Pengalaman

SWI English Day

Published

on

Sebelum menargetkan diri untuk bisa melanjutkan studi ke luar negeri dengan beasiswa, penulis sudah meyakini betapa pentingnya menguasai bahasa Inggris sebagai modal untuk bersaing dalam mencari peluang, apapun bentuknya. Keyakinan ini diamini pula oleh semua anggota Karang Taruna ketika rapat perdana Karang Taruna, sesaat setelah pembentukannya, sehingga tercapai kesepakatan adanya program kerja (proker) SWI English Day.

Bentuk Awal SWI English Day

Pada mulanya, kami sepakat untuk memilih satu hari khusus untuk menggunakan bahasa Inggris baik ketika pertemuan langsung maupun lewat WA. Hari yang kami pilih adalah Kamis, entah apa waktu itu pertimbangannya. Apabila terdapat vocab yang tidak diketahui, anggota dapat menulis dalam bahasa Indonesia dengan diberi tanda kurung.

Selain alasan yang telah disebutkan di atas, proker ini juga bertujuan untuk melatih daily conversation anggota, sehingga kemampuan bahasa Inggris mereka tidak sebatas teori saja.

Sayang, setelah beberapa bulan proker ini dihentikan karena banyaknya anggota, terutama yang masih sekolah, merasa kesusahan. Hukuman yang telah disepakati apabila berbicara dengan bahasa selain Inggris pun susah untuk diterapkan.

SWI English Day Reborn

Setelah vakum beberapa tahun, sepulang penulis merantau ke Pare untuk mencari ilmu, proker ini berusaha diadakan kembali meskipun berbeda konsep. Tidak lagi digunakan dalam percakapan, melainkan menjadi kelas khusus ketika SWI Mengajar. Pesertanya, anggota Karang Taruna yang tidak memiliki tanggungan pekerjaan rumah. Pengajarnya, ya penulis ini, karena yang lain sudah sibuk bekerja.

Disisipkan pada SWI Mengajar

Penulis mencoba untuk mengadaptasi berbagai metode yang penulis dapatkan ketika berada di Pare. Uji coba pertama, penulis menggunakan cara percakapan bebas. Anggota harus menceritakan sesuatu yang berhubungan dengan topik dalam bahasa Inggris. Ini kurang efektif, karena banyak anggota yang bingung mau cerita apa. Harus ada metode lain yang lebih menarik.

Menggunakan Metode dari Pare

Di salah satu tempat kursus, ada metode di mana kelas dimulai dengan cerita sang tutor disertai dengan catatan vocab di papan tulis. Setelah selesai bercerita dan menulis arti dari semua kata yang ada di papan, peserta kursus harus tebak-tebakan vocab baru tersebut.

Saya gunakan metode ini, namun bukan saya yang bercerita, melainkan Carolina dari Caracas, Venezuela. Bukan mendatangkan bule, melainkan memanfaatkan podcast yang ada di Play Store. Anggota akan mendengarkan cerita seorang perantau yang datang ke Inggris untuk kuliah di Newcastle.

Vocab-Vocab yang Ditemukan Pada Percakapan Carolina

Setelah selesai mendengarkan podcast tersebut sebanyak dua kali (satu kali podcast berkisar antara 2-3 menit), anggota akan penulis tanyai beberapa pertanyaan terkait dengan cerita yang baru saja mereka dengarkan. Tujuannya, untuk mengetahui seberapa jauh mereka memahami percakapan dalam bahasa Inggris.

Kelas dilanjutkan dengan conversation singkat menggunakan vocab-vocab baru yang telah tertulis di papan. Jadi, dalam satu malam, anggota mempelajari tiga bidang sekaligus, listening, vocabulary, dan conversation. Terkadang diselingi pula dengan mencari perbedaan vocab yang mirip, seperti true dan thru.

Selingan Agar Tidak Jenuh

Penulis memahami bahwa banyak anggota yang cepat merasa bosan dengan sesuatu. Oleh karena itu, dibutuhkan selingan agar mereka tetap semangat dalam belajar bahasa Inggris. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan musik.

Bagaimana caranya? Penulis mencari lirik dari sebuah lagu (yang sekiranya tidak pernah didengar oleh anggota), lalu menghapus beberapa kata. Nantinya anggota harus mengisi kata-kata yang kosong tersebut, istilahnya fill the blank. Pemilihan lagu berdasarkan pemilihan subyektif penulis, lagu mana yang kira-kira pronounce-nya jelas. Setelah selesai, seperti biasa akan dibahas vocab-vocab yang tidak dimengerti oleh anggota.

Jawaban dari Fill the Blank

Delapan lagu dari delapan artis yang berbeda telah penulis coba. Dari semuanya, salah satu anggota berpendapat yang paling mudah adalah lagu dari Simple Plan, karena selain pengucapannya yang jelas, liriknya pun menggunakan bahasa yang sudah diketahui.

Setelah fill the blank ini, penulis mencoba untuk menggabungkannya dengan Carolina. Belum teruji karena baru satu anggota yang mencoba metode ini, namun setidaknya secara tidak langsung anggota juga latihan reading. Mungkin ke depannya metode ini yang akan sering dipakai, semua tergantung anggota.

Selingan lainnya adalah latihan spelling yang biasanya menggunakan nama orang maupun kota.

Masa Depan SWI English Day

Lalu bagaimana jika penulis sudah lengser dari jabatannya sebagai pengemban amanah ketua Karang Taruna? Apakah akan berakhir begitu saja karena tidak ada pengajar?

Jujur, itu terserah penerus Karang Taruna, mau tetap diadakan atau tidak. Yang jelas, penulis percaya ada anggota yang bisa menggantikan peran penulis sebagai pengajar SWI English Day. Tidak perlu menjelaskan teori tentang tenses, yang penting adalah membiasakan diri dengan bahasa Inggris.

Besar harapan penulis agar metode-metode yang telah dicoba tetap dilakukan, bahkan dikembangkan lebih baik lagi oleh generasi penerus.

 

Jelambar, 5 Maret 2018, setelah tertidur pulas karena lelah naik kereta selama 16 jam.

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version