Renungan

Kita Bukan Apa-Apa di Semesta Ini

Published

on

Entah sudah berapa tulisan yang menyebutkan bahwa Penulis adalah orang yang sangat suka sekali mengamati alam semesta. Mulai dari baca buku hingga menonton video dokumenter semua Penulis lakukan.

Kemarin, Penulis menemukan serial 101 dari National Geographic yang membahas berbagai obyek di semesta. Video-video tersebut membuat Penulis merenungi tentang seberapa kecil kita sebenarnya.

Di Mana Bumi Berada?

Sistem Tata Surya (Wikipedia)

Dari tempat kita berpijak, Bumi ini terasa sangat luas. Apalagi jika kita sedang berdiri di sebuah gedung yang tinggi ataupun puncak gunung, hamparan Bumi seolah terbentang tanpa ujung.

Bumi kita memang luas, dengan diameternya yang kurang lebih 6.371 km. Walalupun begitu, Bumi hanyalah planet terbesar kelima di tata surya kita, setelah Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.

Yang membuat istimewa adalah Bumi merupakan planet terbesar yang bisa dipijak, karena keempat planet lainnya tidak memiliki permukaan yang solid. Jupiter dan Saturnus merupakan planet gas, sedangkan Uranus dan Neptunus merupakan es raksasa.

Tiga planet lainnya, Merkurius, Venus, dan Mars, memang memiliki permukaan yang berbatu seperti Bumi. Hanya saja, kondisi alamnya membuat kehidupan hampir tidak mungkin bisa berkembang.

Semua planet tersebut sama-sama mengelilingi Matahari, bintang di sistem tata surya kita yang menyokong kehidupan di Bumi. Dengan segala keteraturannya, ia menarik berbagai benda langit untuk mengelilingi dirinya.

Milky Way (Tech Explorist)

Akan tetapi, sistem tata surya atau Solar System kita pun hanya bagian kecil (bahkan sangat kecil) dari galaksi di mana kita tinggal: Milky Way atau Bimasakti.

Galaksi kita berbentuk spiral dengan beberapa “lengan”. Solar System kita berada di Lengan Orion bersama sistem tata surya lainnya.

Mungkin ada milyaran bintang yang ada di dalam galaksi Milky Way. Semuanya mengelilingi pusat galaksi yang berjarak sekitar 27.700 tahun cahaya dari Matahari. Entah bagaimana cara mengukurnya dengan menggunakan meteran.

Laniakea (WallpaperAccess)

Galaksi kita pun hanya bagian kecil dari keseluruhan alam semesta. Bersama ratusan ribu galaksi lainnya, kita berada di sebuah supercluster yang bernama Laniakea.

Jika ditarik lebih jauh lagi, Laniakea pun hanya terlihat seperti setitik debu jika dibandingkan dengan alam semesta yang sudah diketahui oleh manusia. Padahal, ada masih banyak sisi semesta yang belum dijamah oleh manusia.

Penulis akan meletakkan susunannya di bawah ini seperti yang dilansir dari Wikipedia:

Bumi → Solar System → Local Interstellar Cloud → Local Bubble → Gould Belt → Orion Arm → Milky Way → Milky Way subgroup → Local Group → Local Sheet → Virgo Supercluster → Laniakea Supercluster → Observable universe → Universe

Untuk definisinya masing-masing, Penulis akan meletakkan sumbernya di bawah tulisan ini. Intinya, kita ini sebenarnya bukan apa-apa jika dibandingkan luasnya alam semesta ini.

Kita Bukan Apa-Apa

Mungkin kita merasa sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna karena diberi berbagai kemampuan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Tak jarang kita pun dibuat sombong karenanya.

Walaupun begitu, kita tak akan berdaya jika alam sudah berbicara. Mau teknologi secanggih apapun, kita tak akan pernah benar-benar bisa mengalahkan alam.

Itu baru alam yang ada di Bumi saja, bagaimana dengan entitas lain di luar Bumi? Coba bayangkan Bumi kembali dihantam meteor yang sama dengan yang memusnahkan dinosaurus, hampir tidak ada yang bisa kita lakukan.

Kita memang dianugerahi berbagai keistimewaan di Bumi ini. Bahkan posisi Bumi yang sangat tepat agar kehidupan bisa berlangsung saja sudah merupakan hal yang sangat luar biasa.

Oleh karena itu, sudah sewajarnya kita menyukuri apa yang telah kita dapatkan di Bumi ini dan mampu menjaganya dengan baik. Jika merasa sombong, cobalah tengok langit agar sadar betapa kecilnya kita.

Tapi sayangnya, langit di perkotaan tertutup oleh polusi cahaya dan asap, sehingga susah untuk melihat alam semesta yang lebih luas.

 

 

Kebayoran Lama, 26 Januari 2020, terinspirasi setelah menonton berbagai video tentang alam semesta produksi National Geographic

Foto: America Magazine

Sumber Artikel: Wikipedia, YouTube

Fanandi's Choice

Exit mobile version