Renungan
Pernah Terpikir untuk Bunuh Diri?
Dalam hidup, manusia akan selalu menjumpai yang namanya masalah. Kok manusia, kucing aja pun punya masalah seperti di mana mencari makan atau buang pup.
Masalah pun bermacam-macam. Ada yang ringan, ada yang berat. Ada yang karena pekerjaan, percintaan, hubungan sosial, global warming, konspirasi elit politik, dan lain sebagainya.
Terkadang, kita pernah tertimpa masalah hingga membuat kita goyah untuk bertahan hidup. Akhirnya, terbesit pikiran untuk mengakhirinya. Bunuh diri.
Berawal dari Chester
Pertama kali Penulis memiliki concern terhadap isu bunuh diri adalah setelah kematian vokalis Linkin Park, Chester Bennington, yang memilih untuk menggantung dirinya.
Hingga kini, tidak bisa dipastikan apa yang menjadi penyebab Chester melakukan hal tersebut dan membuat para fansnya menangisi kematiannya.
Apalagi, banyak lagu yang ia nyanyikan mampu menyelamatkan banyak nyawa. Ketika membaca kolom komentar di YouTube, banyak yang mengaku mendapatkan semangat hidup dari lagu-lagu Linkin Park.
Penulis pun berpikir, apa masalah yang menimpanya hingga membuatnya berpikir kematian adalah satu-satunya jalan keluar? Apakah hidup sebegitu mengerikannya sehingga ia merasa putus asa?
Sebagai orang yang pemikir, Penulis pun merenungkan hal ini. Merenungkan mengapa ada manusia yang berpikir kematian lebih baik dari pada kehidupan.
Kenapa Terpikir untuk Bunuh Diri?
Yang namanya manusia, mungkin pernah berada di keadaan yang membuatnya terjepit sehingga merasa kematian setidaknya akan membuatnya lepas dari masalah. Ada beberapa alasan mengapa orang memiliki pikiran untuk bunuh diri.
Di zaman sekarang, istilah insecure begitu populer. Dikit-dikit inscure, dikit-dikit insecure. Ada hal apapun yang lewat di linimasa media sosial bisa menimbulkan rasa insecure.
Perasaan insecure ini bisa mendorong kita untuk takut hidup. Kok, rasanya hidup ini enggak punya masa depan. Perasaan takut hidup ini bisa membuat kita merasa terjepit, sehingga mungkin merasa mati akan lebih baik.
Di kalangan remaja, biasanya mereka akan dengan mudah dimabuk asmara. Rasanya seolah cinta mati kepada pasangan dan seolah tidak bisa hidup tanpanya.
Ketika dilanda masalah, mereka menjadi begitu patah hati dan merasa tidak bisa hidup tanpanya. Tak jarang, ada yang menggunakan ancaman bunuh diri ketika sedang bertengkar, seolah nyawa adalah benda yang diobral.
Masalah ekonomi seperti dikejar hutang dan tidak tahu cara membayarnya juga bisa menjadi salah satu pemicu bunuh diri. Penulis ingat ada salah satu artis yang terbesit untuk bunuh diri karena tidak mampu membayar hutang dalam jumlah milyaran rupiah.
Perasaan depresi, tertekan oleh standar masyarakat, merasa jadi beban keluarga hingga merasa tidak pantas berada di dunia, tidak punya tujuan hidup, hingga kesepian menjadi beberapa alasan lainnya.
Ada banyak sekali alasan orang terpikir untuk bunuh diri. Intinya, mereka merasa tidak mampu untuk menghadapi ujian-ujian yang diberikan oleh Tuhan.
Ujian dari Tuhan
Sebagai orang yang percaya dengan agama, Penulis meyakini bahwa mengakhiri hidup sendiri adalah perbuatan dosa dan melawan takdir. Dalam keyakinan yang Penulis anut, orang yang bunuh diri akan berakhir di neraka dan kekal di sana.
Sepahit-pahitnya kenyataan hidup di dunia, Penulis meyakini bahwa api neraka akan jauh lebih menyiksa kita. Sakit yang kita rasakan di dunia tidak ada apa-apanya dibandingkan sakitnya di neraka.
Penulis juga meyakini bahwa Tuhan tidak akan memberikan ujian yang melebihi kemampuan umat-Nya. Jika ada orang yang dihadapkan pada situasi sulit, artinya ia memiliki kemampuan untuk melewatinya.
Kalau kita merasa tidak mampu melewati sebuah ujian dari Tuhan, artinya kita meremehkan Tuhan. Kita mengganggap Tuhan melakukan kesalahan dengan memberikan ujian yang terlalu berat untuk dirinya.
Memang, manusia itu penuh keterbatasan. Ada banyak manusia yang benar-benar berada di situasi sulit yang mungkin bagi kebanyakan orang mustahil untuk dilalui.
Akan tetapi, kembali lagi ke keyakinan Penulis bahwa Tuhan tidak mungkin memberikan ujian yang melebihi kemampuan umat-Nya. Dengan keyakinan seperti itu, Penulis bisa “ngerem” dirinya ketika berada di situasi sulit.
Apakah Saya Pernah Terbesit Pikiran untuk Bunuh Diri?
Jika ditanya seperti judul pada artikel ini, jawabannya adalah pernah. Namun, bukan karena ada masalah, melainkan karena penasaran siapa saja yang akan sedih dan menangisi kematian Penulis.
Penulis tidak tahu kenapa pernah berpikir seperti itu. Rasanya random saja, tiba-tiba terpikirkan tanpa direncanakan. Jika mulai berpikir yang buruk seperti itu, Penulis berusaha untuk istighfar.
Kadang, bayangan bunuh diri malah jadi ide untuk cerita cerpen atau novelnya. Seandainya ditemukan orang gantung diri begini, nanti reaksi orang-orang akan begitu. Dalam waktu dekat, Penulis akan membuat cerpen yang berasal dari imajinasi liarnya ini.
Untungnya, pikiran-pikiran tersebut tetap bertahan di pikiran saja. Kok gantung diri atau mengiris nadi, kepalanya kebentuk atau kelingking menabrak kaki meja saja sakitnya bukan main kok.
Untungnya, Penulis bukan tipe orang yang betah sakit. Kok self-harm, luka ditetesin Betadine saja perihnya tidak tahan. Kok menyakiti diri sendiri, mong pakai Insto saja susah untuk tetap melek.
Penutup
Bunuh diri tidak akan menjadi penyelesaian suatu masalah, sampai kapan pun. Mau sepahit apapun kenyataan hidup, kematian karena bunuh diri akan jauh lebih menyiksa untuk selamanya.
Jangan meremehkan diri sendiri. Kita semua pasti mampu melewati semua ujian yang diberikan oleh Tuhan. Pasti ada hikmah di balik masalah yang kita hadapi. Percayalah itu.
Jika Pembaca ada yang pernah terbesit pikiran untuk bunuh diri, silakan hubungi Penulis ataupun orang lain yang dipercaya bisa memberikan rasa nyaman.
Pembaca juga bisa menghubungi Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes di nomor 021-500-454 ataupun lembaga-lembaga lain yang dapat membantu mencegah kita untuk bunuh diri.
Lawang, 27 Juli 2021, terinspirasi dari mudahnya kita berpikir untuk bunuh diri ketika sedang tertimpa masalah
Foto: Eva Blue
You must be logged in to post a comment Login