Renungan

Perlukah Hidup Memiliki Tujuan?

Published

on

Dalam beberapa diskusi, ayah penulis seringkali menggunakan analogi mengemudi dalam menjelaskan sesuatu. Salah satunya adalah bagaimana kita harus mempunyai target.

Saat kita mengemudi, dengan memiliki tujuan tentu kita akan tahu jalur mana yang harus kita lalui. Ketika ada halangan seperti perbaikan jalan, kita bisa mencari jalur lain yang bebas dari halangan.

Terkadang, ada sesuatu yang membuat kita tidak bisa meneruskan perjalanan, misalnya karena ada bencana alam sehingga daerah tujuan kita terisolasi. Jika seperti itu, mungkin sudah saatnya kita mengubah tujuan perjalanan kita.

Kurang lebih seperti itulah fungsi target dalam hidup kita, sebagai pemandu kita mau mengemudikan hidup kita ke arah mana dan melalui jalan apa.

Target-Target Dalam Jangka Waktu Dekat

Setelah bekerja di Mainspring Technology, penulis berkesempatan meliput acara pengenalan CEO baru salah satu perusahaan agensi iklan terbesar di Indonesia, Dentsu Aegis Network.

Nama CEO tersebut adalah Maya Watono. Selepas acara, penulis berkesempatan untuk mewawancarainya bersama wartawan-wartawan lain.

Ada satu pertanyaan untuk Maya, tentang resep kesuksesan hingga bisa seperti sekarang. Ia menjawab bahwa salah satu caranya adalah menetapkan tujuan-tujuan dalam jangka pendek, selain ada tujuan untuk jangka panjang yang lebih besar.

Ketika penulis mendengarkan jawaban tersebut, penulis seolah menyadari kesalahan yang selama ini dilakukan. Penulis terlalu fokus terhadap target yang jauh di sana, hingga mengabaikan target-target kecil yang harus dicapai terlebih dahulu.

Misal, jika ingin kuliah di luar negeri, maka penulis akan memasang target dalam satu hari minimal belajar delapan jam. Penulis tentu saja belajar setiap hari, tapi tidak sebagai target sehingga durasi belajarnya tergantung mood penulis.

Oleh karena itu, sekarang penulis berusaha menetapkan target secara berjangka. Dalam jangka waktu ini, penulis harus melakukan ini ini dan ini. Agar bisa seperti itu, penulis mulai hari ini harus melakukan itu itu dan itu.

Kurang lebih seperti itu.

Mengalir Bersama Air

Akan tetapi, tidak semua orang merasa nyaman dengan target. Beberapa orang lebih memilih untuk mengalir bersama air, mengikuti akan ke mana hidup membawanya.

Apakah ini salah? Penulis tidak akan menyatakannya salah. Penulis akan menggunakan kembali filosofi mengemudi untuk mengilustrasikan hal ini.

Terkadang, kita hanya ingin mengemudikan kendaraan kita untuk pergi berkeliling tanpa tujuan pasti. Kita hanya ingin menyegarkan pikiran dengan berjalan-jalan.

Di tengah perjalanan, ternyata kita menemukan sebuah barang yang sudah lama diinginkan. Maka, perjalanan yang awalnya tidak memiliki tujuan khusus tersebut ternyata menghasilkan sesuatu yang membahagiakan.

Begitu pula di dalam hidup. Kita tidak menentukan target-target dalam beberapa aspek kehidupan karena percaya selama yang dilakukan adalah hal yang benar, Tuhan akan menunjukkan jalan kita.

Lantas, Apakah Kita Butuh yang Namanya Tujuan?

Masing-masing orang akan memiliki jawaban yang berbeda. Bagi penulis, butuh. Mungkin karena penulis adalah tipe orang yang tidak mau keluar rumah kecuali ada tujuan yang jelas.

Akan tetapi dalam prosesnya, mungkin kita perlu untuk terbawa arus air kehidupan agar bisa menentukan tujuan. Kita tidak tahu akan datang dari mana yang namanya inspirasi dan rezeki.

Penulis kerap mengalami kegagalan dalam meraih target. Sering sekali. Apakah hal tersebut membuat penulis memutuskan untuk membuat target karena kerap membuat stres? Tentu tidak.

Pepatah lama mengatakan kegagalan hanya keberhasilan yang tertunda. Bagi penulis, kegagalan hanyalah salah satu tahap yang harus dilalui sebelum mencapai keberhasilan. Bisa sesuai dengan target, bisa yang lebih baik lagi.

Ingat, yang paling tahu apa yang terbaik untuk kita adalah Tuhan sang pemilik hidup ini. Kita boleh merasa bahwa target A dan B adalah yang terbaik untuk kita, padahal ternyata target XZ yang paling cocok untuk kita.

Penulis tidak akan menjelek-jelekan orang yang menolak untuk memiliki tujuan hidup. Bagaimana bisa seperti itu jika ibu penulis adalah tipe orang yang seperti itu?

Hidup ini adalah pilihan. Kita bisa memilih untuk memiliki target atau menjalani saja hidup ini dengan sebaik-baiknya.

 

 

Kebayoran Lama, 8 April 2019, terinspirasi setelah berdiskusi panjang dengan seorang kawan

Foto: Samuele Errico Piccarini

Fanandi's Choice

Exit mobile version