Sosial Budaya

Bahaya Mager dan Apatis

Published

on

Banyak bergaul dengan anak-anak usia sekolah membuat penulis memahami adanya sikap-sikap yang lumayan dominan pada generasi mereka. Beberapa di antaranya, yang menurut penulis bahaya, adalah sikap mager dan apatis.

Mager

Mager alias males gerak merupakan sebuah istilah yang menggambarkan kemalasan seseorang untuk beranjak dari tempatnya sekarang. Jika terdapat acara kumpul, alasan mager lazim disampaikan.

Tentu ini berbahaya. Di tengah badai globalisasi yang menuntut semua untuk bergerak cepat, kemageran seseorang dapat membuat mereka tertinggal dari yang lain. Siapa yang lambat di era ini tidak akan kebagian tempat.

Okelah mereka bisa beralasan bahwa mereka masih berada di usia sekolah, masih bisa santai-santai. Toh nanti jika waktunya sudah tiba, mereka akan menghilangkan kebiasaan mager tersebut.

Gerak Oi (https://www.purederry.com/derry-police-looking-to-speak-to-lunatic-seen-jogging-on-his-own/)

Akan tetapi, bisakah mereka memastikan bahwa kebiasaan tersebut akan hilang di masa depan? Bagaimana jika mereka susah menghilangkan kebiasaan tersebut jika tidak dibiasakan mulai sekarang?

Oleh karena itu alangkah lebih baik jika mulai sekarang kita semua mulai secara perlahan menghilangkan kemageran dalam diri kita. Jika kita mulai merasa malas, segera bangkit dan usir kemalasan tersebut. Semakin kita berdiam diri, semakin besar mager menggoda kita.

Jadi, gerak, gerak, gerak!

Apatis

Selanjutnya adalah sikap apatis dalam menghadapi sebuah diskusi. Apatis sendiri dalam KBBI memiliki makna:

acuh tidak acuh; tidak peduli; masa bodoh

Seringkali ketika memimpin rapat Karang Taruna, beberapa anggota tampak tidak memiliki saran maupun sekedar mengeluarkan idenya. Mereka cenderung diam dan menerima apapun hasil rapatnya.

Ini berbahaya, sebab di masa depan ketika mereka sudah beranjak dewasa, mereka akan menjadi orang-orang pasif yang hanya pasrah menerima arahan orang lain. Mereka seolah tidak memiliki kendali atas diri mereka sendiri.

Apakah kekhawatiran penulis berlebihan? Bisa jadi. Penulis sangat berharap pendapat ini salah besar, bahwa mereka nantinya dapat menghilangkan sikap apatis tersebut dan justru menjadi pemimpin yang hebat.

Jangan Pasif (https://videohive.net/item/group-of-business-people-meeting-at-office/11509576)mager

Akan tetapi, sama seperti sikap mager, penulis khawatir jika sikap tersebut tidak digerus perlahan-lahan akan menjadi sifat yang susah dihilangkan. Sikap aktif dan kritis harus dimiliki sedini mungkin agar terbiasa ketika berhadapan dengan dunia yang keras di luar sana.

Penulis menyadari bahwa dibutuhkan usaha yang keras agar dapat menghilangkan sikap apatis pada diri kita. Yang harus dilakukan pertama adalah menghilangkan rasa malu dan meningkatkan rasa percaya diri, karena dua hal inilah yang menjadi sumber apatisme.

Selanjutnya, belajarlah mengeluarkan pendapat, seburuk apapun itu. Mungkin di awal-awal ide kita terdengar konyol, namun seiring waktu apa yang kita sampaikan akan membaik dengan sendirinya.

Indonesia butuh banyak generasi penerus yang hebat, dan penulis yakin generasi tersebut tidak pernah mager dan tidak apatis ketika sedang berada di forum diskusi.

Mari bersama-sama kita berusaha berubah menjadi pribadi yang lebih baik agar dapat menjadi harapan bangsa untuk mengubah negara ini menjadi lebih baik di masa depan.

 

 

Lawang, 6 Juli 2018, terinspirasi setelah banyak membaca kata mager di grup WA Karang Taruna

Sumber Foto: https://www.careeraddict.com/awesome-jobs-for-lazy-people

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version