Pengalaman
Dulu Kerja di Mana?
Pertanyaan ini sering penulis dapatkan sejak tinggal dan bekerja di Jakarta dan, hehe, terkadang penulis merasa bingung harus menjawab seperti apa. Bukan karena belum pernah bekerja, melainkan karena tak tahu bagaimana harus menjelaskan perjalanan penulis setelah lulus.
Melalui tulisan ini, penulis berharap bisa memberikan jawaban yang terbaik bagi yang penasaran (jika ada). Jadi, siap-siap membaca sebuah dongeng tentang seorang anak lulusan Informatika setelah mendapatkan gelar sarjananya.
Kerja di NET TV Kayaknya Asyik
Mungkin sama seperti para lulusan lainnya, hal yang dilakukan oleh penulis setelah lulus adalah mencari beberapa lowongan pekerjaan melalui acara Job Fair. Penulis sempat ikut tes kerja Paragon dan Frissian Flag, walaupun dilakukan dengan setengah hati.
Kenapa setengah hati? Karena penulis sama sekali tidak tertarik kerja di perusahaan industri seperti itu. Penulis ingin kerja di bidang industri kreatif, media, penerbitan, atau menjadi seorang dosen. Oleh karena itu, penulis memutuskan untuk ikut tes kerja di NET TV, yang waktu itu sedang ramai.
Walaupun berhasil sampai tahap terakhir (wawancara), ternyata penulis belum berjodoh dengan perusahaan tersebut. Sempat depresi beberapa hari, penulis memutuskan untuk membantu ayah penulis di tempatnya bekerja.
Mencoba Meraih Impian Kembali
Kebetulan, apartemen yang hendak dibangun sedang ingin re-branding hingga perusahaan tersebut meminta bantuan konsultan marketing communication. Di bagian inilah penulis bekerja sebagai Social Media Specialist sekaligus Web Developer sekaligus Content Writer.
Sekitar empat bulan penulis bekerja di sana, mulai bulan April hingga Agustus. Alasan berhentinya, mungkin pembaca akan terkejut, adalah karena ingin fokus menyiapkan rangkaian acara peringatan 17 Agustus di tempat tinggal penulis.
Sebagai ketua Karang Taruna, penulis bertanggungjawab memastikan acara akan berlangsung dengan baik, mulai dari lomba-lomba hingga malam tasyakuran. Memang ada ketua panitia, tapi tetap butuh didampingi karena masih SMA.
Selain itu, setelah diskusi panjang dengan pak Teddy (pemilik PT TDS yang menjadi konsultan marcomm di apartemen ayah penulis), penulis ingin mencoba meraih kembali cita-cita penulis untuk bisa kuliah di luar negeri.
Sewaktu awal kuliah, penulis memajang foto kampus-kampus luar negeri di depan meja penulis untuk motivasi belajar. Sayang, setelah berhadapan dengan realita, impian tersebut harus terkubur pelan-pelan. Pertemuan dengan pak Teddy membuat penulis ingin mencoba lagi untuk meraih mimpi tersebut.
Belajar Bahasa Inggris Hingga ke Pare
Salah satu syarat untuk bisa mendapatkan beasiswa ke luar negeri adalah memiliki sertifikat IELTS. Oleh karena itu, penulis mengambil kursus di Malang. Akan tetapi, karena merasa sangat kurang, penulis bersama satu teman kuliah penulis memutuskan untuk pergi ke kampung Inggris, Pare.
Penulis mengambil kelas khusus persiapan IELTS di TEST English School. Hanya saja, karena penulis sudah berada di Pare dua minggu sebelum kelas dibuka, penulis mengambil kursus di tempat lain dulu, yakni Global English dan Mr. Bob.
Total empat bulan penulis berada di sana, mulai akhir Agustus hingga awal Desember. Selain belajar di tempat kursus, penulis juga belajar sendiri. Penulis mengambil target akan melakukan tes pada bulan Desember 2017.
Sebelum mengambil tes, penulis sudah mencoba untuk mendaftar beasiswa Chevening, beasiswa bagi yang ingin melanjutkan studi di Inggris. Pada awal November, penulis ke Yogya untuk menghadiri EHEF European Fair, pameran edukasi kampus-kampus Eropa.
Chevening mengharuskan kita memilih tiga kampus ketika mendaftar, dan dua di antaranya hadir pada even tersebut. Mereka adalah University of Reading dan Manchester Metropolitan University.
Penulis banyak bertanya tentang bagaimana mendapatkan Letter of Acceptance dan lain-lain. Mereka sangat ramah dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan penulis. Sepulang dari Yogya, penulis mendaftar di kampus-kampus tersebut dan berhasil mendapatkan LoA conditional karena belum memiliki sertifikat IELTS.
Setelah Mendapatkan Sertifikat IELTS
Pertengahan Desember, penulis akhirnya mengambil tes IELTS di Yogyakarta. Pemilihan lokasi tes yang jauh dari rumah adalah karena dua hal: satu, mengikuti saran yang sudah pernah tes; dua, mengikuti perasaan.
