Renungan

Analogi untuk Perlunya Membela Tuhan

Published

on

Entah mengapa, pertanyaan ini sangat mengusik saya. Mungkin karena keinginan saya yang ingin lebih memahami makna Tuhan, sehingga saya mencari tambahan-tambahan referensi dari berbagai sumber. Dari tulisan sebelumnya, sebenarnya sudah terlihat saya condong kemana, tapi akan saya tegaskan di tulisan ini dengan analogi.
Bayangkan ada seorang wanita, penggemar berat boyband Korea, yang histeris ketika melihat perut idolanya. Menurut Anda, apa yang akan terjadi jika saya menghina idolanya? Tentu dia akan marah besar, membelanya dengan menyangkal semua hinaan saya dan kemungkinan justru balik menghina saya.
Kenapa wanita itu marah? Mau dihina atau tidak, boyband itu akan tetap terkenal, akan tetap berkarya. Mau dicibir seperti apapun, mereka akan tetap sukses di dunia, akan tetap bernyanyi dan berdansa. Hinaan saya tidak akan berarti apa-apa padanya, toh juga tidak mungkin dia mendengar caci maki dari bibir saya.
Yang ia bela adalah kehormatan boyband tersebut. Ia merasa bahwa idolanya tersebut sempurna, atau setidaknya mendekati sempurna, sehingga ia merasa memiliki tugas untuk membungkam siapapun yang berusaha menginjak-injak kehormatan tersebut.
Itu cuma boyband, sesama manusia biasa yang dianugerahi kemampuan lebih. Lah kita sedang bicara Tuhan lo ini, pencipta alam semesta.
Kamu bisa marah kalau idolamu dihina, kenapa kamu enggak marah ketika Tuhanmu dihina, agamamu dihina, Rasulmu dihina, kitab sucimu dihina?
Apakah membela itu selalu berarti yang dibela itu lebih lemah?
Bukan berarti karena Tuhan itu Maha Kuasa, tidak perlu dibela. Yang dibela itu membela agama-Nya, membela kitab suci-Nya, kita membela kehormatan-Nya, kehormatan kita sebagai umat beragama. Itu yang disebut sebagai membela Tuhan.
Sama seperti ini, Tuhan itu enggak perlu ibadah kita, Tuhan tidak butuh. Itu tidak berarti kita tidak perlu beribadah. Kita tetap harus melakukannya sebagai tanda ketaatan kita, sebagai bentuk kepasrahan kepada-Nya sebagai makhluk-Nya, sebagai wujud syukur kepada karunia-Nya.
Contoh lain, kitab suci itu sudah pasti suci, enggak akan berubah keagungannya meskipun dilecehkan. Iya, keagungannya tidak akan hilang, tapi bagaimana tanggung jawab kita melihat hal tersebut, sedang kita mengimani kitab tersebut? Kita menjaga kehormatannya, sehingga tidak akan ada orang yang berani macam-macam dengan apa yang kita yakini.
Rasanya tidap perlu saya sampaikan kesimpulan tulisan ini, kalian pasti sudah mengerti apa kesimpulannya.
Pare, 8 Desember 2017, setelah melihat berbagai video ceramah di Youtube

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version