Pengembangan Diri

Bagaimana Cara Mengatasi Baper?

Published

on

Sebagai orang Jawa tulen, penulis adalah tipe orang yang perasaannya halus sehingga cukup sensitif. Segala sesuatu yang terlontar dari mulut seseorang akan dimasukkan ke dalam hati. Istilah populernya, baper.

Ketika pertama kali ke Jakarta (lebih tepatnya Tangerang) pada tahun 2015, penulis menyadari bahwa sifat tersebut akan membuat penulis menderita karena orang-orang di sekeliling penulis rata-rata suka ceplas-ceplos kalau bicara.

Padahal, mereka sama sekali tidak bermaksud menyakiti kita. Ya mungkin ada yang berniat seperti itu, tapi lebih banyak yang diniatkan untuk bercanda.

Apalagi setelah tinggal dan bekerja di Jakarta sejak akhir tahun kemarin, penulis semakin yakin bahwa kita tidak boleh mudah baper ketika berada di Jakarta.

Bahkan, penulis pernah berkata kepada teman-teman kantor bahwa kalau mau bertahan hidup di Jakarta enggak boleh mudah baper.

Bagaimana Cara Mengatasi Baper?

Lantas, bagaimana cara penulis bisa, setidaknya, mengurangi sifat baper yang dimiliki? Setidaknya ada beberapa cara yang selama ini berusaha penulis terapkan di kehidupan sehari-hari.

  1. Berusaha Berpikir Positif, Tapi Ada Batasannya

Berpikir Positif (Huffington Post)

Mungkin yang satu ini terdengar sangat mainstream karena hampir semua motivator selalu mengajak kita berpikir positif. Akan tetapi, penulis benar-benar merasakan manfaat positifnya.

Misal ada seorang teman yang ngomongnya sedikit nyelekit, segera pikirkan hal-hal positif seperti “dia cuma bercanda, dia cuma bercanda”.

Masalahnya, tidak semua bisa kita buat positif. Terkadang ada orang-orang yang bercandanya kelewatan sehingga kita tidak bisa tinggal diam begitu saja.

Jika memang terjadi seperti itu, katakan secara langsung bahwa kamu merasa tidak nyaman dengan gaya bercandanya. Abaikan jika orang tersebut malah nyeletuk “gitu aja baper“.

  1. Tahan Diri

Jika ada sebuah ujaran membuatmu tersinggung, segeralah menahan diri dari emosi. Jika di kepercayaan yang penulis anut, penulis akan ber-istighfar sambil mengelus dada.

Penulis kerap melakukan yang namanya self-hypnosis dengan berbicara ke diri sendiri keras-keras. Karena tersugesti perkataan sendiri, penulis pun bisa mengontrol emosi lebih baik lagi.

  1. Jadikan Perkataan Orang Sebagai Bahan Intropeksi

Jadi Bahan Interopeksi (The Spirit Science)

Mungkin perkataan orang yang menyakitkan ada benarnya. Bisa jadi orang tersebut hanya berusaha untuk mengingatkan kita. Daripada hanya sekadar sakit hati, kenapa tidak dijadikan bahan interopeksi diri?

Contoh, kita dibilang kampungan oleh teman. Alih-alih marah, coba tengok ke diri sendiri apa benar kita kampungan. Mungkin ada kelakuan kita yang membuat orang lain gusar sehingga melontarkan pernyataan tersebut.

Jika memang merasa ada yang salah dengan diri kita, maka coba ubahlah sikapmu tersebut. Jika merasa tidak ada, bisa kita tanyakan secara langsung kepada yang bersangkutan, kenapa kita disebut secara demikian.

  1. Bijaksana dengan Berpikiran Dewasa

Umur itu pasti, dewasa itu pilihan. Semakin bertambahnya usia tidak membuat kedewasaan kita bertambah pula. Kitalah yang menentukan tingkat kedewasaan yang dimiliki.

Kedewasaan seseorang memiliki keterkaitan erat dengan kebijaksanaan dalam menilai sesuatu. Misal, ketika ada teman yang berulangtahun, kita tidak diajak untuk patungan kado.

Jika kita tidak dewasa, pasti kita akan langsung emosi dan menganggap mereka bajingan yang ingin menjadi musuh kita. Pikiran semacam ini tentu sangat kekanak-kanakan.

Sebaliknya, jika kita sudah cukup dewasa, pasti kita cukup bijak untuk berusaha memahami situasi. Kita akan berusaha melihat alasan positif mengapa kita tidak diajak. Bisa saja, mereka membeli kado secara dadakan sehingga tak sempat mengajak kita.

Penutup

Mungkin masih ada cara-cara lain yang belum sebutkan, tapi penulis rasa keempat hal tersebut sudah cukup untuk mengatasi sifat baper yang kita miliki.

Penulis sampai sekarang terkadang masih mudah baper, hanya saja sudah jauh lebih baik jika dibandingkan dengan dulu.

Yang namanya perasaan manusia itu bermacam-macam, ada yang halus ada yang tahan banting. Oleh karena itu, tentu bentuk perlakuannya pun harus berbeda-beda pula.

 

 

Kebayoran Lama. 13 April 2019, pernah dimuat di oyibanget.com dengan judul Sering Diejek Baper? Berikut Cara Mengatasinya

Foto: Anthony Tran

Fanandi's Choice

Exit mobile version