Sosial Budaya

Logika Sesat Bintang Satu

Published

on

Belakangan ini, ada satu fenomena di sekitar kita yang menarik sekaligus memprihatinkan bagi Penulis: Adanya “serangan” bintang satu di internet tanpa dilandasi penilaian yang objektif.

Contoh terbaru adalah yang menimpa salah satu tempat bermain di sebuah mal. Salah satu YouTuber gaming terkenal Indonesia membuat sebuah konten di mana ia telah menghabiskan uang sekitar 1,3 juta untuk permainan capit yang bisa mendapatkan berbagai hadiah.

Di video tersebut, sang YouTuber memang terlihat kesal karena tidak pernah berhasil meskipun sudah mengeluarkan uang banyak. Alhasil, tempat bermain tersebut langsung diserbu penggemar sang YouTuber dan menghujaninya dengan bintang satu di Google.

Ketika Penulis mencoba untuk membaca review-nya di Google, terlihat jika mereka ikut melampiaskan emosi mereka walaupun mereka tidak mengalami kerugian apapun. Ada yang menulis tempat tersebut scam, ada yang cuma ikut-ikutan, dan lain sebagainya.

Melihat respons negatif yang sedemikian besar, sang YouTuber pun langsung memutuskan melakukan takedown video tersebut. Sayangnya, nasi sudah menjadi bubur, banjir bintang satu sudah membuat rating dari tempat tersebut benar-benar anjlok.

Bukan Pertama Kalinya

Sungai Aare (Bern)

Ini bukan pertama kalinya kejadian seperti ini terjadi. Ketika almarhum Eril (anak dari Ridwan Kamil) meninggal di Sungai Aare, banyak netizen yang juga memberikan bintang satu kepada sungai tersebut.

Iya, sebuah sungai diberi bintang satu oleh netizen kita.

Padahal, sungai tersebut tidak salah apa-apa. Kematian Eril merupakan takdir yang pasti akan terjadi. Memberi bintang satu hanya akan memalukan nama Indonesia di mata internasional karena aksi yang norak tersebut.

Pernah juga kejadian ada sebuah aplikasi di Polandia yang harus menerima review buruk hanya karena namanya sama dengan aplikasi/layanan di Indonesia. Ini seolah menjadi bukti kalau literasi kita masih sangat rendah.

Di dunia esports (tempat Penulis sering berkecimpung sekarang), mungkin tidak ada “fitur” untuk memberi bintang satu. Sebagai gantinya, jurus report akun lawan pun dilakukan jika tim kesayangannya kalah.

Contoh-contoh kasus di atas patut kita evaluasi bersama, bagaimana kita belum bisa dewasa dalam menggunakan internet secara global.

Kedewasaan dalam Menggunakan Internet

Internet Penuh dengan Orang Toxic (Tech Talks)

Memang, kita boleh mengekspresikan diri di internet. Apa yang dilakukan oleh para netizen dengan memberikan bintang satu adalah wujud kekecewaan mereka. Kebetulan, bintang satu seolah bisa memberikan impact yang lebih besar daripada sekadar marah-marah membuat status di media sosial.

Namun, apa yang dilakukan tersebut jelas merugikan pihak lain. Tempat bermain yang baru saja dihujani bintang satu sebelumnya sering mendapatkan review yang positif dari pengunjung yang benar-benar pernah ke sana.

Opini toxic yang mereka berikan jelas sangat bersifat subyektif hanya demi “melindungi” atau “membela” idola mereka. Apalagi, mereka sendiri belum pernah ke lokasi tersebut sehingga rasanya memang benar-benar aneh.

Fitur memberi rating kepada suatu tempat di Google sebenarnya berfungsi untuk membantu pengguna lain yang belum pernah ke sana. Jika mereka ingin pergi ke tempat tersebut, beberapa ingin tahu bagaimana ulasan tentang tempat tersebut, apakah banyak yang puas atau justru banyak yang kecewa.

Dengan adanya serangan bintang satu tersebut, tentu rating dari tempat tersebut menjadi turun sehingga membuat orang lain merasa ragu-ragu ingin pergi ke sana. Logika sesat ini pada akhirnya akan merugikan tempat yang bersangkutan.

Untuk itu, kita perlu belajar untuk lebih dewasa lagi dalam menggunakan internet. Salah satu caranya adalah dengan memahami apa fungsi sebuah fitur dan menggunakannya secara tepat. Selain itu, kita harus menghindari melakukan hal-hal yang bisa merugikan pihak lain.

Entah sampai kapan logika sesat dengan memberikan bintang satu secara subyektif bahkan iseng ini bisa berakhir. Semoga saja pada akhirnya, kita semua bisa lebih dewasa dalam menggunakan dan memanfaatkan internet.


Lawang, 7 Juli 2022, terinspirasi setelah adik bercerita tentang adanya sebuah tempat bermain yang diserbu dengan bintang satu setelah seorang YouTuber bermain di sana

Foto: Unsplash

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version