Sosial Budaya
“Gitu Doang? Besaran Masalah Gue!”
Jika sedang ada masalah, apa yang biasa kita lakukan? Selain berusaha mencari solusi terbaiknya, kita juga kerap mencari teman curhat yang mau mendengarkan keluh kesah kita.
Entah mengapa dengan bercerita, perasaan kita terasa lebih plong, seolah beban yang menggantung di pundak rasanya lumayan berkurang.
Hanya saja, tidak mudah menemukan teman bercerita yang pas. Penulis sendiri merasa dirinya adalah teman bercerita yang buruk karena beberapa hal.
Tapi Penulis meyakini satu hal. Teman bercerita yang baik adalah yang mau mendengarkan kita tanpa nge-judge, yang tidak pernah membandingkan masalah kita dengan masalahnya sendiri.
Menghakimi Masalah Orang Lain
Kita hidup di era di mana orang dengan mudahnya menghakimi orang lain hanya berdasarkan satu pos di media sosial tanpa benar-benar tahu latar di belakangnya.
Padahal, kita tidak pernah benar-benar tahu kehidupan orang lain. Mereka punya sifat yang berbeda-beda, lingkungan yang beda, ketahanan mental yang beda, dan lain sebagainya.
Begitupun ketika ada orang lain yang menceritakan masalahnya ke kita. Jangan sampai kita terlihat menyepelekan atau menggampangkan masalahnya, sesederhana apapun masalahnya.
Batas kemampuan orang untuk menghadapi masalah berbeda-beda. Ada yang sangat tangguh, ada yang lemah. Banyak faktor yang memengaruhi hal tersebut.
Selain itu, jangan diperparah dengan membandingkan masalah orang lain dengan masalah sendiri yang kita anggap jauh lebih berat. Contoh:
A: Gue stres berat nih sama kerjaan kantor, numpuk banget. Mana cicilan kredit belum bayar lagi.
B: Halah lebay lu, gitu doang ngeluh. Gue kemarin pulang kantor jam 2 pagi gara-gara disemprot sama si bos. Mana pacar gue lagi ngambek lagi.
Jika dihadapkan pada situasi seperti itu, jelas mental A yang sedang terpuruk akan semakin down. Ia pun akan malas untuk bercerita lagi dan memilih untuk memendam bebannya.
Bandingkan dengan contoh yang ada di bawah ini:
A: Gue stres berat nih sama kerjaan kantor, numpuk banget. Mana cicilan kredit belum bayar lagi.
B: Iya, kantor memang emang lagi berat nih. Kalau ada yang bisa gue bantu kabarin aja ya, asal gak pas gue repot pasti gue bantu kok!
Beda, bukan? Pada contoh kedua, terasa empati dari si pendengar tanpa perlu membandingkan masalahnya.
Bahkan, si pendengar menawarkan bantuan walau mungkin hanya sekadar basa-basi. Setidaknya, yang bersangkutan akan merasa dihargai.
Ilmu ini Penulis dapatkan melalui buku-buku seputar mental health yang akhir-akhir ini sering dibaca. Di Twitter juga sering muncul tweet yang senada.
Jangan sampai kita jadi orang yang terlalu over kompetitif hingga permasalahan hidup pun ingin lebih unggul.
Penutup
Setiap orang pasti akan menghadapi masalahnya masing-masing dan terkadang harus mengeluhkan permasalahannya tersebut. Beda privilege, beda level permasalahannya.
Contoh, Jennie Blackpink mengeluh konsernya batal, sedangkan ojek online mengeluh karena pendapatannya berkurang drastis. Keduanya disebabkan oleh hal yang sama, virus Corona.
Oleh karena itu, jangan mudah menghakimi permasalahan orang lain dan menganggap masalah kita jauh lebih berat karena kita tidak pernah benar-benar mengetahui kondisi yang dialami oleh orang lain.
Kalau kita diminta menjadi pendengar, kita dengarkan ceritanya. Kalau diminta memberi saran, beri sesuai dengan kapasitas kita. Sesederhana itu.
NB: Mengapa contoh menggunakan gue lo? Karena artikel berikutnya Penulis ingin membahas hal ini. Stay tuned!
Kebayoran Lama, 18 April 2020, terinspirasi karena merasa dirinya terkadang masih seperti itu
Foto: Men Wit