Non-Fiksi
[REVIEW] Setelah Membaca The Leader Who Had No Title
Ketika sedang membaca buku The 5 AM Club karya Robin Sharma, Penulis menemukan satu lagi bukunya saat sedang jalan-jalan di toko buku yang berjudul The Leader Who Had No Title.
Meskipun kurang menyukai The 5 AM Club, ada tiga alasan mengapa Penulis memutuskan untuk tetap membelinya. Pertama, karena bukunya cukup tipis. Kedua, mengangkat tema kepemimpinan. Ketiga, karena latar ceritanya tentang seorang penjaga toko buku.
Oleh karena itu, Penulis pun memutuskan untuk membelinya, hitung-hitung sebagai “kesempatan kedua” bagi Robin Sharma. Sayangnya, buku ini pun kurang Penulis sukai karena beberapa alasan yang sama dengan buku sebelumnya.
Detail Buku
- Judul: The Leader Who Had No Title
- Penulis: Robin Sharma
- Penerbit: Penerbit Bentang
- Cetakan: Pertama
- Tanggal Terbit: Agustus 2022
- Tebal: 264 halaman
- ISBN: 9786022919308
Apa Isi Buku Ini?
Sama seperti The 5 AM Club, Robin Sharma berusaha menerangkan poin-poin yang ingin ia sampaikan melalui sebuah cerita. Kali ini, kita akan mengikuti kisah seorang mantan tentara yang kini menjadi penjaga toko buku bernama Blake Davis.
Blake merasa kalau hidupnya terasa hampa dan sama sekali tidak bermakna, apalagi setelah ia pulang dari medan pertempuran. Lantas, tiba-tiba ia bertemu dengan rekan kerja baru berusia 77 tahun yang bernama Tommy Flinn, yang ternyata merupakan teman ayahnya.
Singkat cerita, Tommy berjanji kepada Blake akan membuat hidupnya berubah total dengan seni memimpin tanpa jabatan. Untuk itu, Tommy pun membawa Blake ke guru-gurunya yang akan memberikan formula tersebut.
Lucunya, keempat orang tersebut sama-sama memiliki akronim untuk menyimpulkan apa inti ajaran mereka. Penulis akan menuliskan keempatnya agar Pembaca mendapatkan garis besar dari isi buku ini.
1. Kita Tidak Butuh Jabatan untuk Memimpin – IMAGE
- Innovation (Inovasi)
- Mastery (Menguasai)
- Autheticity (Autentisitas)
- Guts (Naluri)
- Ethics (Etika)
2. Masa-Masa Bergejolak Membentuk Pemimpin Hebat – SPARK
- Speak with Candor (Bicara Terus Terang)
- Prioritize (Tentukan Prioritas)
- Adversity Breeds Opportunity (Kesulitan Melahirkan Kesempatan)
- Respond Versus React (Respons Versus Reaksi)
- Kudos to Everyone (Penghargaan untuk Setiap Orang)
3. Semakin Dalam Hubunganmu, Semakin Kuat Kepemimpinanmu – HUMAN
- Helpfulness (Tolong-menolong)
- Understanding (Pengertian)
- Mingle (Membaur)
- Amuse (Gembira)
- Nurture (Merawat)
4. Untuk Menjadi Pemimpin Besar, Jadilah Orang Besar Terlebih Dulu – SHINE
- See Clearly (Lihat dengan Saksama)
- Health is Wealth (Kesehatan Itu Bernilai)
- Inspiration Matters (Inspirasi Penting)
- Neglect Not Your Family (Jangan Abaikan Keluargamu)
- Elevate Your Lifestyle (Tingkatkan Gaya Hidupmu)
Setelah memperkenalkan Blake kepada empat guru yang mengajarkan ilmu kepemimpinan tersebut, Tommy meninggal dunia tak lama kemudian. Blake pun merasa hidupnya berubah, dan berusaha untuk menyebarkan apa yang diajarkan Tommy kepada orang lain.
Setelah Membaca The Leader Who Had No Title
Dari segi cerita, sebenarnya The Leader Who Had No Title lebih terasa masuk akal dibandingkan The 5 AM Club yang bagi Penulis terasa aneh dan dangkal. Hanya saja, rasanya tetap tidak terlalu realistis dan sangat terkesan utopis.
Hampir semua peristiwa yang terjadi di buku ini terjadi hanya dalam satu hari. Tommy berhasil membawa Blake bertemu dengan empat gurunya (yang lebih muda darinya) dalam satu hari yang sama, dan semuanya bisa ditemui serta punya waktu untuk berbagi ilmu.
Untuk segi isinya sendiri, jujur saja Penulis tidak merasa telah mendapatkan sesuatu yang “mencerahkan hidup” seperti yang dirasakan oleh Blake. Poin-poin yang disampaikan biasa saja seperti seminar kepemimpinan pada umumnya, tidak ada yang spesial.
Apalagi, buku ini menggunakan banyak sekali akronim yang tentu agak sulit dihafalkan oleh orang-orang yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pertamanya. Penulis tidak bisa mengingat satu pun “formula” yang dibagikan buku ini.
Alhasil, buku ini pun selesai Penulis baca tanpa banyak meninggalkan kesan yang berarti. Ulasannya pun menjadi cukup pendek, karena tidak banyak hal menarik yang bisa dibahas. Oleh karena itu, Penulis tidak terlalu merekomendasikan buku ini.
Namun, setidaknya buku ini mengajak pembacanya untuk mengembangkan dirinya menjadi versi lebih baiknya, sehingga bisa menginspirasi orang lain. Itulah poin utama dari seni memimpin tanpa jabatan.
Lawang, 7 Agustus 2023, terinspirasi setelah membaca The Leader Who Had No Title karya Robin Sharma
You must be logged in to post a comment Login