehatan karena merusak siklus tidur.

Semoga dengan menulis tulisan ini, penulis bisa mengurangi sifat mudah khawatirnya di masa depan.

 

 

 

Modernland, Tangerang, 29 September 2019, terinspirasi dari diri sendiri yang sangat sering khawatir berlebihan.

Foto: NetDoctor

Fanandi's Choice

Exit mobile version