Sosial Budaya

Pembunuh Bernama Netizen

Published

on

Beberapa waktu lalu, terdengar berita mengejutkan dari dunia K-Pop. Salah satu mantan anggota girlband f(x), Sulli, ditemukan gantung diri di rumahnya.

Sulli, yang seusia dengan penulis, dianggap memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri karena depresi. Apa pasalnya? Karena hujatan yang dilancarkan oleh netizen secara terus-menerus.

Masalah Kesehatan Mental di Indonesia

Nunung dan Depresi (Kapanlagi)

Dari beberapa literatur yang penulis baca (salah satunya buku Loving the Wounded Soul), kesehatan mental memang masih dianggap remeh di Indonesia.

Mereka yang menderita dianggap lebay dan jauh dari Tuhan. Mereka dianggap mendramatisasi masalahnya dan hanya mencari perhatian dari orang-orang sekitarnya.

Bukti nyata yang baru-baru ini muncul adalah kasus Nunung. Ia dianggap berbohong terkait masalah depresinya hanya karena sering tampil cengengas-cengeges.

Orang depresi dan jenis kesehatan mental lainnya memang sering kali menutupi lukanya dengan berpenampilan ceria. Mereka tidak ingin orang tahu permasalahan mereka atau takut akan dihakimi oleh lain.

Apalagi, masyarakat Indonesia sendiri belum terlalu memahami pentingnya kesehatan mental yang sederajat dengan kesehatan fisik. Mungkin, mereka menganggap sakit mental sama dengan sakit jiwa dan harus berakhir di rumah sakit jiwa.

Masalah kesehatan mental menjadi salah satu penyebab meninggalnya Sulli, selain hujatan dari netizen yang luar biasa kejam. Apalagi, dunia industri hiburan Korea terkenal karena kekejamannya sehingga bisa menjadi pemicu depresi.

Sulli dan Masalahnya

Sulli di Running Man (Function Love)

Karena sempat mengikuti dunia K-Pop, penulis mengetahui yang namanya Sulli. Sebagai salah satu anggota dari girlband terkenal, penulis mengingat sosoknya yang cantik dan ceria dari acara Running Man.

Setelah f(x) hiatus, Sulli lebih sering bermain drama. Bahkan, ia berani melakukan adegan dewasa pada salah satu film dan menimbulkan kritikan pedas dari masyarakat.

Selain itu, ia juga pernah dikritik habis-habisan karena kebiasaannya yang jarang memakai bra. Bahkan, payudaranya pernah tanpa sengaja terungkap di ruang publik.

Tidak hanya itu, masalah pribadinya pun sering dicampuri oleh netizen, seperti gosip hubungannya dengan seseorang. Penulis sendiri tidak paham, mengapa Sulli sering mendapatkan stigma negatif.

Mungkin karena merasa frustasi, Sulli pernah membuat story di Instagram untuk meminta netizen berhenti berkata buruk tentang dirinya. Sembari menangis, ia mengatakan bahwa dirinya bukan orang yang jahat.

Rentetan hujatan dari netizen ini pada akhirnya tak kuasa dibendung oleh Sulli, dan ia pun memutuskan untuk meninggalkan semuanya untukk selamanya.

Pembunuh Bernama Netizen

Sulli memang membunuh dirinya sendiri. Akan tetapi, penulis bisa menyalahkan para netizen yang sering mengirimkan hate comment kepadanya. Merekalah salah satu sumber depresi terbesar Sulli.

Semenjak munculnya media sosial, kita diberi kemudahan untuk terhubung langsung dengan dunia artis yang dulu seolah tak terjangkau. Kita bisa melihat keseharian mereka dan memberikan komentar.

Sayangnya, komentar yang muncul tak melulu positif. Banyak juga komentar bernada negatif yang menyayat hati pembacanya, seolah kita benar-benar mengenal mereka.

Ada yang mentalnya tangguh (seperti kebanyakan artis kontroversial Indonesia), tapi ada juga yang tak kuat menahan deritanya sehingga berakhir seperti Sulli.

Siapa yang menyangka, kemajuan teknologi bisa membuat kita bisa menjadi seorang pembunuh, walaupun dilakukan secara tidak langsung dan dari jarak jauh.

Penutup

Karena Sulli adalah seorang public figure, kasusnya bisa menyebar ke segala penjuru dunia. Bagaimana dengan mereka yang mengalami nasib serupa namun tak pernah terkover oleh media?

Penulis menduga ada banyak kasus serupa, baik yang dipicu oleh komentar negatif di dunia maya ataupun tindakan bully secara langsung. Kalau tidak salah, kemarin ada anak SD yang bunuh diri karena tidak tahan dihina.

Semoga kita bisa belajar banyak dari kasus Sulli ini. Pertama, kesadaran terkait masalah kesehatan mental. Kedua, tentang bahaya hate comment yang bisa membunuh orang lain.

 

 

Kebayoran Lama, 26 Oktober 2019, terinspirasi setelah kematian Sulli yang cukup tragis

Foto: South China Morning Post

Fanandi's Choice

Exit mobile version