Anime & Komik
Sistem Pendidikan Ala Assassination Classroom
Pertama kali Penulis mendengar tentang manga Assassination Classroom adalah ketika ada semacam acara “lomba presentasi” di Karang Taruna. Salah satu anggota menceritakan tentangnya.
Ketika mendengar penjelasannya, Penulis langsung merasa tertarik dengan premisnya. Ada seorang guru berbentuk gurita kuning yang miliki kekuatan super dan kecepatan hingga 20 Mach. Dengan kemampuannya, ia justru memilih untuk menjadi seorang guru di kelas bermasalah.
Anehnya, Penulis justru tertarik untuk membaca manganya daripada menonton animenya. Oleh karena itu, Penulis pun memutuskan untuk membeli semua serinya, dari volume 1 sampai 21.
Beberapa hari yang lalu, Penulis tiba-tiba tergerak untuk membaca ulang semua volumenya. Oleh karena itu, Penulis ingin menulis artikel tentang Assassination Classroom.
Karena ini merupakan manga lama (rilis perdana pada tahun 2012), rasanya Penulis tidak perlu menulis panjang lebar tentang alur ceritanya. Penulis ingin berfokus pada sesuatu yang unik tentang manga ini, yakni tentang sistem pendidikannya.
Sistem Sekolah SMP Kunugigaoka
Hal unik yang ingin Penulis bahas di tulisan ini adalah tentang sistem pendidikan yang diterapkan di SMP Kunugigaoka. Setiap tingkat memiliki lima kelas, di mana kelas E menjadi tempat murid bermasalah dan kurang berprestasi.
Hal ini dilakukan oleh sang kepala sekolah, Gakuho Asano, untuk menciptakan ekosistem pendidikan dengan daya saing yang tinggi. Para murid didoktrin agar jangan sampai mereka masuk ke kelas E yang dianggap singkatan dari End tersebut.
Waktu Penulis SMP, yang ada justru kebalikannya. Kelas A menjadi kelas unggulan yang berisikan murid-murid yang berhasil mendapatkan peringkat teratas ketika ujian masuk. Sebaliknya, kelas paling bawah (kelas G) menjadi kelas yang peringkatnya paling bawah.
Sistem seperti ini Penulis jalani selama 2 tahun, karena ketika kelas 9 semua kelas diacak agar sama rata. Tidak ada lagi kelas unggulan, tidak ada lagi kelas yang dibuat berdasarkan urutan nilai murid.
Bagi Penulis, kelas dengan sistem diskriminasi yang diterapkan oleh Asano di sekolahnya jelas tidak ideal. Impiannya untuk membuat 95% muridnya menjadi lebih superior dibandingkan yang 5% murid di kelas E jelas merusak mental.
Selain itu, bukan tidak mungkin para murid akan saling senggol karena yang ada di pikiran mereka hanyalah menyelamatkan diri sendiri agar tidak sampai masuk ke kelas E.
Jika saja Koro sensei tidak masuk ke kelas tersebut, bisa saja murid-murid kelas E akan merasa tidak berguna sepanjang hidupnya.
Mengembangkan Bakat dan Minat Murid
Nah, salah satu nilai jual dari manga ini adalah hubungan unik antara guru dan muridnya. Di dunia ini, tidak ada satupun murid yang diperintahkan untuk menghabisi gurunya. Bahkan tidak ada sekolah yang diajar oleh makhluk berbentuk gurita berwarna kuning.
Anehnya, hubungan unik ini justru berhasil mengeluarkan potensi setiap murid yang ada di sana. Karena memiliki misi menyelamatkan dunia, perasaan tidak berguna perlahan-lahan hilang dari diri mereka.
Kelas ini awalnya memiliki 26 murid, sebelum akhirnya bertambah 2 murid tambahan yang bertujuan untuk membunuh Koro sensei. Mereka semua ternyata memiliki bakat masing-masing dan Koro sensei membantu mereka mengasah bakat tersebut.
Pendekatan yang dilakukan oleh Koro sensei inilah yang kurang dari pendidikan kita. Semua murid diperlakukan sama tanpa mempedulikan apa bakat dan minat mereka.
Jika dianalogikan sebagai hewan, semua murid diperintah untuk terbang, tidak peduli kita ikan, kucing, dan hewan lain yang memang tidak memiliki kemampuan untuk terbang. Semua menggunakan standar penilaian yang sama.
Ideologi yang dianut oleh Koro sensei jelas berbeda dengan yang dianut oleh kepala sekolah. Hal inilah yang membuat mereka kerap berseberangan dalam menentukan sikap bagaimana membina murid.
Guru yang Serba Bisa
Sebagai seorang guru, Koro sensei memiliki pengetahuan yang begitu luas. Ia menguasai semua mata pelajaran sehingga dapat menyampaikan ilmunya dengan baik ke murid-muridnya.
Tidak hanya itu, ia juga bisa menentukan metode mana yang paling cocok untuk tiap murid sehingga mereka bisa mencerna pelajaran secara efektif. Latar belakangnya sebagai pembunuh nomor satu membuatnya menguasai banyak hal.
Jika menengok ke sistem pendidikan kita, rata-rata guru di SMP dan SMA hanya menguasai satu mata pelajaran. Kalaupun bisa lebih dari satu, biasanya masih berkaitan dengan mata pelajaran utama yang ia kuasai.
Hal ini sebenarnya tidak masalah. Guru-guru kita pun ketika kuliah memang hanya mengambil satu konsentrasi untuk bisa menjadi expert di mata pelajaran tersebut.
Hanya saja, metode yang digunakan terkadang kurang efektif. Memang banyak guru kreatif yang menemukan banyak cara agar mata pelajarannya menarik, tapi kebanyakan menggunakan cara konservatif yang kuno dan membosankan.
Di sisi lain, murid pun rata-rata kurang proaktif sehingga belajar di kelas terasa kurang interaktif dan tidak menyenangkan. Belajar di kelas menjadi rutinitas yang membosankan. Ilmu yang didapatkan pun menjadi tidak efektif.
Tidak hanya itu, guru seolah lepas tangan untuk masalah masa depan murid mereka. Pekerjaan yang berkaitan dengan pengembangan murid setelah lulus seolah dibebankan ke guru BK, itu pun jarang dimaksimalkan oleh murid.
Memang hal ini tidak bisa digeneralisir seperti itu, tapi pada umumnya yang terjadi di lapangan seperti itu.
Seandainya kita memiliki guru sehebat Koro sensei, mungkin kita semua bisa mengenali potensi yang ada di dalam diri. Bukan hanya sebagai pengajar, tapi juga sebagai pembimbing murid-muridnya.
Penutup
Meskipun secara ide cerita manga ini sangat khayal dan tidak realistis, nyatanya ada nilai-nilai yang bisa dijadikan sebagai bahan renungan kita, terutama untuk dunia pendidikan. Tiga poin yang Penulis sampaikan di atas adalah contohnya.
Ada banyak celah di dunia pendidikan kita yang butuh ditingkatkan lagi agar murid tidak hanya mendapatkan ilmu, tapi juga mampu mengembangkan dirinya menjadi versi terbaiknya. Mungkin, kita bisa belajar hal tersebut melalui manga ini.
Lawang, 26 Maret 2021, terinspirasi setelah membaca ulang manga Assassination Classroom
Foto: Netflix
You must be logged in to post a comment Login