Olahraga

Akhirnya Charles Lelcrec Berhasil Pecahkan Kutukan Monaco

Published

on

Formula 1 (F1) musim ini terasa lebih seru dibandingkan musim kemarin yang di mana Red Bull terlalu mendominasi. Setelah kemenangan perdana Lando Norris di GP Miami, kemarin (26/5) Charles Lelcrec berhasil menang di GP Monaco untuk pertama kalinya.

Dua kemenangan tersebut menjadi momentum yang menarik di F1 musim ini. Setelah sebutan “Lando NoWins” akhirnya gugur, kini “Lelcrec Curse” di GP Monaco pun akhirnya hilang. Tentu menarik untuk dinanti akan ada momentum apa lagi di balapan-balapan selanjutnya.

Namun, di balik kemenangan mengharukan yang berhasil diraih oleh Lelcrec, ada balapan yang begitu membosankan dan penurunan performa Red Bull yang diakibatkan oleh berbagai konflik internalnya. Penulis akan membahasnya pada tulisan kali ini.

Kemenangan Perdana Lelcrec di Balapan Monaco yang Membosankan

Balapan GP Monaco beberapa tahun terakhir selalu meninggalkan kesan membosankan. Pasalnya, lebar sirkuit yang sempit sudah tak sebanding dengan mobil F1 yang makin besar. Alhasil, overtake pun menjadi sulit dilakukan oleh para pembalap.

Hal tersebut juga kembali terbukti di edisi tahun ini, kecuali di lap pertama saja yang memiliki banyak insiden. Sergio Perez harus mengalami insiden hebat dengan dua pembalap Haas, sehingga balapan harus dihentikan cukup lama karena banyaknya serpihan di sirkuit.

Tidak hanya itu, masih ada dua insiden yang terjadi di lap pertama, yakni Carloz Sainz Jr. yang mengalami lock up dan tabrakan sesama pembalap Alpine yang menyebabkan Esteban Ocon juga harus rehat lebih awal di balapan ini.

Ketika balapan kembali dimulai sekitar pukul 20:44 WIB, praktis penonton disuguhi balapan yang monoton karena hampir semua pembalap menggunakan pit gratis ketika Red Flag di awal balapan, sehingga tidak ada lagi tim yang pit di sisa lap.

Bahkan, ada yang beranggapan bahwa balapan GP Monaco kemarin hanyalah formation lap sebanyak 78 lap saja, karena susunan pembalap dari awal tidak banyak yang berubah hingga finis. Apalah arti balap F1 tanpa adanya aksi overtake yang mendebarkan?

Untungnya, pembalap asli Monaco Charles Lelcrec berhasil menjadi juara setelah sejak tahun 2017 kerap mengalami ketidakberuntungan di sirkuit ini. Bahkan, ia dianggap kena kutukan karena kerap tidak finis atau mengalami kesalahan strategi ketika balapan di sirkuit ini.

Padahal, sebelumnya Lelcrec telah dua kali berhasil meraih pole position, di mana peluang untuk menang jika start dari grid depan sangatlah besar. Baru di musim inilah ia berhasil mengonversi pole position tersebut menjadi kemenangan.

Kemenangan Lelcrec menjadi lebih istimewa jika mendengar cerita masa lalunya, di mana ia terpaksa berbohong kepada ayahnya yang telah mendekati ajal kalau ia telah berhasil mendapatkan kursi di F1 di tahun 2017.

White lie tersebut ia lakukan untuk menyenangkan ayahnya, yang sebenarnya tidak salah karena di tahun 2018 ia akhirnya berhasil debut bersama Alfa Romeo (sekarang Kick sauber). Akan tetapi, butuh 6 tahun untuk akhirnya bisa juara di rumah sendiri.

Red Bull yang Sedang Tidak Baik-baik Saja

Representasi Kondisi Red Bull Saat Ini? (F1 Oversteer)

Kemenangan Lelcrec di GP Monaco juga turut “dibantu” dengan berbagai masalah yang menimpa Red Bull sebagai pemimpin klasemen konstruktor sementara. Mulai dari free practice, mobil Red Bull terlihat berbeda dari biasanya.

Di babak kualifikasi, Perez bahkan harus tereliminasi sejak Q1 dan start dari posisi belakang. Ini yang membuatnya harus berkutat dengan dua pembalap Haas dan ujungnya membuat ia mengalami kecelakaan dan harus mengakhiri balapan lebih cepat.

Max Verstappen sendiri seolah terkunci di belakang George Russel dari Mercedes. Padahal, Russel menggunakan ban medium lebih dari 70 lap, ketika Verstappen sempat melakukan pit agar memiliki ban yang lebih fresh. Namun, tetap saja ia tak mampu menyalip Russel.

Meskipun di GP Imola Verstappen dan Red Bull berhasil menang, tak bisa dipungkiri kalau tim yang dibuat oleh Dietrich Mateschitsz ini sedang ada banyak masalah. Tidak hanya masalah teknis, masalah internal tim pun sedang banyak dibicarakan.

Pertama, ada skandal pelecehan seksual yang menimpa Christian Horner sebagai Team Principal dan CEO. Lalu, Adrian Newey sebagai Chief Technical Officer (CTO) juga akan angkat kaki dari tim setelah bertahun-tahun berkontribusi besar untuk pengembangan mobil tim.

Penasehat Red Bull, Helmut Marko, juga disebut akan angkat kaki dari tim. Rumor pun makin berkembang luas dengan Verstappen disebut juga akan ikut pergi dan kemungkinan besar akan bergabung dengan Mercedes untuk menggantikan Lewis Hamilton yang hijrah ke Ferrari.

Berbagai permasalahan non-teknis ini jelas memengaruhi performa tim secara keseluruhan. Bagi penggemar F1, ini mungkin bisa justru menjadi kabar baik karena kita bisa menonton F1 yang lebih seru dan tidak didominasi oleh satu tim saja.

Dalam klasemen konstruktor sementara, kita bisa melihat kalau selisih poin antara Red Bull dan Ferrari hanya berjarak 23 poin. Jadi, meskipun kemungkinan besar Verstappen akan juara lagi, setidaknya persaingan konstruktor akan lebih sengit.

Hingga GP Monaco, sudah ada tiga pembalap selain Verstappen yang telah berhasil menjadi juara. Semoga saja di balapan-balapan selanjutnya, akan ada juara-juara baru yang membuat F1 musim ini menjadi lebih seru.


Lawang, 27 Mei 2024, teinspirasi setelah kemenangan Charles Lelcrec di GP Monaco

Foto Featured Image: Formula 1

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version