Permainan

Koleksi Board Game #15: Hellapagos

Published

on

Sampai koleksi ke-14, Kakartu Se-kata, semua board game yang Penulis miliki bersifat kompetitif, di mana masing-masing pemain harus bisa mengalahkan pemain lainnya untuk bisa menang. Belum pernah ada board game yang sifatnya kooperatif.

Penulis sendiri sebenarnya termasuk jarang memainkan board game kooperatif. Seumur hidupnya, Penulis baru memainkan Pandemic yang dimiliki oleh Pandu. Itu pun sampai sekarang Penulis tidak benar-benar paham bagaimana caranya.

Nah, karena muncul keinginan untuk membeli board game kooperatif, Penulis pun mencari beberapa alternatif selain Pandemic. Pilihan tersebut akhirnya jatuh ke Hellapagos, sebuah board game yang bertema survival di pulau tak berpenghuni.

Detail Board Game

  • Judul: Hellapagos
  • Desainer: Laurence Gamelin, Philippe Gamelin
  • Publisher: Gigamic
  • Tahun Rilis: 2017
  • Jumlah Pemain: 3-12 pemain
  • Waktu Bermain: 20 menit
  • Rating BGG: 6,6
  • Tingkat Kesulitan: 1,33/5
  • Harga: Rp325.000

Cara Bermain Hellapagos

Sebagai game kooperatif, tujuan utama dari Hellapagos adalah membawa sebanyak mungkin pemain yang terdampar untuk bisa selamat dari pulau terpencil. Untuk itu, kita harus bisa membuat rakit sejumlah pemain yang ada beserta bekal perjalanan.

Selain karena konsep kooperatifnya, satu hal yang membuat Penulis tertarik dengan Hellapagos adalah komponennya yang menarik. Selain sejumlah kartu dan papan permainannya, ada semacam karung dan bola-bola kayu dengan bahan yang cukup bagus.

Untuk kartunya sendiri ada beberapa jenis, seperti kartu peti yang dipegang oleh pemain dan berisi berbagai efek dan kartu cuaca yang menentukan kadar air yang bisa dikumpulkan (sekaligus satu kartu sebagai penanda permainan akan berakhir).

Selain itu, ada juga kartu yang menjadi penanda berapa rakit yang berhasil dibangun dan kartu yang menandakan seorang pemain sakit/mati. Bola kayu yang disebutkan tadi memiliki dua fungsi, yakni untuk mengumpulkan ikan untuk makan atau kayu untuk rakit.

Di awal permainan, kita akan dibekali dengan sejumlah makanan dan air yang akan berkurang sejumlah pemain di akhir ronde. Di setiap putaran baru, kita akan membuka kartu cuaca baru dan masing-masing pemain akan memilih untuk melakukan satu dari empat aksi yang tersedia.

Aksi yang pertama adalah mengumpulkan air, di mana jumlahnya ditentukan dari angka yang ditunjukkan pada kartu cuaca. Aksi yang kedua adalah mengambil ikan dengan cara mengambil bola kayu dari karung yang tersedia. Ikan yang didapatkan tergantung gambar ikan yang muncul di bola tersebut.

Aksi ketiga dan yang cukup vital adalah mengumpulkan kayu untuk membuat rakit. Jika kita berhasil mengumpulkan lima kayu, maka kita berhasil membuat satu rakit. Namun, hati-hati, karena ada ular beracun (dilambangkan dengan warna hitam) yang akan membuat pemain idle selama satu putaran.

Aksi terakhir yang bisa dilakukan adalah mengambil kartu peti dari deck, yang diletakkan di semacam kapal karam. Bisa dibilang, ini adalah aksi yang dianggap paling egois dan membuat pemain yang terlalu sering mengambilnya menjadi incaran untuk ditumbalkan.

Nah, setelah semua pemain telah melakukan salah satu aksi, maka selanjutnya adalah mengecek apakah stok air dan makanannya aman. Jika aman, maka akan lanjut ke ronde berikutnya. Jika tidak, maka akan ada vote untuk menumbalkan satu orang.

Permainan berakhir dalam tiga kondisi. Pertama, semua pemain telah berhasil memiliki rakit beserta minimal satu makanan dan air. Kedua, jika kartu badai telah muncul dari kartu cuaca. Jika jumlah rakit lebih sedikit, maka pemain harus melakukan vote untuk menentukan siapa yang akan selamat.

Kondisi terakhir adalah jika semua pemain mati, entah dengan cara apa. Sepanjang pengalamannya bermain Hellapagos, Penulis lebih sering menemukan permainan berakhir pada kondisi kedua, tapi dengan jumlah rakit yang sedikit.

Setelah Bermain Hellapagos

Jika disuruh memilih satu board game yang harus dijual, maka Hellapagos ini akan menjadi yang paling “terdepan.” Sepertinya board game kooperatif memang tidak cocok untuk Penulis dan circle-nya.

Selain menjadi salah satu board game yang paling jarang dimainkan, Hellapagos sampai saat ini juga menjadi board game yang belum bisa dikalahkan. Mau coba pakai strategi apapun, ada saja hal yang menjegal kami untuk selamat.

Sebagai party game, Hellapagos juga kurang seru jika hanya dimainkan sekitar 4-5 orang. Akan tetapi, kalau jumlah pemainnya terlalu banyak, permainan juga akan menjadi terlalu panjang dan cenderung membosankan bagi pemain yang sedang menunggu giliran.

Unsur pengkhianatan yang diharapkan datang ketika terdesak pun akan jarang terjadi jika pemain adalah tipe yang lurus-lurus saja. Apalagi, jika ada pemain yang menunjukkan gelagat aneh, mudah saja untuk menyingkirkannya dari permainan ketika melakukan vote.

Penulis sempat membuat variasi dengan menyisipkan “Joker” di mana ada pemain yang tugasnya menyabotase agar tidak ada yang bisa selamat dari pulau tersebut. Varian ini membuat permainan menjadi lebih seru, tapi rasanya masih belum cukup.

Belajar dari Hellapagos, tampaknya board game dengan mode permainan kooperatif memang kurang cocok untuk Penulis yang orangnya cukup kompetitif. Oleh karena itu, Penulis hingga saat ini belum pernah lagi membeli board game kooperatif.

NB: Sebenarnya ada satu board game kooperatif yang sudah Penulis coba dan cukup menyenangkan, yakni Zombicide. Sayangnya, harga board game tersebut mencapai Rp1,6 juta untuk versi base game-nya saja, sehingga rasanya Penulis tidak akan pernah membelinya.

RATING: 5/10

Saat membeli Hellapagos, Penulis membelinya bersamaan dengan satu board game lagi yang sama-sama party game. Bedanya, ini adalah salah satu party game yang Penulis sukai karena cukup kompetitif. Board game tersebut adalah Bahamas.


Lawang, 14 Mei 2024, terinspirasi karena ingin melanjutkan seri board game ini

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version