Setelah menunggu hasilnya dalam waktu dua minggu (sekitar pertengahan Januari 2018), penulis mendapatkan nilai 6.5, syarat rata-rata minimum bagi pengambil beasiswa. Berkat sertifikat ini, penulis berhasil mendapatkan LoA unconditional dari University of Reading.
Kampus sudah dapat, sertifikat IELTS sudah dapat, hanya tinggal satu yang belum dapat: beasiswanya. Sayang, belum rezeki penulis untuk melanjutkan studinya di Inggris.
Penulis memutuskan untuk mencari beasiswa lainnya. Target selanjutnya adalah New Zealand ASEAN Scholarship (NZAS). Sayang, kali ini juga belum lolos. Selanjutnya penulis mencoba beasiswa Ignacy Lukasiewicz dari Polandia, masih belum lolos juga.
Gagal tiga kali secara berturut-turut lumayan membuat penulis merasa down. Apalagi, penulis mencurahkan fokus untuk berburu beasiswa selama berbulan-bulan (selain mempersiapkan kaderisasi dan pergantian kepengengurusan Karang Taruna) hingga sama sekali tidak melirik lowongan pekerjaan yang ada.
Untunglah, penulis melamar menjadi volunteer Asian Games ketika sedang berada di Pare.
Awal Kehidupan di Jakarta
Penulis jadi kerap bolak-balik Malang-Jakarta gara-gara harus mengikuti serangkaian pelatihan sebagai volunteer. Tapi berkat itu, penulis jadi tahu sedikit-sedikit tentang lokasi-lokasi di Jakarta, karena penulis melakukan eksplorasi ketika memiliki waktu luang.
Sebelum berangkat ke Jakarta pada bulan Agustus, penulis menyelesaian beberapa urusan. Salah satunya adalah pergantian pengurus Karang Taruna, sehingga penulis bisa tenang meninggalkan organisasi yang telah dirintis sejak 2016 ini.
Terhitung mulai bulan Agustus hingga September, penulis berkonsentrasi penuh mengabdikan diri menjadi seorang volunteer. Untuk kisahnya sendiri telah penulis tulis sebanyak 7 bagian di blog ini.
Setelah selesai menunaikan tugas, penulis memutuskan untuk tinggal di Jakarta, menumpang di rumah tante. Penulis memutuskan untuk mencari pekerjaan di Jakarta, menepikan sementara impian penulis untuk melanjutkan kuliah di luar negeri.
Dengan menerapkan metode brute force, penulis melamar kerja di berbagai tempat. Setelah satu setengah bulan, pada akhirnya penulis mendapatkan pekerjaan di Mainspring Technology sebagai Content Writer jalantikus.com.
Benang Merah Pada Perjalanan Hidup Penulis
Every cloud has a silver lining. Semua yang terjadi pasti memiliki hikmah di baliknya. Penulis percaya apa yang selama ini penulis alami dan jalani memiliki maknanya masing-masing.
Jika ditarik ke belakang, semua perjalanan hidup penulis tersambung oleh benang merah, Secara singkat, bisa dituliskan seperti ini.
Lulus -> Melamar di NET -> Gagal, sempat depresi -> Menawarkan diri untuk membantu ayah -> Bertemu dengan Pak Teddy -> Memutuskan untuk lanjut kuliah di luar negeri -> Ambil persiapan IELTS di Pare -> Diajak teman di Pare menjadi volunteer Asian Games -> Gagal mendapatkan beasiswa tiga kali -> Menjadi volunteer Asian Games di Jakarta -> Memutuskan mencari kerja di Jakarta -> Bekerja di Mainspring Technology
Selain itu, penulis memulai menulis blog juga terinspirasi dari teman di Pare. Dengan adanya blog ini, mungkin jadi bahan pertimbangan perusahaan untuk menerima penulis. Setidaknya, penulis tidak kebingungan ketika diminta untuk menyerahkan contoh portofolio.
Lantas, apakah penulis menyerah dengan impiannya untuk kuliah di luar negeri? Tentu tidak. Penulis hanya menundanya untuk sementara waktu. Mungkin, Tuhan menyuruh penulis untuk bekerja terlebih dahulu sebelum kuliah lagi.
Sekarang, penulis mau fokus melakukan yang terbaik untuk pekerjaan penulis. Penulis akan menyerap ilmu sebanyak-banyaknya dari tempat kerja penulis. Penulis tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan dan kepercayaan yang telah diberikan kepada penulis, setelah melalui proses panjang tersebut.
Jika ada yang bertanya “dulu kerja di mana?” lagi, mungkin penulis akan menjawab “kawan, bersiaplah mendengarkan sebuah kisah yang cukup panjang”.
Kebayoran Lama, 29 Desember 2018, terinspirasi dari banyaknya yang mengajukan pertanyaan tersebut ke penulis
Foto: rawpixel
You must be logged in to post a comment Login